16

1.5K 169 2
                                    

"ayo ke kantin" ajak Sastra.

Kavy  yang tengah membereskan alat tulisnya pun mendongak sekilas mantap Sastra lalu menganggukkan kepalanya dan mempercepat gerakannya supaya Sastra tidak menunggu lama.

Setelah semuanya beres, Kavy pun menghampiri Sastra yang tengah berdiri menyandar pada meja guru sambil memainkan ponselnya.

"Ayo!" Seru Kavy.

Sastra mendongak menatap Kavy penuh atensi.

"Kucel banget, abis ngapain si?" Tanya Sastra heran.

Tangannya terangkat untuk menyelipkan rambut Kavy yang berantakan kebelakang telinganya. "cuci muka dulu gih, jelek banget". Lanjutnya.

"Bodo ah! Gue dah laper banget ini!" Kavy merengek sambil menarik tangan Sastra keluar kelas.

Sastra pun hanya pasrah saat tangannya ditarik menuju kantin.

"Lo pendek banget si Gel?" Sastra berujar sambil menoleh kesamping menatap Kavy yang berjalan disampingnya.

Tinggi Kavy memang hanya sebatas pundak Sastra saja. Tapi menurut Kavy ia tidak terlalu pendek kok! Sastranya saja yang terlalu oversize.

"Sastra stop panggil gue Bogel! Dan gue gak pendek-pendek amat ya. Lo aja yang ketinggian." Kavy bersedekap dada menatap Sastra kesal.

Sastra terkekeh kecil, tangannya menarik tangan Kavy untuk kembali ia genggam.

"Iyain deh biar seneng".

Tiba-tiba saat dikoridor menuju kantin, Kavy dan Sastra berpapasan dengan ketika sahabat Kavy yang baru saja dari toilet.

"Ceilah yang udah baikan, gandengan bae kek mau nyebrang." Celetuk Sekar.

"Bacot!" Sewot Kavy.

"Dih. Songong banget nih bocah" ujar Devi.

Kavy terus berjalan tanpa menghiraukan ocehan Sahabatnya yang menggodanya secara terang-terangan.

"Heh, mau kemana Lo!" Teriak Devi bak orang gila.

"KUA!!" jawab mereka serempak.

***

Saat sudah sampai dikantin, Kavy langsung mencari meja yang masih kosong, sedangkan Sastra pergi memesan makanan untuk mereka berdua.

Tak lama setelah itu, Sastra datang menghampiri Kavy dan duduk disampingnya dengan santai.

"Lah, makanannya mana?" Tanya Kavy yang melihat Sastra datang dengan tangan kosong.

"Masih dibikin, nanti juga dianterin." Sastra berujar sambil memainkan ponselnya.

Kavy mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Sastra.

"Ahhhh lama banget, gue udah laper juga." Gerutu Kavy kesal.

Sastra menaruh ponselnya dimeja lalu menoleh menatap Kavy, tangannya tidak tahan untuk tidak mencubit pipi chubby Kavy, melihat ekspresi Kavy yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

"Kasian banget sih pacar gue" ujar Sastra gemas.

"Awwwww! Sakit tau!!" Kavy meringis sambil menyingkirkan tangan Sastra dari pipinya

Tangan Sastra berganti mengelus pipi Kavy yang sedikit memerah karena ulahnya, "gemes banget gue sama pipi Lo, rasanya pengen gue gigit." Kata Sastra.

Kavy hanya bisa memutar bola matanya. Ia tiba-tiba teringat sesuatu.

"eh iya, tadi pagi ngomongin apa sama Papa? Tumben banget ngobrol berdua." Kata Kavy.

Sastra berpikir sejenak sebelum menjawab."ngobrolin kalo mau nikahin Lo maharnya apa," ujar Sastra santai.

Kavy mendelik, "dihh Pd gila. Emang gue mau nikah sama Lo!" Ketus Kavy.

"Oh gak mau? Yaudah gue nikah sama cewek lain aja".

"Gue penggal pala Lo kalo sampe begitu!".

"Lah tadi katanya gak mau nikah sama gue, yaudah gue sama yang lain aja lah".

"Bodo ah, nyebelin".

Makanan pun datang, Sastra segera menerimanya dan memberikan pada Kavy.

"Ih kok nasi goreng sih, gue kan maunya bakso!" Sewot Kavy kesal.

"Lo dari pagi belum makan nasi Kavy, jadi makan nasi dulu".

"Gak mau! Maunya bakso!".

Sastra menghela nafas panjang menghadapi sifat keras kepala Kavy, akhirnya Sastra menukar baksonya dengan nasi goreng Kavy. Kavy pun tersenyum sumringah menerima semangkok bakso milik Sastra. Lalu segera meracik sesuai seleranya.

"Gak usah tambahin sambel lagi tadi udah gue sambelin," peringat Sastra yang melihat Kavy hendak menambahkan sambal ke mangkoknya.

"Dikit doang Sa" melas Kavy.

"Mau tukeran lagi?".

"Ish, ngancem Mulu!" Gerutu Kavy kesal.

Kavy pun segera memakan baksonya dengan lahap karena memang sedari tadi perutnya sudah keroncongan

"Nih! Biar perut Lo ke isi nasi walaupun cuma sedikit." Sastra menyodorkan sendok berisi nasi goreng didepan mulut Kavy.

Kavy menerima suapan dari Sastra dengan senang hati sambil sesekali memakan kembali baksonya.

"Udah ah, gue mau makan bakso aja ntar keburu kenyang lagi." Kata Kavy.

"Ck, gimana mau cepet gede coba, Lo aja makannya bakso Mulu." Decak Sastra.

"Bacot!".

"Lo dari kemarin ngomongnya kasar Mulu ya, mau gue cium?" Ucap Sastra. 

Kavy tak menghiraukan perkataan Sastra, ia kembali fokus memakan baksonya yang tinggal setengah itu. Sastra pun sama, ia kembali memakan nasi goreng nya dengan lahap.

Dan kedatangan para sahabat Sastra pun mampu merubah suasana yang tadinya tenang menjadi gaduh.

"Akur bener, kemarin aja kejar-kejaran Mulu kek tom&Jerry." Celetuk Aska yang sudah duduk dibangku berhadapan dengan Sastra.

"Iye berduaan mulu Lo, kek anak kembar!" Sahut Saka menimpali. Ia kemudian duduk berhadapan dengan Kavy sedangkan Devan disamping Sastra.

"Jomblo diem deh!" Sarkas Kavy.

"Anjir! Nyesek!" Ucap Saka tersenyum miris.

"Sorry ya, gue mah bukan jomblo." Ujar Aska dengan santai.

Fyi, Aska memang sudah jadian dengan Sekar kemarin. Jadi sekarang dia bukan jomblo lagi, oke. Jadi bagi kalian yang mau deketin Aska harap sadar diri.

Kavy meneruskan kembali makannya yang sempat tertunda, namun tiba-tiba saja ia tersedak.

Uhukk... Uhukk...

Sastra segera menyodorkan es teh manis milik Kavy yang langsung diterima dengan terburu-buru.

"Nah kan, kualat Lo sama kita" ujar Saka. "Makannya bocil tuh harus sopan sama yang lebih tua!" Lanjutnya.

"Bacot!" Sewot Kavy.

"Udah-udah" lerai Sastra. Tangannya menepuk-nepuk punggung Kavy dengan pelan.

"Traktir sabi kali, yang udah baikan." Ujar Saka dengan tampang tanpa dosanya.

"Gratisan Mulu hidup Lo, heran gue" celetuk Devan.

"Udah jadi miskin Lo!" Kata Aska.

"Heh! Seorang Sakantara Zellano tuh anti miskin-miskin club ye!" Balas Saka tak terima.

Saka ini memang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada sama seperti Sastra. Papanya merupakan seorang pengusaha sukses di bidang pertambangan, bahkan Papanya menjadi salah satu donatur terbesar di SMA Nusantara. Tapi ya namanya juga manusia, kalo bisa gratis kenapa harus bayar? Itulah prinsip Saka.

"Udah gak usah banyak bacot, kalo mau pesen ya pesen aja sana," kata Sastra yang sudah jengah mendengar perdebatan para sahabatnya itu.

"Nah gitu kek dari tadi, makin sayang deh sama Babang Sa" ujar Saka tersenyum menjijikan.

"Najis anjir!" Sewot Aska.

***

SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang