Saat ini Sastra beserta anak-anak Aodra sudah berada di markas mereka. Setelah tadi berhasil meratakan geng Antraks, mereka semua pun segera bergegas ke markas untuk mengobati lukanya masing-masing.
Sastra yang memang hanya mendapat sedikit luka memar pun hanya duduk diam sembari bermain ponselnya, tak berniat untuk mengobati lukanya. Ia sedikit khawatir meninggalkan Kavy yang sendirian di Apartemennya, takut Kavy bosan dan malah mengacak-acak Apartnya. Kan bahaya, perlu diingatkan lagi. Kavy itu cewek bar-bar yang agak sedikit miring otaknya.
"Sa Lo dari pada diem aja, mending bantuin obatin luka gue." Aska berucap sembari meringis mengompres luka disudut bibirnya.
Sedangkan Sastra hanya mendelik menatap Aska, "emang gue babu Lo!" Sahut Sastra tajam.
"Yaelah, tega amat Lo sama temen sendiri. Duh mana muka gue nyut-nyutan semua lagi! Bisa-bisa si Sekar berpaling dari gue nih, kalo luka ganteng gue ini bonyok semua." Ringis Aska berbicara sendiri.
"Eh, Van! Lo gak sakit apa? Perasaan muka Lo sama bonyoknya kayak gue, tadi dari tadi gue gak dengerin Lo ngeringis kek apa kek, Lo mati rasa ya?" Tanya Aska yang heran menatap Devan yang duduk diam saja seperti Sastra.
"Sorry, gue gak lebay kayak lo!" Balas Devan datar.
"Anjir! Nyesel gue nanya!" Sewot Aska.
"Saka siapa yang nemenin di rumah sakit?" Tanya Sastra yang tiba-tiba teringat pada kondisi Saka yang masih ada di rumah sakit.
"Ada si Gilang yang nemenin, lagian besok juga udah boleh pulang."sahut Aska yang mendapat anggukan kepala dari Sastra.
Sastra buru-buru beranjak dari duduknya untuk segera pulang ke Apartement untuk memastikan keadaan Kavy. Sedangkan Aska yang melihat itu pun membuka suara.
"Lah mau kemana lo?" Tanya Aska.
"Balik" jawab Sastra.
"Tumben, gak mau nongkrong dulu disini?" Tanya Aska yang masih bingung.
"Ada cewek gue di Apart" sahut Sastra. Ia pun segera berjalan menuju motornya.
"Ceilah, bae-bae Lo, khilaf!" Teriak Aska meledek.
"Bacot!".
***
Dan kini Sastra pun sudah sampai di gedung Apartmentnya ia tengah menaiki lift yang mengantarkannya menuju unit Apartmentnya. Sambil sesekali melihat jam tangan yang bertengger ditangannya sudah menunjukkan pukul delapan malam. Berarti sudah lumayan lama Sastra meninggalkan Kavy.
Saat pintu lift terbuka, Sastra segera menuju unitnya dan menekan kata sandi untuk dapat masuk kedalam.
Sedangkan Kavy yang memang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Sastra, segera bergegas menuju pintu saat mendengar ada suara orang yang membuka pintu. Ia berkacak pinggang menunggu Sastra masuk.
"Bagus ya, kenapa harus bohong coba?" Tanya Kavy galak, menatap Sastra yang sudah berdiri dihadapannya.
"Bohong apa sih?" Tanya Sastra pura-pura tidak tau.
"Gak usah ngeles! Masa cuma ketemu Aska bisa bonyok kayak gini?!" Ketus Kavy. Tangannya terangkat menekan luka lebam diwajah Sastra.
"Ssshhhh, sakit Vy! Iya-iya gue minta maaf udah bohong sama Lo." Ringis Sastra.
"Lagian siapa suruh pake berantem segala, udah sini duduk gue obatin!" Kavy mengomel sembari mengajak Sastra untuk duduk disofa dan Kavy pergi ke dapur untuk mengambil kotak p3k.
"Ya maaf, namanya juga cowok. Wajarlah kalo cuma berantem doang mah," sahut Sastra.
"Wajar mata Lo somplak! Ini muka Lo jadi bonyok kayak gini, Lo pikir bagus hah!!" Sewot Kavy. Tangannya dengan telaten mengobati luka Sastra sesekali dengan sengaja menekannya.