Baru saja Kavy akan melakukan praktek, tiba-tiba saja sesuatu yang keras menghantam Kepala Kavy. Kavy pun terjatuh kelantai lapangan dan pingsan.Orang-orang yang melihat kejadian itu pun segera berlari menghampiri Kavy.
"Jangan sentuh cewek gue!".
Sastra berkata dingin saat ia melihat Ardi yang memegangi lengan Kavy dan hendak menggendongnya.
Sastra segera menepis kasar tangan Ardi lalu beralih menggendong Kavy.
"Gue minta maaf Sa, gue gak sengaja" kata Ardi.
"Kalo sampai terjadi sesuatu sama cewek gue, gue sendiri yang bakal ngabisin Lo." Sastra berkata tajam lalu segera berlari untuk membawa Kavy ke UKS.
***
Sastra segera menidurkan Kavy ke kasur yang ada di UKS dengan hati-hati, Sastra menatap tajam penjaga UKS yang hanya diam mematung.
"Obatin cewek gue jangan malah diem aja!" Sentaknya.
Penjaga UKS yang bernama Ayu itu pun langsung tersadar dan segera menghampiri Kavy dan memeriksa keadaannya.
Ia langsung membuka semua atribut sekolah Kavy seperti dasi, sepatu dan ikat pinggang supaya Kavy tidak merasa pengap. Namun saat ia hendak membuka kancing atas seragam Kavy gerakannya harus terhenti karena perkataan Sastra.
"Eh eh Lo mau apain cewek gue?".
"A-aku cuma mau buka kancingnya doang kok, biar dia nggak gerah dan cepet sadar." Kata Ayu terbata-bata.
"Oh oke lanjutin".
Ayu pun melanjutkan kegiatannya membuka dua kancing teratas Kavy. Ia juga memberikan Kavy minyak angin dan juga mengobati memar dikepala Kavy.
"A-aku udah selesai. Dia juga gak papa kok, cuma sedikit memar aja sebentar juga mungkin sadar." Kata Ayu dengan gugup.
"Hmm sekarang Lo keluar".
Ayu pun menganggukkan kepalanya dan segera berlalu keluar UKS. Bisa bahaya dia kalau terus berada satu ruangan dengan Sastra. bukan karena takut terpesona dengan Sastra tapi aura intimidasi Sastra tuh kerasa banget.
Kini suasana UKS sangat hening. Sastra hanya diam memandangi wajah cantik Kavy yang masih terpejam.
Saat matanya tak sengaja melihat baju Kavy yang terbuka sampai membuat bagian dalamnya sedikit kelihatan. Sastra hanya bisa mengumpat dalam hati.
"Shit! Kenapa harus dibuka sih, gue juga cowok normal kali" ucap Sastra dalam hati lalu menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran liatnya. Sastra kembali memandangi wajah Kavy.
Ia masih heran dengan dirinya sendiri mengapa ia begitu khawatir melihat keadaan Kavy, padahal biasanya ia selalu cuek dengan makhluk yang bernama perempuan.
Apa benar ia sudah mencintai Kavy. Sastra akui, ia memang tertarik dengan Kavy tapi untuk urusan cinta ia rasa tidak semudah itu.
Lamunan Sastra buyar saat Kavy melenguh dan mulai membuka matanya.
"Ada yang sakit?" Sastra bertanya sembari membantu Kavy duduk.
"Gak cuma pusing doang." Kata Kavy yang sedang memijit pelipisnya.
"Haus".
"Hah haus? Bentar-bentar." Kata Sastra. Ia langsung mengedarkan pandangannya mencari air mineral namun sepertinya tidak ada.
"Ini sekolah miskin banget si, sampe minum aja gak ada?!" Sastra terus menggerutu sembari mondar-mandir gak jelas.
"ini sekolah punya bokap Lo kalo Lo lupa." Kata Kavy terkekeh kecil.