"Assalamualaikum, Kavy pulanggggg!!" Teriak Kavy saat sudah sampai dirumah.
"Waalaikumsalam. Kamu tuh ya sukanya teriak-teriak, emang ini hutan apa?!" Ucap Mama sambil berkacak pinggang menatap Kavy.
"Hehehe maaf Ma, kelepasan" jawab Kavy cengengesan lalu ia pun mencium tangan Mama.
"Huh kebiasaan, udah sana ganti baju terus langsung makan ya".
"Siap Ma".
Kavy pun langsung menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya dan berganti baju.
***
Sastra baru saja turun dari motornya setelah pulang dari nongkrong bersama teman-temannya. Melirik jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam, Sastra hanya bisa menghela nafas dan segera memasuki rumah.
"Tumben kamu pulang ke rumah, Ngga ke apart?" Tanya Sinta Bunda Sastra.
"Tadi papa telfon suruh Sastra kesini, mungkin mau ngobrolin soal kantor".
Bunda pun mengangguk paham.
"Papa dimana ya Bun?"
"Diruang kerja. Kamu langsung samperin aja ya, Bunda mau ke dapur dulu." Bunda segera berlalu menuju dapur.
Sastra pun langsung berjalan menaiki anak tangga menuju ruang kerja Papanya.
Mengetuk pintu dua kali dan langsung membukanya setelah mendengar sahutan dari dalam.
"Bagaimana urusan kantor, kamu bisa menangani kan Sa?" Kata Wijaya langsung saat Sastra sudah duduk dihadapannya.
"Sejauh ini Sastra masih bisa menghandle semuanya kok Pa." Sahut Sastra.
"Bagus kamu memang bisa diandalkan".
"Tapi apa Papa yakin kau menjadikan Sastra CEO di perusahan? Sedangkan Sastra belum lulus SMA." Tanya Sastra.
"Papa percaya perusahaan akan maju jika berada ditangan kamu Sa. Lagi pula itu tidak sekarang, setelah kamu lulus dan kuliah baru Papa akan menyerahkan sepenuhnya urusan kantor sama kamu." Jawab Papa dengan tegas.
"tapi bukannya akan susah menarik investor untuk bekerja sama dengan perusahaan kita sedangkan pimpinannya saja baru lulus SMA." ujar Sastra.
"Semua kolega bisnis Papa tau seberapa cerdasnya otak kamu, tidak masalah meskipun status kamu masih pelajar asal kamu bisa menjalankan perusahaan dengan baik, mereka tidak masalah. Papa yakin kamu pasti bisa Sa, gunakan otak cerdas kamu dan jangan kecewakan Papa." Kata Papa tegas.
Sastra hanya bisa menghela nafas panjang setelah mendengar ucapan Papanya yang tidak bisa dibantah. Ia pun menganggukkan kepalanya dengan lesu.
"Iya Pa, Sastra usahakan".
Setelah itu, Sastra pun bangkit dari duduknya dan segera keluar dari ruang kerja Papanya.
"Sa, kamu mau kemana? Ayo kita makan malam dulu".
Bunda berujar saat melihat Sastra tengah menuruni anak tangga dengan terburu-buru.
"Nggak deh Bun, Sa langsung ke apart aja".
"Mending tidur disini aja ya, kamu juga pasti capek".
"Nanti aja nginep nya, soalnya lagi banyak tugas sekolah. See you Bunda".
Sastra langsung berlalu dari rumahnya menuju ke Apartemennya. Ia sengaja berbohong pada Bundanya hanya untuk menghindari Papanya. Ia terlalu pusing memikirkan masalah perusahaan.
Sesampainya di Apartemennya, Sastra langsung menuju kamarnya untuk beristirahat.
***