BAB 7 • MEMBANGUNKAN ZEHAN

25.7K 1K 17
                                    

7. MEMBANGUNKAN ZEHAN

Di minggu pagi yang cerah ini, Jean terlihat sudah berada di dapur bersama 3 orang pelayan sambil mengenakan daster pink selutut dengan rambut yang dicepol ke atas, menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus.

Jean berpikir bahwa ia tidak boleh menjadi beban di sini. Setidaknya, ia harus memiliki sedikit manfaat walaupun hanya sekedar bantu-bantu memasak dan beres-beres rumah.

Untungnya sedari kecil, Jean tidak pernah diajarkan untuk menjadi gadis manja. Bundanya mengajarkannya untuk menjadi seorang gadis yang tangguh dan tidak boleh menyusahkan orang lain ataupun menjadi beban.

Meskipun kadang-kadang ia tetap menjadi beban.

Selagi sedang memasak itu, Jean tak menyadari ada seseorang di belakangnya yang sedari tadi terus memperhatikannya.

"Jean, kamu lagi ngapain?"

Seketika Jean menoleh, menatap ke arah seorang wanita yang kini menghampirinya. "Lagi masak, Ma."

Rosa tersenyum. Wanita itu kemudian berdiri di samping Jean sambil melihat apa yang sedang dimasak oleh Jean. "Kamu lagi masak kari ayam? Kamu pintar, ya, masak kayak gini?"

Jean mengangguk semangat kepalanya. "Iya, Ma. Dulu aku suka diajarin sama Bunda mas-" Seketika Jean menutup mulutnya saat menyadari hal yang tidak seharusnya ia sebutkan.

Melihat Jean yang menjadi diam dengan wajah tertekuk, tangan Rosa pun lantas turulur dan mengusap lembut rambut panjang Jean. "Nggak apa-apa, kok, kalau kamu mau ceritain tentang almarhumah bunda kamu. Mama nggak masalah. Bagaimanapun, kan, dia bunda kamu, wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu," ucapnya dengan lembut.

Sudut bibir Jean tampak tertarik ke atas setelah mendengar itu.

"Yohan, kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Nathaniel yang membuat semua orang berbalik kepadanya.

Jean menoleh, menatap Yohan yang ternyata sedang bersandar di salah satu kulkas.

Yohan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Pa. Cuman pengen ngelihat Jean masak aja."

Jean sedikit merasa canggung. Ia tak menyadari bahwa Yohan ternyata berada di belakangnya sejak tadi.

"Zidan sama Zehan mana, Ma? Kita udah mau sarapan, loh, ini," tanya Nathaniel sembari berdiri di samping sang istri.

"Masih tidur kali, Pa. Mama juga nggak tahu, soalnya semalam Zehan begadang, baru pulang pas jam 1 malam," jawab Rosa.

Nathaniel menghela nafasnya. Lelaki itu kemudian menatap Jean yang kini juga sedang menatapnya. "Je, Papa mau minta tolong, dong."

"Boleh, Pa. Mau minta tolong apa?"

"Tolong bangunin Zehan sama Zidan, ya, buat sarapan?" pinta Nathaniel.

Jean mengangguk antusias. Ia kemudian melepaskan apron yang sedang dipakainya dan bergegas menuju ke lantai 2, kamar Zehan.

Sementara Yohan, lelaki itu hanya tersenyum tipis saat Jean berlari melewatinya. Ia bisa mencium aroma strawberry yang sangat wangi saat Jean lewat.

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang