"Lo?!" Kaget Kavy.
Sedangkan orang yang tengah berdiri dihadapan Kavy hanya memasang wajah datar seraya memutar bola matanya malas.
"Biasa aja kali mukanya, kayak lagi ngeliat setan aja!"ketus Saka.
Ya, orang yang berada tengah berdiri dihadapan Kavy saat ini adalah Saka, sahabat karibnya Sastra.
"Sorry ya, muka Lo lebih serem dari setan soalnya!" Sarkas Kavy.
"Dih, kagak jadi deh bantuin Lo!" Ujar Saka berpura-pura akan beranjak pergi.
"Eh eh! Jangan gitu dong" melas Kavy menahan tangan Saka.
"Makanya jangan songong sama gue! Udah Lo minggir dulu sana." Titah Saka lalu mulai mengotak-atik mesin mobil milik Kavy.
Sedangkan Kavy hanya memperhatikan Saka yang dengan lihainya membetulkan mesin yang sekiranya bermasalah.
"Btw, Lo kok bisa ada disini sih. Bukannya Lo udah berangkat ke Melbourne ya bareng si Devan?" Tanya Kavy penasaran.
Pasalnya Kavy masih ingat betul sehari setelah keberangkatan Sastra, Saka dan juga Devan berangkat ke Australia untuk menempuh pendidikan di Universitas pilihan mereka masing-masing. Bahkan Kavy juga ikut mengantarkan mereka berdua ke bandara.
"Orang-orang disana tuh pada serius semua, gak cocok sama gue yang orangnya santuy gini. Jadi gue gak betah deh, terus balik lagi kesini." Jelas Saka yang masih sibuk dengan pekerjaannya itu.
"Gila!" Takjub Kavy.
"Kenapa sih? Biasa aja kali!" Ujar Saka.
Ia berbalik menatap Kavy heran melihat respon Kavy yang menurut Saka terlalu berlebihan itu.
"Terus gi---".
"Udah ya, nanti dulu nanya nya. Sekarang mending kita makan dulu, gue laper!" Sela Saka memotong perkataan Kavy.
"Lah, emang udah selesai?" Kaget Kavy.
"Udahlah! Gue gitu loh!" Balas Saka dengan bangga.
"Udah ayo masuk mobil gue!" Ujar Saka.
"Terus mobil gue gimana?".
"Nanti biar orang suruhan gue yang bawa! Udah buruan masuk!" Titah Saka seraya membukakan pintu untuk Kavy.
Kavy mengangguk, kemudian ia segera masuk ke mobil begitupun juga dengan Saka. Lalu mobil pun mulai melaju membelah jalanan ibukota.
"Oke, sekarang Lo mau nanya apa sama gue?" Tanya Saka memulai percakapan namun pandangannya tetap lurus menatap jalan raya.
"Kok Lo bisa keluar gitu aja sih dari kampus? Bukannya dikampus Lo kalo uang yang udah masuk gak bisa dikembaliin ya? Oh, atau jangan-jangan Lo belum bayar uang kuliah ya?" Tuduh Kavy seenaknya.
"Gila! Yakali gue belum bayar! Bahkan gue udah bayar selama tiga semester kedepan!" Balas Saka sedikit ngegas.
"Terus duit Lo gak balik dong?" Tanya Kavy lagi.
"Ya nggak lah" jawab Saka santai.
"What?!! Lo kok santai banget sih? Itu duit gede anjir!" Ujar Kavy tak santai.
"Lo kenapa sih Vy? Heran gue! Lo lupa kalo gue ini kan anak sultan?" Sombong Saka.
"Cih sombong! Tapi emang bener sih." Ujar Kavy menelan diakhir kalimat.
"Terus sekarang Lo kuliah dimana?" Tanya Kavy.
"Sama si Aska." Jawab Saka acuh.
Kavy mengangguk, kemudian memilih memfokuskan pandangan keluar jendela dengan bosan, sampai saat matanya tak sengaja menatap seorang anak kecil yang tengah berjualan air mineral dipinggir jalan, sontak membuat Kavy iba. Kavy pun segera memberitahu Saka untuk menepikan mobilnya sejenak untuk membeli dagangan anak kecil itu.