19

8.2K 577 23
                                    

"Pa, kita berangkat dulu." ucap Malvino langsung menyalimi papa begitu pula dengan Charka dan Keira setelah itu langsung pergi begitu saja.

"Eh, putri papa yang cantik mana?." tanya papa melihat ke belakang Kaivand.

"Bentar lagi mungkin turun pa." ucap Savero.

Cyella menatap ke bawah dimana papanya dan abangnya tengah menunggu dirinya, segera setelah mengenakan sepatu Cyella langsung turun tangga dan menghampiri ke tiganya.

"Yaudah sana berangkat nanti telat." ucap papa membuat Savero dan Kaivand lamgsung menyalimi papanya.

Papa mengelus rambut Cyella kemudian mendekatkan wajahnya pada telinga Cyella.

"Gimana sama hadiahnya? Kamu suka?." Cyella tersenyum tipis kemudian mengangguk puas.

"Papa pinter nyari hadiahnya walau nanti bikin rusuh, tapi gapapa. Kemaren juga, udah ngirim dua cewek buat jadi temannya." ucap Cyella.

"Yang satunya biar papa yang urus." ucap papa.

"Hm." dehem Cyella sembari melirik ke samping yang dimana ada Syana yang tengah mengintip dari balik tembok.

'Kepo ya.' batin Cyella. Segera Cyella menyalimi papanya itu kemudian melengang pergi.

"Mereka berdua bicaraain apa sih? Gak kedengeran gue." gumam Syana sembari tangan yang satunya mengenggam sapu.

_______

"AAAAAAHHHH!." teriakan melengking siwa/i terdengar begitu Cyella sampai disekolah, ia melihat di lapangan upacara semua siswa/i berlari kesana-kesini dengan wajah ketakutan.

"MAYAT! ADA MAYAT!." teriak siswi itu begitu histeris.

Di sana, tepatnya di sebelah tiang bendera ada tiang lagi yang entah siapa yang meletakannya. Mayat itu digantung dengan posisi kepala diatas, dengan wajah yang rata, bibir yang robek, bola mata yang sudah tidak ada, telinga yang hilang. Perut yang robek, vagina yang terus mengeluarkan darah, itu semua ciri-ciri mayat Lala.

"Bang vino hiks Kei takut bang, huhu Kei takut banget hiks." Keira memeluk lengan Malvino erat lalu, air mata yang senantiasa menetes dengan wajah yang menampilkan ketakutan asli.

"Tenang Kei, gapapa itu cuman mayat, kamu ga usah takut ada Bang Vino dan yang lainnya." ucap Malvino menenangkan padahal dirinya pum sama-sama ketakutan.

"I-iya bang." ucap Keira terbata-bata.

"Eh, tunggu-tunggu, itu kertas yang nempel di dada tulisannya "Gue Lala", gue ga salah liat kan?." ucap Calvin mengosok-ngosok matanya. Sontak, ucapan dari Calvin membuat semuanya melihat ke arah kertas itu.

"Itu Lala?!." terkejut semuanya, menatap tak percaya ke arah mayat itu.

"Sadis banget yang bunuh." Jorgas bergidig ngeri melihatnya.

"Lala? Lala itu siapa sih bang?." tanya Keira memiringkan kepalanya dengan telunjuknya menempel dibibir lalu mengetuknya pelan.

"Lala itu cewek yang pernah dekat sama kita tapi dia bohong dan selalu fitnah Cyella." ucap Charka membuat Keira terkejut dengan mulut mangap-mangap, di imyut-imyutin.

"Jahat banget." Keira menutup mulutnya.

Sedangkan kini, Cyella masih ditempat yang sama tengah mengamati semua siswa/i dan guru yang membawa polisi untuk membereskan mayat Lala dan sekaligus menyelidiki dalang dibalik semua ini.

Akhirnya lapangan upacara itu diberi garis polisi.

"Heh." Cyella terkekeh senang.

"Ini baru seru." ucapnya tersenyum tipis dengan hati yang merasa puas.

"Lo yang ngelakuin ini semua?." tanya seseorang dari belakang Cyella. Cyella melirik seseorang itu, bisa di lihat bahwa seseorang itu adalah Malverick.

"Ya." jawab Cyella.

Malverick mendekat dan merangkul pundak Cyella mendekat pada dirinya, satu tangan Malverick mengelus rambut Cyella.

"Good girl." ucapnya berdeep voice.

'Kenapa gue ngerasa dia familiar buat gue?.' batin Cyella.

'Ingin, ingin sekali mendekat. Rindu, rindu yang berat.' batin Malverick dengan mata yang menatap Cyella kemudian Malverick mengenggam dagu Cyella hingga keduanya begitu dekat.

Bugh

Dengan cepat Cyella menendang perut Malverick membuat Malverick mundur beberapa langkah.

"Oh, shit. You brengsek." ucap Cyella dengan tatapan datarnya langsung saja meninggalkan Malverick.

'Ingin, ingin sekali mendekat.' batin Malverick dan Cyella.

_______

"Hai!." sapa Ziava dan Moeza pada Keira yang ternyata sekelas. Setelah perkenalan  di depan kelas, Keira ternyata duduk bersama Moeza dan Ziava ada di belakang Moeza dengan siswi lain.

"O-oh hai." tampak Keira malu-malu pada keduanya.

"Kenalin nama aku Moeza." Moeza dengan rambut yang agak panjang serta memiliki poni di dahinya itu menjulurkan tangan dengan antusias.

"Kei-Keira." ucap Keira malu dan menjabat tangan Moeza.

"Kalo aku Ziava." Ziava dengan rambut pendek, memiliki tahi lalat di bawah matanya.

"Mulai saat ini kita teman ya!." putus Moeza dengan riang, Ziava dan Keira hanya mengangguk-angguk saja.

Setelah itu, tidak ada percakapan diantarnya. Ke tiganya begitu fokus pada materi yang diterangkan oleh guru di depan namun beberapa menit kemudian, Ziava menendang pelan kaki Moeza membuat Moeza membalikkan badan dengan wajah kesal.

"Apa?." dengan suara lirih.

"Siniin telinga lo." ucap Ziava lirih.

"Udah. Mau ngomong apa lo?." tanya Moeza.

"Itu cewek yang dibicarain Cyella kemarin kan?." bisik Ziava bertanya.

"Iya, inget kan lo sama rencananya? Kita harus pura-pura." bisik Moeza mengingatkan.

"Udah ah, nanti dikira kita ngomongin dia lagi trus curiga sama kita." bisik Ziava mengakhiri pembicaraan.

Keduanya kembali duduk dengan tenang.

"Tadi kamu bisik-bisik apa sama Ziava?." tanya Keira penasaran.

"Oh, tadi kita bisik-bisik tentang, mau kemana setelah pulang sekolah trus kita sepakatnya mau jalan-jalan trus shopping sekalian ngajak kamu, kan kamu temen kita, kamu mau kan?." tanya Moeza berharap.

"Eh, i-iya aku mau."

'Nyebelin banget, mana aku ga ada uang lagi, ibu aja baru kerja.' batin Keira mendengus.

_____





By:NVL.EL

Transmigrasi Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang