26

7.8K 575 90
                                    

Keira yang mendengar bentakan itu seketika memundurkan tubuhnya dengan kepala yang menggeleng-nggeleng kuat dan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. Tangannya meremas kuat rambutnya begitu frustasi.

"Enggak! I-itu bukan aku! Bukan aku!." bantah Keira keras.

"Itu jelas-jelas elo! Lo udah fitnah dan celakai Cyella!." tunjuk Calvin.

"Cih, dasar tukang fitnah!." ucap Celvin.

"PPB." ucap Jorgas.

"Bukan aku hiks bukan aku." isaknya. Keira mendongak dan segera berjalan menuju Malvino dan Charka.

"Hiks itu bukan aku, bang Vino percaya kan? Abang, abang Charka percaya kan sama aku?." Charka dan Malvino hanya diam.

"Tapi, di cctv itu jelas-jelas kamu." lirih Malvino yang masih bisa di dengar oleh semua orang. Keira meremat jari-jemarinya dengan masih terisak ia menundukan kepalanya.

"Abang ga percaya sama aku lagi hiks? Ka-kalo Keira bilang, Keira cuman di suruh sama kakak kelas ka-kalo Keira ga nurut Keira bakal dibully, hiks maafin Keira hiks, Keira tau Keira salah, maafin Keira hiks." ucap Keira dengan pundak yang bergetar.

Hati Malvino dan Charka tergerak. Malvino langsung memeluk Keira begitu pun Charka.

"Abang minta maaf, abang ga bisa jagain kamu makanya kamu diancam sama kakak kelas. Abang percaya kok kalo kamu ga bakal kaya gitu, kan kamu adek abang yang polos." ucap Malvino sembari tangannya mengelus pungung Keira.

"Iya, abang udah maafin kamu kok, kalo kamu diancam lagi bilang sama abang ya, abang pasti bakal lindungi kamu." ucap Charka mengelus rambut Keira, lembut.

"Ma-makasih abang. Kei seneng kalo abang percaya sama Keira. Kei sayang abang." ucap Keira namun dibatinan sedang tertawa kemenangan.

Sedangkan, Zeno, Jorgas, manusia kembar, Kaivand dan Savero hanya mendatarkan wajahnya. Sepertinya keduanya benar-benar tidak tertolong lagi.

Malverick dan Dewangga? Sedang bolos.

"Tolol." ucap Cyella dengan kekehan sinisnya, setelah itu ia pergi dari ruangan cctv.

"Eh Cy! Tungguin napa!." ucap Zeno langsung berlari menyusul Cyella.

"Tobat." Savero menepuk pundak Malvino sebelum pergi menyusul.

"Mau gue beliin otak premium gak? Biar otak lo waras." ucap pedas Kaivand yang langsung pergi.

"Kayanya ada yang lebih to be contol dari kita, iya gak?." Calvin langsung menoleh pada Celvin dan Celvin hanya mengangguk saja.

"Sok dingin lo." cetus Calvin pada adiknya.

"Peduli amat lo."

Diam-diam dipelukan Malvino, Keira menyeringai senang.

______

"Hampir aja." lega Keira. Kini Keira berada di dalam kelas yang nampak ramai, seperti pasar malam saja karena sedang jamkos.

"Kei? Abis dari mana aja?." tanya Ziava sedangkan Moeza hanya menyimak.

"Dari ruangan cctv." Ziava yang mendengar itu segera memberikan sinyal kepada Moeza agar Moeza merekam percakapannya.

Moeza yang mengerti langsung mengeluarkan handphonenya dan menyembunyikannya di dalam loker meja. Ia mengedip pada Ziava bahwa ia sedang merekam.

"Ngapain kamu disana? Abis ngintip orang ya?." tebak Ziava menoel-noel lengan Keira.

"Enggak."

"Lha trus ngapain?."

"Keira hampir aja ketahuan. Tadinya, Keira mau nyelakai Cyella pake minyak tapi sialnya ada cctv yang merekam jadinya Keira dan Cyella trus yang lainnya harus keruangan cctv buat ngeliat siapa pelakunya." Keira diam sejenak karena ingin mengambil nafas.

"Trus?."

"Trus, di cctv Keira terbukti pelakunya tapi Keira langsung balik keadaan kalo Keira tuh diancam sama kakak kelas." ucap Keira mengakhiri ceritanya.

"Oh, tapi kalo lo mau nyelakai Cyella mending langsung dibunuh aja." usul Ziava.

"Ide bagus tuh." ucap Keira tersenyum-senyum memikirkan ia berhasil membunuh Cyella dan ia yang akan mengantikan Cyella.

"Eh, Zi, Kei, gue ke toilet dulu ya." ucap Moeza seraya berdiri dari duduknya, keduanya mengangguk. Setelah melihat respon keduanya Moeza langsung saja berlari pergi.

"Kebelet banget ya?." celetuk Keira.

Sedangkan di sisi Moeza, ia sedang menuju ke kantin bukan ke toilet. Mata Moeza langsung tertuju pada Cyella yang tengah makan mie ayam, di sebelah mangkok mie ayam ada sosis goreng, di sebelahnya lagi ada batagor, lalu bakso, seblak, soto dan beberapa minuman.

"Ternyata lo doyan makan juga Cy." Moeza terkekeh ringan melihatnya.

Cyella mendongak dengan alis terangkat satu.

"Mau? Gue traktir." ucap Cyella enteng.

'Mumpung kemaren malem abis jual organ. Sekarang rekening bengkak, bingung ngabisinnya.' batin Cyella.

"Eh gak usah, gue cuman mau ngasih rekaman yang baru aja di dapet." ucap Moeza menolak dan segera mengambil handphone yang khusus untuk mengambil bukti.

"Hm." Cyella menerimanya dan menyimpannya.

"Yakin ga mau?." Moeza meneguk ludahnya susah payah, ia melihat semua makanan yang ada di meja tampak menggoda.

"Gu-gue ambil sosisnya satu aja." ucap Moeza yang dengan cepat mencomot sosis tusuk itu.

"Makasih." ucapnya pelan yang langsung berlari pergi. Cyella menyeruput es tehnya dengan mata yang menatap kepergian Moeza.

"Cyella." deep voice seseorang menyapa indra pendengarnya, ia menolehkan wajahnya ke kanan namun sudah ada wajah seseorang di sana dan keduanya begitu dekat.

Malverick menyentuh hidung Cyella menggunakan jari telunjuknya.

"Kuman." desis Cyella.

"Kuman, kuman gini tunangan kamu loh." kedip Malverick dengan senyum tipis.

'Sableng.' batin Cyella, sinis.

_______

By:NVL.EL

Transmigrasi Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang