59

3K 231 100
                                    

"Kavy, Sastra kecelakaan dan---" Saka menghela nafas kemudian kembali melanjutkan ucapannya. "Dan dia meninggal di tempat".

Detik itu juga, dunia Kavy hancur dalam sekejap.

***

Kavy berlari dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit, tidak ada satupun air mata yang jatuh di pipi gadis itu, hanya ada raut datar diwajah Kavy. Dengan didampingi sang Mama yang terus menenangkan Kavy, mereka berdua terus berlari mengikuti Saka didepannya untuk menemui Sastra.

Entah apa yang harus Kavy lakukan, pikirannya terlalu kosong. Ini terlalu mengejutkan untuk Kavy. Apalagi saat Kavy sudah sampai didepan brankar dimana tubuh Sastra yang terbaring kaku dengan kain putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Kavy bingung, dadanya begitu sesak seperti ada sesuatu yang keras menghantam m dada Kavy, sampai-sampai ia kesulitan untuk bernapas. Yang bisa Kavy lakukan hanya memandang kosong kedepan dengan tangan yang mencengkram erat tangan sang Mama.

"Sayang kamu harus kuat ya, Mama akan selalu disamping kamu, kamu harus ikhlas ya nak." Tutur Mama menenangkan, meski ia sendiri sudah banjir dengan air mata.

Kavy menoleh menatap Mama, kemudian kembali menatap kedepan dengan pandangan datar. Dengan perlahan Kavy mencoba melepaskan cengkraman pada tangan Mama lalu mulai melangkah mendekati brankar.

"Jadi ini kejutan yang Lo maksud Sa?" Ujar Kavy seraya terkekeh kecil. "Kalo iya, Lo berhasil! Lo udah bikin gue kaget!" Lanjut Kavy.

"Kalo gitu, sekarang Lo bangun dong! Gue kangen, mau peluk Lo." Air mata yang tadinya ia tahan, kini meluncur deras bersamaan dengan tubuh Kavy yang jatuh bersimpuh disamping brankar Sastra.

"Sastra bangun, Lo serius mau ninggalin gue?"

"Lo tega Sa!".

"Katanya Lo cinta sama gue, tapi kenapa Lo pergi ninggalin gue?!". 

Kavy terus meracau dengan air mata yang terus berjatuhan dikedua pipinya, mencengkram erat pinggir brankar Sastra, mencoba menetralkan sesak didadanya yang begitu menyiksa.

"BANGUN SASTRA!!!".

"Katanya Lo mau nikahin gue! Ayo, sekarang buktiin semua omongan Lo itu!" Ujar Kavy seraya mengguncangkan badan Sastra.

"Bangun Sastra, peluk gue kayak dulu lagi, gue kangen pelukan Lo" lirih Kavy menjatuhkan kepalanya disisi Sastra.

Mama yang melihat putri kesayangannya begitu terpukul atas kepergian Sastra pun segera menghampiri Kavy, kemudian memeluk tubuh mungil itu sembari mencoba menenangkan Kavy.

"sabar sayang, kamu harus ikhlas!" Ujar Mama.

"Ma ini bercanda kan? Bilang sama Kavy kalo ini semua mimpi Ma!" Tanya Kavy.

"Sayang, kamu harus ikhlas nak!" Balas Mama.

"NGGAK! SASTRA MANA MUNGKIN NINGGALIN KAVY!! DIA UDAH JANJI BUAT NIKAHIN KAVY SETELAH LULUS KULIAH, GAK MUNGKIN DIA PERGI GITU AJA!! INI SEMUA CUMA MIMPII!!!" Teriak Kavy mencoba melepaskan pelukan Mama.

"Sayang dengerin Mama, kamu gak boleh kayak gini, kamu harus ikhlas! Sastra gak akan suka kalo kamu kayak gini!" Ujar Mama tegas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang