BAB 34 • PERIHAL YOHAN

15K 720 26
                                    

34. PERIHAL YOHAN

Sudah seminggu Jean terus berada di rumahnya, dan sudah seminggu itu pula Zidan menemaninya. Terkadang, Zehan pun turut menemaninya.

Tepat yang seminggu ini, sekolah pun akhirnya kembali dibuka setelah libur semester. Pelajaran mulai berlangsung, dan hal itu membuat Jean kepikiran tentang sekolahnya.

Hari ini, Nathaniel dan Rosa datang ke rumah Jean untuk menjemput gadis itu. Mereka sudah sangat merindukan Jean dan khawatir dengan keadaannya.

"Ayo, dong, kamu pulang aja sama kami. Jangan di sini, kalau di sini kamu nggak ada temannya," bujuk Rosa kepada Jean yang masih ragu ingin pulang ke rumah itu lantaran malu dan masih tahu diri.

"Iya, kami juga nggak nyalahin kamu, kok, kalau misalnya kamu bukan anak kandung. Kami nggak masalah, dan Papa bakal tetap nganggap kamu sebagai putri Papa," ujar Nathaniel yang duduk di sebelah istrinya.

Mereka semua terlihat sedang duduk di ruang keluarga, termasuk Zehan dan Zidan. Kecuali Yohan.

"T-tapi, aku bukan siapa-siapa kalian. Kita nggak ada hubungan keluarga sama sekali," jawab Jean sambil meremas ujung rok yang dipakainya.

Rosa menoleh, menatap wajah Nathaniel yang juga sedang menatapnya.

"Kami nggak masalah sama sekali soal itu, Jean. Kami sudah mengikhlaskan itu, dan bagi kami juga tidak ada bedanya kita ada hubungan darah atau tidak. Kami sudah terlanjur sayang sama kamu sebagai keluarga, dan kami peduli sama kamu," ujar Nathaniel. Tatapan matanya sangat tulus kepada Jean seolah ia benar-benar menganggap Jean adalah putrinya sendiri.

Meskipun Jean baru beberapa bulan tinggal di keluarga Atjama, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia sudah mendapat kasih sayang dari semua orang yang ada di rumah itu.

Mereka semua sudah menyayangi Jean seperti keluarga sendiri. Mereka melihat Jean sebagai gadis dengan kepribadiannya yang baik, rajin, apa adanya, dan tidak pernah sekalipun menyusahkan mereka.

Rosa sendiri sudah menganggap Jean sebagai putrinya sekaligus temannya. Ia selalu bercerita kepada Jean, ngobrol, bercanda, dan jajan bersama. Jika Jean tidak ada, dia pasti akan kembali merasa kesepian.

Melihat Jean yang tampak berpikir, Nathaniel pun menghela nafas. "Pikirin sekolah kamu juga. Kalau kamu tetap ingin tinggal sendirian di sini, kamu akan putus sekolah. Tidak akan ada yang membiayai kamu, dan kamu juga akan dapat uang dari mana untuk membayar sekolah? Jika kamu ikut kembali bersama kami, kami akan tetap membiayai segala keperluan kamu. Kami akan tetap menganggap kamu sebagai keluarga."

°°°°°

Bugh!

Jean meletakkan kembali koper besarnya ke atas lantai kamarnya.

Setelah terus dipaksa dan dibujuk, akhirnya Jean mau kembali ke rumah ini. Meskipun rasanya masih sangat malu dan sungkan, namun Jean berusaha untuk terbiasa seperti sebelumnya.

Benar kata Nathaniel tadi. Ia masih butuh keluarga ini yang terlanjur menyekolahkannya di sekolah Zidan. Padahal, lokasi sekolah itu sangat jauh dari rumahnya dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Jean tidak punya uang. Jika ia mau pindah sekolah, sekolah mana yang mau menerima siswi di semester akhir ini? Ia pun juga tidak ingin putus sekolah karena tidak punya biaya.

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang