"nih minum" kata Sastra menyodorkan sebotol air mineral pada Kavy.
"Thanks" ucap Kavy tersenyum manis seraya menerima air mineral dari Sastra.
"Sekalian buburnya dimakan".
Kavy menggelengkan kepalanya dengan cepat, "nggak mau, gue gak laper!".
"Makan Kavy muka Lo pucet banget" kata Sastra menatap tajam Kavy.
"Yaudah iya!".
"abis ini kita pulang".
Kavy yang sedang memakan buburnya pun langsung tersedak. Sastra yang melihat itu langsung menyodorkan air mineral kepada Kavy.
Setelah minum, Kavy langsung menatap tajam Sastra. Sedangkan yang ditatap malah menampilkan muka datarnya.
"Apa'an pulang, gue gak mau! Emang gue sakit!" Kata Kavy ngegas.
"Gak ada yang nyuruh Lo ngomong" kata Sastra tajam.
Dan Kavy hanya bisa cemberut menanggapi Sastra.
"Lo pada mending keluar deh, ambilin tasnya Kavy." Kata Sastra mengusir.
"Iya deh yang maunya berduaan aja" kata Aska tersenyum menggoda.
"Tapi kan kita mau nemenin Kavy disini" kata Sekar lesu.
"Udah-udah mendingan kita keluar, lagian si Kavy juga gak papa kok." ucap Aksa menenangkan.
"buruan sebelum si Sastra ngamuk tuh!" Celetuk Saka.
Dan akhirnya mereka semua pun keluar dari UKS meninggalkan Sastra dan Kavy.
"Sa gue gak papa, beneran deh. Gak usah pulang yaa" kata Kavy melas.
"Gak papa gimana, Lo tadi pingsan Kavy" kata Sastra berusaha tidak terbujuk dengan tatapan melas Kavy.
"Itu tadi gue cuma ketiduran doang kok" ucap Kavy asal.
Sastra pun menoyor kepala Kavy pelan. Ia tidak tahan dengan ekspresi menggemaskan Kavy.
"Ketiduran pala Lo!".
***
Dan kini Kavy tengah berada diatas motor sport Sastra memposisikan tangannya melingkar indah diperut Sastra dengan nyaman.
Lampu lalu lintas berubah merah, Sastra dan Kavy hanya diam menikmati suasana yang sejuk karena memang cuaca sedang mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
"Lo kenapa gak pake jaket gue buat tutupin paha Lo si?!" Tanya Sastra tiba-tiba.
"Lupa Sa, tadi kan Lo sendiri yang buru-buru mau pulang".
"Tuh orang ngeliatin Mulu paha Lo Kavyy" kata Sastra melirik tajam remaja yang berada tak jauh dari posisi mereka berdua.
Memang sedari tadi dua remaja itu selalu mencuri pandang pada Kavy. Oh tidak lebih tepatnya paha Kavy. Dan itu membuat darah Sastra serasa mendidih.
"Yaudah si biarin aja".
"Gak bisa gitu dong, Lo punya gue. Gue gak rela ya, bagi-bagi." Kata Sastra ngegas.
Kavy hanya memutar bola matanya malas menanggapi sikap posesif Sastra.
Saat lampu berubah warna menjadi hijau Sastra kembali melakukan motornya membelah jalanan. Namun seperti yang tadi dikatakan. Hujan pun mulai turun dengan derasnya membasahi ibukota.
"anjing, pake segala hujan lagi." Gerutu Sastra kesal. Ia pun menambah kecepatan motornya.
"Sa mending neduh dulu deh. Hujannya deras banget" teriak Kavy takut Sastra tidak mendengarnya.