BAB 45 • MENGGILA

13.5K 380 10
                                    

45. MENGGILA

Sepulang sekolah, Jean sangat ingin kembali ziarah ke makam almarhumah bundanya. Sudah cukup lama ia tidak ziarah ke sana, dan sekarang ia benar-benar sangat merindukannya.

Meskipun beliau bukan Ibu kandung Jean, namun beliaulah yang telah merawat dan membesarkan Jean dengan sepenuh hati seperti anak sendiri.

Sekarang, Jean terlihat sedang berjalan menuju parkiran, tempat di mana Zidan saat ini sedang menunggunya.

"Kak Zidan," sapa Jean dengan tersenyum lebar sambil berdiri di samping Zidan.

Mendengar suara Jean, Zidan pun lantas langsung menoleh, menatap wajah Jean dengan tatapan yang sulit diartikan. Lelaki itu tersenyum manis kepada Jean, senyuman yang begitu manis sampai kedua matanya menyipit.

"Eh." Jean sedikit kaget saat tangan kanan Zidan tiba-tiba terulur dan menepuk-nepuk pelan pucuk kepalanya.

"Comel," ujar Zidan dengan tersenyum, membuat wajah Jean jadi memerah.

Zidan terkekeh geli saat melihat Jean yang bergerak-gerak gelisah seperti orang yang sedang salah tingkah.

"Mau langsung pulang aja? Atau mau singgah dulu buat beli jajanan?" tanya Zidan.

"Jangan langsung pulang dulu, Kak. Aku mau ziarah ke makam almarhumah Bunda aku. Aku kangen banget sama dia."

"Oh. Mau ziarah ke makam almarhumah mertua aku?"

Deg!

"AAAAAA!" Jean langsung berlari sembarangan setelah mendengar perkataan Zidan yang membuatnya salting bukan main.

Melihat reaksi Jean, Zidan malah tertawa gemas, seolah ia juga salah tingkah dengan perkataannya sendiri. Aduh, ini kenapa malah sama-sama salting, sih?

"Udah, ah. Buruan naik," ujar Zidan. Tangannya terulur dan menarik pelan tangan Jean agar segera naik ke motornya.

"Siap, Bos," balas Jean, membuat Zidan semakin terkekeh mendengarnya.

Setelah naik ke motor Zidan, Jean pun menggigit pelan bibir bawahnya. Entah mengapa, ia malah jadi ragu untuk memeluk Zidan. Rasanya sangat malu-malu, padahal sebelumnya ia sudah sering memeluk cowok itu.

"Pegangan. Malah ngelamun," suruh Zidan. Tanpa diduga, cowok itu malah menarik kedua tangan Jean agar melingkar di pinggangnya.

Di belakang sana, Jean terlihat tak bisa menahan senyumnya. Wajah gadis itu terus memerah sambil sesekali memperhatikan punggung Zidan di depannya.

Sepanjang perjalanan, Zidan sesekali mengusap-usap tangan Jean yang memeluk perutnya. Melalui pantulan kaca spion, Jean dapat melihat wajah Zidan yang memerah seperti habis ditampol Mike Tyson.

Sesampainya di depan pagar pemakaman, Zidan segera memarkirkan motornya. Jean pun turun dari motor cowok itu. Namun, saat Jean hendak melangkah masuk ke dalam area pemakaman ...

"Eh? Kak Zidan mau ngapain?" tanya Jean ketika Zidan malah berbelok arah dari pagar.

Bukannya menjawab, Zidan malah terus berjalan. Kakinya melangkah ke arah seorang penjual bunga yang berada tak jauh dari pagar pemakaman. Setelah membeli bunga melati, Zidan pun kembali berjalan menghampiri Jean yang kini masih memperhatikannya.

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang