17

11.9K 726 17
                                        

"A-apa?." Jorgas memundurkan langkahnya perlahan-lahan dengan wajah terkejut yang sangat kentara sekali apalagi jatungnya kini berpacu dengan cepat kala Cyella berbisik menyuruhnya untuk mati.

"Kenapa? Ga mau?." tanya Cyella semakin mendekat kearah Jorgas.

Jorgas yang melihat Cyella semakin mendekatinya sontak membuat Jorgas lari terbirit-birit, begitu ketakutan apalagi saat bertatapan dengan mata Cyella yang lebih tajam.

"Cih, membosankan." decih Cyella mulai berjalan dengan tatapan datar.

"Clazora."

Tampak, Cyella menegang ditempat sebelum dirinya memeriksa siapa yang memanggil namanya. Namun, disana tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya.

Cyella berdiam diri ditempat. Suara tadi seperti suara dari seorang pria, tapi siapa?. Apakah sama seperti dirinya yang juga ikut bertransmigrasi?.

Tanpa memikirkannya lagi, Cyella berlalu begitu saja meninggalkan koridor yang tampak sepi itu.

Siluet seorang pria terlihat dibalik tembok, mengamati reaksi Cyella saat ia memanggil nama aslinya.

"Babe, lama tidak bertemu." seringai tipis pria itu berikan.

______

"Cy." panggil Dewangga saat Cyella berpapasan dengannya.

Kring kringg kringgg

"Bell, bunyi. Bye!." ucap Cyella melengang pergi meninggalkan Dewangga yang sepertinya ingin mewakilkan mengemis minta maaf kepada dirinya.

Dewangga melihat kepergian Cyella, sejenak ia menghela nafas panjang. Melihat Cyella yang seperti ini, takutnya minta maaf sudah tidak ada gunanya lagi, tapi ia akan coba siapa tau hati Cyella akan luluh.

Sebaiknya seperti itu.

Saat pulang sekolah, lagi-lagi Cyella dan Dewangga bertemu tanpa sengaja namun bagi Dewangga ini sengaja karena Dewangga sudah menunggu sedari tadi.

"Cyella, tunggu! Gue mau ngomong sesuatu!." ucap Dewangga mencegat Cyella.

Ting ting

"Bentar, ada tukang cilok lewat, gue beli dulu ya." ucap Cyella langsung ngibrit.

Dewangga yang melihat itu harus sabar, demi mewakilkan teman untuk minta maaf. Dewangga terus menatap Cyella yang tengah membeli cilok namun ada cowok yang menghampiri Cyella, bahkan terlihat akrab.

Alhasil, Dewangga lebih memilih pergi menuju Malvino dan Charka yang tengah menunggu di mobil.

"Gimana? Berhasil?." Malvino dan Charka tampak antusias bertanya.

"Sorry, gue ga berhasil tapi lu coba aja nanti dirumah." ucap Dewangga menggeleng pelan dan langsung melengang pergi.

"Kita ga boleh nyerah." ujar Malvino menyemangati dirinya sendiri dan adiknya-Charka. Dia tidak boleh menyerah, ini adalah hukuman Tuhan untuk dirinya dan adiknya yang percaya saja sama orang lain.

"Sialan, kenapa dulu kita bodoh banget, percaya aja sama si Lala itu! Kalo kita ga bodoh begini, mana mungkin hal kaya gini terjadi sama kita." tangan Charka mengepal merutuki kebodohannya yang percaya sama orang lain dari pada adik kandung sendiri.

"Gue setuju sama ucapan lo, kita yang bodoh, mau-mau aja diperalat sama si Lala apalagi karena dia juga buat hubungan adek-kakak jadi renggang." ucap Malvino.

"Seharusnya, kita bales dendam sama Lala, bikin hidup dia menderita!." ujar Charka dengan penuh kebencian.

"Iya! Tapi dimana Lala?." tanya Malvino yang sedari tadi tidak melihat keberadaan Lala, biasanya cewek itu akan terus menempel pada salah satu dari mereka bagai cacing kermi.

"Lala udah mati." ucap seorang cowok yang diyakini adalah Malverick yang tengah menaiki motornya yang terparkir di sebelah mobil Malvino dan Charka.

"Mati?!."

"Lo tau dari mana kalau Lala udah mati?." tanya Malvino.

Sebelum pertanyaannya dijawab, Malverick sudah meng-gas poll motornya dan meninggalkan mereka berdua dengan tanda tanya besar.

_______

"YUHUUU, CETAKANNYA PAPA MANA NIEH! PUTRI PAPA YANG CANTIK, PAPA PULANG!." teriakan menggelegar dari Papa membuat ke empat abangsatnya Cyella yang ada di ruang tamu tersentak kaget.

Ke empatnya lantas berdiri dan menghampiri papa yang terlihat berseri-seri menunggu kedatangan seseorang.

"Pa, kok papa pulangnya cepet banget?." tanya Charka.

"Hieee, anak durhaka!. Papa pulang cepet bukannya seneng malah ditanyain kaya gini!." kesal papa menoyor pelan kepala anaknya ini.

"Eh, yang dibelakang papa itu siapa?." tanya Kaivand melihat dua orang perempuan dengan pakaian agak lusuh. Sontak ke tiganya ikut melihat yang ditanyakan Kaivand.

"Oh, mereka it--." ucapan papa terpotong kala papa melihat anak perempuan satu-satunya keluar dari kamar dan turun menggunakan tangga.

"Putri papa yang cantik!." papa merentangkan kedua tangannya berharap putrinya itu memeluknya.

"Siapa?." suara Cyella terdengar dingin, tatapannya menelisik kedua perempuan itu.

"Heh." Cyella terkekeh, membuat semua orang menjadi bingung.

"Eh, sayang, kenalin ini Syana dan Keira, mereka berdua ini papa pungut dari jalanan untuk menjadi pekerja disini. Mereka ini ibu dan anak, ibunya namanya Syana dan anaknya namanya Keira." ucap papa memperkenalkan.

"Halo." sapa keduanya lemah lembut dan tampak malu.

Ke empatnya mengangguk sedangkan Cyella nampak diam mengamati kedua ibu dan anak itu.

'Korban kdrt, korban pemerkosaan.' batin Cyella.

"Tapi yang pasti semoga kalian berlima bisa menjadi teman baik dan bisa akur dengan Keira." ujar papa tersenyum.

"Putri papa yang cantik, papa mau peluk, kangen." ujarnya manja.

"Kadal gurun, bau terasi." ucap Cyella dengan tatapan datar.

"Puftt--." ke empatnya menahan tawa kala mendengar ucapan Cyella.

"Kamu kok ga sopan banget sih? Tuan itu papa kamu ga seharusnya panggil papa kamu dengan nama hewan, kamu ga diajari sopan santun ya? Kamu ga diajari menghormati orang tua ya?." ucap Keira aneh.

"Brisik!."

"Lo ga pernah ngerasain mulut dijahit ya?." tatapan Cyella menajam, suaranya terdengar sangat dingin. Tangannya yang lentik, mencengkram erat dagu Keira dengan sangat kuat.

_______



By:NVL.EL

Transmigrasi Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang