40

1.3K 169 13
                                    

Zee saat ini masih berada di Apartement Sastra, untung saja tadi saat pulang sekolah Zee memaksa ikut pulang dengan Sastra, jadilah ia bisa menyaksikan pertunjukan yang sangat seru tadi. Zee senang sekali melihat hubungan Sastra dan Kavy akhirnya hancur juga, tak sia-sia usaha ia selama ini. Kini tugas Zee hanya mendekati Sastra dan membuat cowok itu bertekuk lutut padanya.

Semenjak tadi Sastra meninggalkan Zee sendirian, cowok itu belum juga kembali dari kamarnya. Entah apa yang Sastra lakukan disana, sekarang Zee sedang fokus menonton tv dengan cemilan yang ada dipangkuannya.

Saat sedang asyik-asyiknya menonton tv, tiba-tiba ponsel Zee yang berada diatas meja berdering menandakan adanya panggilan masuk. Saat ini ia tahu siapa yang menghubunginya, Zee tak perlu pikir panjang lagi untuk segera mengangkatnya.

"Halo." Ujar Zee langsung.

"Gimana sama hasil kerja gue? Bagus kan?" Ujar seorang laki-laki diseberang sana.

"Bagus, sangat bagus! Gue puas dengan hasil kerja Lo. Lo emang terbaik, Kevan!" Balas Zee tersenyum senang.

Ya, yang sedang mengubungi Zee saat ini adalah Kevan, musuh bebuyutan Sastra.

"Ya, walaupun ini diluar rencana sih, karena gue cuma nyuruh Lo ngehadang Sastra doang, eh Lo malah nabrak dia." Lanjut Zee.

Diseberang sana, Kevan terkekeh kecil mendengar balasan Zee.

"Tanggung kalo cuma ngehadang doang mah, mending gue tabrak aja sekalian." Ucap Kevan santai.

"Tapi gak papa sih, karena Lo juga Sastra jadi gagal ketemu si Kavy. Dan keberuntungan gue gak sampai disitu aja, gue juga dapet foto Kavy sama Saka lagi pelukan dari adek gue, dan dari situ juga gue bisa buat Sastra benci sama Kavy." Balas Zee antusias.

"Sekarang lo emang lagi berunding, tapi gak tau kalo nanti." Ujar Kevan terkekeh sinis.

"Gue gak peduli, yang jelas gue seneng bisa bikin Sastra sama Kavy putus. Lagian si Sastra bego banget, mau aja kemakan sama omongan gue." Celetuk Zee seraya tertawa kecil.

"Itu mah Lo nya aja yang pinter boong." Cetus Kevan.

"Itu kan emang keahlian gue." Zee terus saja tertawa, sampai ia tak sadar kalau Sastra mendengar semua percakapannya dengan Kevan dari balik tembok.

Sastra pun segera keluar dari persembunyiannya, ia bertepuk tangan dengan keras sampai membuat Zee terkejut ditempatnya.

"S-Sastra." Cicit Zee takut.

"Hahahaha, ternyata bener kata Lo kalo gue emang bego! Bisa-bisanya ya, gue lagi-lagi kemakan omongan busuk Lo itu!" Sastra tertawa sumbang yang membuat Zee semakin merinding dibuatnya.

"Sastra ini gak seper--".

Sastra mengangkat tangannya, tanda ia sudah tak mau lagi mendengar apapun dari mulut Zee.

"Lo tau?! Gara-gara omongan Lo itu, gue sampe nuduh Kavy yang nggak-nggak padahal dia gak salah apa-apa! Gila, brengsek banget gue!" Ujar Sastra yang mulai menaikan nada suaranya.

"Sastra, gue bisa jelasin semuanya." Ujar Zee memberanikan diri.

"Jelasin apa lagi hah?! Lo udah bohongin gue! Dan Lo juga yang buat hubungan gue sama Kavy hancur!" Teriak Sastra menggelegar.

"Tap--".

"Gue gak mau denger apa-apa lagi dari Lo. Sekarang Lo pergi dari sini sebelum kesabaran gue habis!" Geram Sastra menatap tajam Zee.

Zee yang ketakutan pun segera keluar dari Apartement Sastra dengan tergesa-gesa. Sastra kalut, ia menendang semua benda yang ada disekitarnya. Ia benci, ia benci dengan dirinya sendiri yang begitu bodoh dan mudah sekali dibohongi perempuan iblis itu.

SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang