Kavy tak henti-hentinya menggerutu kesal sembari membersihkan lantai toilet dengan asal-asalan. Inilah akibatnya jika mencari masalah dengan Bu Mirna. Ditambah lagi Kavy lupa mengerjakan pr matematikanya. Huh! Keberuntungan yang ada sempurna sekali bukan!Niat hati ingin tidur dengan nyaman, eh malah berakhir ditoilet dengan ditemani berbagai alat kebersihan. Miris banget hidup Lo Kavy.
"Aelah males banget ngerjain kek ginian. Dirumah aja gue gak pernah kayak gini!" Gerutu Kavy kesal dan terus mengepel walaupun hasilnya amburadul.
"Ahhhhhh mana bau banget lagiiii!" Teriak Kavy frustasi.
"Rajin amat neng?" Celetuk Sastra yang tiba-tiba sudah ada disamping Kavy.
Sastra menyandarkan tubuhnya ditembok dengan kedua tangan berada disaku celananya.
Hilihhh sok ganteng banget. Tapi emang ganteng si!
"Iya nih bang!" Sahut Kavy.
"Udah cocok nih buat jadi babu gue dirumah" kata Sastra bercanda.
Kavy memutar bola matanya malas "pergi sana kalo cuma mau ganggu." Ujar Kavy kesal.
"Baperan amat cewek gue." Gumam Sastra.
"Mau dibantuin gak?" Tanya Sastra menawari.
"Mau lahhhh!" Kata Kavy dengan mata berbinar menatap Sastra.
"Peluk dulu tapi" kata Sastra santai.
Kavy mendelik tidak suka, "idih ogah!".
"Yaelah sok jual mahal banget" ucap Sastra lalu menarik tangan Kavy namun bukannya memeluk, Sastra malah mengacak-acak rambut Kavy yang hari ini tampak cantik dengan digerai. Dan tentu saja hal itu memancing protesan kesal dari Kavy.
"Cantik banget pacar gue hari ini." Kata Sastra seraya merapikan kembali rambut Kavy.
Kavy yang awalnya kesal pun, hanya bisa mengulum senyumnya. Salting.
"Yok gue bantuin!" Kata Sastra kemudian.
Mereka pun membersihkan toilet bersama-sama dengan diiringi canda tawa.
"Kavyy".
"Hmm".
"Kita serasa jadi keluarga sakinah mawadah warahmah ya".
sudah cukup Kavy gak kuat!
***
Dilapangan basket, Kavy tengah menonton para anak basket yang sedang latihan karena sebentar lagi akan ada pertandingan antar sekolah dan Nusantara yang menjadi tuan rumahnya. Jangan salah, walaupun cuma latihan yang menonton hampir memenuhi tribun. Siapa juga yang mau melewatkan para mostwanted sekolah lagi keringetan.
Kavy hanya bisa mendengus kesal mendengar teriakan para siswi yang berteriak menyemangati Sastra.
"Alay banget deh! Gue yang pacarnya aja gak kayak gitu." Gerutu Kavy.
"Sabar-sabar resiko punya pacar ganteng." Kata Devi menenangkan.
"Ke kelas aja yuk. Males gue disini lama-lama." Kata Kavy ketus.
"Elah bentar lagi juga selesai Kavy, Lo emang gak mau ngasih Sastra minum." Kata Icha yang masih fokus menonton.
"Gak ah males!" Kata Kavy ketus.
"Anjir Vy, cowo Lo ada roti sobeknya!!" Teriak Devi dengan histeris.
Kavy langsung menengok kedepan untuk melihat apa yang terjadi dan emosi Kavy langsung naik ke ubun-ubun. Disana Sastra tengah mengelap keringatnya menggunakan ujung bajunya membuat perut kotak-kotak Sastra terekspos. Sontak saja semuanya berteriak histeris melihatnya.
Anjirrr!! Ngajak ribut nih orang!!
Saat Sastra menoleh kearahnya Kavy segera memelototkan matanya menatap Sastra lalu berkata. "Jangan ganjen!!".
Walaupun suara Kavy teredam oleh teriakan semua orang yang berada ditribun, tapi sepertinya Sastra tau apa yang Kavy katakan, buktinya ia tersenyum menatap Kavy. Tapi hal itu malah semakin membuat suasana makin heboh.
Kavy hanya memutar bola matanya malas.
Tak lama latihan pun usai. Kavy pun segera melangkahkan kaki untuk keluar dari tribun, ia sudah tidak tahan berada disana.
"Eh! Kavy itu bukannya Kak Eva ya? Dia kayaknya mau nyamperin Sastra deh." Kata Devi mengentikan langkah Kavy.
Kavy segera mengikuti arah pandang dua temannya. Dan benar saja, disana Eva kakak kelas Kavy yang terkenal dengan dandanannya yang menor, tengah menghampiri Sastra sambil membawa botol minuman.
Kavy segera melangkahkan kakinya menghampiri Sastra saat sudah sampai Kavy langsung mengapit tangan Sastra dengan manja lalu menatap kakak kelasnya itu.
"Eh Tante mau ngapain nyamperin cowok gue?" Tanya Kavy dengan tersenyum manis.
Eva menatap Kavy dengan sinis, "Minggir deh. Gue dak ada urusan sama Lo".
"Oh tentu ada dong, gue kan pacarnya Sastra." Kata Kavy menekan kata pacar supaya Tante satu ini sadar diri.
Eva menatap Kavy dari atas sampai bawah lalu terkekeh sinis. "Lo gak pantes jadi pacarnya Sastra btw".
"Lo juga lebih pantes jadi emaknya Sastra btw" sahut Kavy.
Semua orang yang berada disana pun tertawa mendengar ucapan Kavy. Eva semakin kesal dan malu, bisa-bisanya ia kalah dengan adik kelas.
"Kurang ajar Lo!" Tangan Eva terangkat ingin menampar Kavy.
Sastra yang sedari tadi terdiam pun segera mencekal tangan Eva sebelum mengenai pipi mulus Kavy. Lalu menghempaskannya dengan kasar.
"Eits tangannya jalang dilarang nyentuh pacar gue." Kata Sastra dengan tersenyum.
"pergi sana. Gue gak doyan tante-tante." Kata Sastra santai mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Eva.
Eva yang sudah sangat malu pun segera meninggalkan lapangan dengan wajah merah padam.
"Eits mau kemana?" Tanya Sastra sambil mencekal tangan Kavy yang hendak pergi.
"Ke kelas!" Sewot Kavy lalu menghempaskan tangan Sastra.
"Sorry, gue alergi deket-deket sama orang sok ganteng!".
"Dih bocah." Sastra lalu menarik tangan Kavy dan membawanya kedalam pelukan.
"Gemes banget si kalo lagi cemburu gini," kata Sastra gemas.
Kavy menatap protes pada Sastra. "Dih! Siapa yang cemburu!".
"Ck, gak mau ngaku!" Sastra berujar sambil mengapit kepala Kavy diketiaknya.
"Sastraaa ketek Lo bau, sumpahhh!!" Kata Kavy berteriak dan terus memberontak.
"Mana ada! Ketek orang ganteng gak mungkin bau!!" Kata Sastra kemudian melepaskan Kavy dan merapikan rambut Kavy yang acak-acakan.
"Dosa uwu-uwuan didepan jomblo" celetuk Saka tiba-tiba.
"Jomblo dilarang komen" kata Sastra.
"Bangsat!".
***