Hari ini genap sepuluh hari Kavy berada di rumah sakit. Kondisi Kavy pun kini sudah berangsur-angsur membaik dan rencananya besok pagi Kavy sudah boleh pulang dan beristirahat di rumah. Berhubung hari ini adalah hari Minggu, ruang inap Kavy pun ramai oleh para sahabatnya yang datang sedari pagi untuk menemaninya. Sedangkan kedua orang tua Kavy tengah makan siang berdua dikantin rumah sakit, jadi didalam ruangan Kavy hanya terisi para remaja saja.
Untung saja ruang rawat Kavy merupakan ruangan VVIP jadi bisa menampung banyak orang. Mereka semua duduk melingkar dikarpet berbulu tebal dengan berbagai makanan yang berada ditengah-tengah. Rencananya sih, mereka mau makan siang bersama sambil sesekali bercanda, kan lebih asik.
Kavy yang posisinya duduk diapit oleh Sastra dan juga Saka hanya bisa terdiam tanpa berniat untuk makan seperti yang lain. Bukannya grogi atau apa, hanya saja Kavy seperti tidak selera memakan makanan yang ada dihadapannya itu.
"Sastra, laper..." Rengek Kavy menatap Sastra yang ada disampingnya.
Sastra yang sedang memakan pizza pun langsung berhenti dan menatap Kavy heran. "Lah mata Lo buta apa gimana sih Gel! Itu didepan Lo banyak makanan tinggal Lo masukin ke mulut, apa perlu gue suapin?".
"Ish bukan gitu! Gue bosen makan bubur Mulu tau!" Sebal Kavy.
"Ya kan itu masih banyak makanan yang lain, mau apalagi emang?" Tanya Sastra yang berusaha sabar.
"Ish, gak mauuuu! Gue maunya bakso!" Jawab Kavy tegas.
"Lo mah pikirannya bakso mulu, ntar makin Bogel baru tau rasa Lo." Ujar Sastra asal.
"Dih, apa hubungannya coba! Udah Sono beliin gue bakso." Perintah Kavy sambil mendorong-dorong Sastra supaya segera pergi.
"Gak ah males".
"Oh yaudah kalo gitu gue minta tolong beliin si Sa--".
"Iya sini gue beliin! Mau berapa?!" Potong Sastra cepat.
"Nah gitu dong! Sekalian sama es krim juga ya." Pinta Kavy dengan puppy eyes nya supaya Sastra luluh.
Sastra segera memalingkan wajahnya takut tak bisa menahan diri melihat ekspresi Kavy yang begitu menggemaskan.
"Gak usah ngadi-ngadi! Lo masih sakit, gak boleh makan es krim!" Balas Sastra tegas.
"Ayo dong Sa, gue udah sembuh kok! Beliin ya." Ujar Kavy masih berusaha membujuk Sastra.
Tahan Sastra tahan, gak boleh goyah!
"Beliin ya sayang." Ujar Kavy lembut seraya tersenyum manis menatap Sastra.
"Yaudah iya".
Mohon maaf readers, imam Sastra tidak terlalu kuat untuk menghadapi Kavy.
"Hmm, bucinnya sudah mendarah daging ya Bund." Celetuk Aska yang sedari tadi memperhatikan kedua sejoli itu.
"Bacot! Gue bos Lo, gak usah songong!" Balas Sastra ngegas.
"Udah sono berangkat." Suruh Kavy.
Sastra segera beranjak dari duduknya dan berjalan dengan sedikit ogah-ogahan.
Baru saja Sastra sampai di pintu keluar, Sastra segera berbalik menuju Kavy dengan tergesa-gesa setelah mendengar Kavy mengaduh kesakitan.
"Kenapa-kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Sastra khawatir.
"Gak, tadi tangan gue cuma kesenggol dikit doang sama Saka." Sahut Kavy merujuk pada tangannya yang masih tertanam jarum infus.
"Heh anjir! Tangan Lo kenapa infusan cewek gue sat!" Ujar Sastra ngegas. Tangannya terangkat menabok belakang kepala Saka.