BAB 13 • RUMAH SAKIT

19.2K 937 13
                                    

13. RUMAH SAKIT

Setelah mengambil obat Zidan di apotek rumah sakit, Jean yang sedang berjalan di lorong rumah sakit pun terlihat menyipitkan matanya saat melihat sosok yang ia kenali.

Jean menghentikan langkahnya di depan kamar inap Zidan. Gadis itu mengernyit penasaran ketika melihat Zehan yang keluar dari ruangan inap Zaky. Yaps, Zaky dirawat di ruangan yang tepat bersebelahan dengan Zidan.

"Gimana kondisi Zidan?" tanya Zehan seraya berjalan menghampiri Jean.

"Dia masih belum sadar, Kak."

Zehan menganggukkan kepalanya. Ia melirik pintu rawat inap adiknya yang semalam dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan di arena balap.

"Mama, Papa, dan Kak Yohan nggak datang, Kak?" tanya Jean, masih dengan pakaiannya semalam, sementara Zehan terlihat sangat rapi dengan menggunakan kemeja dark grey dan celana kain hitam.

"Yohan ke kampus dulu baru ke sini. Mama sama Papa masih di jalan. Entar lo ikut pulang aja sama Yohan. Biar Mama dan Papa yang jagain Zidan di rumah sakit," jawab Zehan.

Jean hanya mengangguk saja mendengar itu. Dirinya memang kelelahan dan ingin istirahat di kasurnya yang empuk.

Zehan kemudian membuka kamar VIP tempat Zidan di rawat. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam sana, diikuti oleh Jean yang berjalan di belakangnya.

Iris kelabu milik Zehan menatap sosok sang adik yang masih terbaring di atas brankar dengan mata terpejam.

"Bersih-bersih dulu sana," suruh Zehan.

Alis tebal Jean hampir menyatu saat lelaki itu menyodorkan sebuah paper bag kepadanya. Dengan bingung, Jean pun menerima paper bag itu. Kebingungan Jean pun semakin bertambah ketika melihat pakaiannya yang berada di dalam sana.

Termasuk pakaian dalamnya.

"Kak, ini ... "

"Itu Ayla yang siapin," jelas Zehan, membuat Jean akhirnya faham.

"Eunggh." Lenguhan itu membuat Jean dan Zehan menoleh, menatap Zidan di atas brankar.

Perlahan, iris kelabu milik Zidan akhirnya terbuka. Tangan lelaki itu kemudian terulur dan memegangi kepalanya yang terasa nyut-nyutan dan sakit.

Jean menatap Zehan yang berjalan menghampiri Zidan. Gadis itu tersenyum. Mungkin Zehan sangat khawatir dengan keadaan adiknya.

Namun ...

PLAK!

Seketika Jean langsung melotot kaget saat melihat sebuah gamparan dari Zehan yang melayang di pipi Zidan.

"Kenapa nggak mati aja lo sekalian karena udah berani ngejadiin Jean bahan taruhan?" desis Zehan seraya menarik kerah baju Zidan.

Zidan meringis. Kali ini tangannya berpindah memegangi pipinya yang perih. Baru juga bangun, tapi udah digampar. "K-kak Zehan tahu dari mana?"

"Tahu dari lawan lo itu. Gue nanya sama dia ngapain dia sampai nabrakin lo. Lo tahu apa jawabannya?" tanya Zehan, Zidan menggelengkan kepalanya.

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang