BAB 5 • PANGKUAN ZEHAN

34.4K 1.2K 8
                                    

5. PANGKUAN ZEHAN

"Loh? Zidan? Kamu udah pulang?"

Zidan yang tengah berjalan masuk ke rumahnya dengan seragam amburadul sontak menoleh, menatap sang mama yang terlihat kaget dengan kehadirannya.

"Udah, Ma," jawab Zidan yang acuh.

Saat Zidan hendak kembali melangkah, lagi-lagi terdengar suara Rosa yang membuat remaja laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Jean mana?" tanya Rosa yang tak melihat Jean di belakang Zidan.

Zidan menghela nafas kasar. "Nggak tahu, lupa."

"APA?! KAMU LUPA SAMA JEAN?!"

Zidan mengacak-acak rambut ikalnya saat melihat tatapan Rosa yang begitu marah.

"Ma, aku lupa kalau udah ada Jean yang ngikut sama aku. Aku lupa," jawab Zidan dengan sebal.

Rosa mendengus kasar. Ia tidak habis pikir dengan putra bungsunya itu. Bisa-bisanya Zidan malah lupa untuk pulang bersama Jean? Padahal jam pulang sekolah mereka adalah jam 3 sore. Kini jam 3 sudah terlewati.

"Kenapa, Ma?" tanya Yohan yang juga baru tiba di rumah setelah pulang dari kampus.

Rosa melirik putra keduanya itu dan kemudian kembali melirik sebal ke arah Zidan. "Ini adik kamu malah lupa nungguin Jean. Mereka, kan, harusnya pulang bareng," ocehnya dengan memarahi Zidan.

Yohan yang mendengar hal itu lantas melotot kaget. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 4 sore. Seharusnya Jean dan Zidan sudah pulang satu jam yang lalu.

"Zidan, lo gila, ya?!" omel Yohan yang ikut merasa kesal kepada Zidan.

Zidan yang sudah malas dimarahi malah menyelonong begitu saja memasuki kamarnya di lantai 2, tepat di sebelah kiri kamar Jean. Di sebelah kanan kamar Jean adalah kamar Zehan. Di sebelah kamar Zehan adalah Yohan.

"Gila banget tuh anak." Yohan tampak masih mengoceh di bawah sambil berkacak pinggang.

"Udah, udah. Yohan, sekarang kamu coba hubungin Zehan. Telfon dia dan suruh dia balik buat ngejemput Jean di sekolah," suruh Rosa kepada Yohan.

°°°°°

Jean menepuk nyamuk yang menggigit lengannya.

Sudah hampir 1 jam gadis itu berjongkok di samping pos satpam sekolah sambil menunggu jemputan. Berharap Zidan akan kembali dan menjemputnya.

Tadi Zidan dengan sangat kurang ajar malah meninggalkannya di sekolah ini. Padahal dirinya sudah mengejar motor Zidan sampai menjerit memanggil cowok itu, namun Zidan malah gass full meninggalkan sekolah.

"Nggak pegal, Neng, nunggu jemputannya?" tanya lelaki berseragam satpam tersebut sambil menatap Jean.

"Pegal, sih, Pak. Tapi, mau gimana lagi? Masa saya harus pulang jalan kaki? Saya nggak tahu jalanan, nomor orang rumah juga nggak punya," jawab Jean sekenanya.

Jean mendengus ketika teringat kepada Zidan yang meninggalkannya. Kakak sialan yang tidak punya hati.

"Saya sering ngelihat kamu datang bareng Zidan ke sekolah. Pacarnya Zidan, ya?" tanya satpam tersebut.

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang