Sastra baru saja sampai di apartement nya setelah tadi mengantar Zee pulang kerumahnya. Untung saja kondisi Zee tak terlalu parah dan tidak perlu dirawat, hanya kakinya saja yang sedikit terkilir sehingga harus menggunakan tongkat untuk sementara waktu.
Sastra tidak langsung mandi walau jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sastra terlebih dahulu mengistirahatkan badannya yang sudah lelah seharian ini. Dari tadi ia masih sibuk memikirkan hal apa yang ia lupakan, tapi otaknya ini tidak mau bekerja sama untuk dapat mengingatnya. Jadi daripada pusing, Sastra memilih membersihkan diri dulu supaya otaknya bisa lebih fresh lagi.
Setelah mandi Sastra mengecek ponselnya yang sejak sore tadi tak ia sentuh sedikitpun karena terlalu sibuk. Sastra membelalakkan matanya saat begitu banyak pesan maupun telepon dari Kavy yang tak sempat ia balas. Sastra baru ingat bahwa ia harus menjemput Kavy di kafe setelah selesai kerja kelompok. Kenapa Sastra bodoh sekali bisa sampai melupakan kekasihnya itu. Apakah Kavy sudah pulang saat ini? Kavy tidak sebodoh itu kan, untuk menunggu Sastra datang menjemputnya sampai jam segini. Sepertinya Sastra harus memastikannya langsung. Sastra pun segera bersiap-siap untuk pergi kerumah Kavy.
Sial! Kenapa gue harus lupa sih?! Bisa ngamuk nih ibu negara
***
Sastra kini sudah sampai di rumah Kavy, namun sedari tadi Sastra memencet bel tidak ada siapapun yang membukakan pintu untuknya. Sastra melirik jam yang melingkar ditangannya baru menunjukkan pukul delapan malam, tidak mungkin mereka semua sudah tidur jam segini.
Sastra memutar otaknya untuk bisa masuk kedalam dan menemui Kavy. Dan saat pandangan matanya menatap sekeliling, Sastra melihat sebuah tangga yang berdiri tak jauh dari balkon kamar Kavy. Sastra pun tersenyum miring saat sebuah ide tiba-tiba terlintas diotaknya.
Sastra segera berjalan mengendap-endap menuju tangga tadi dan menaikinya untuk bisa sampai ke kamar Kavy. Untung saja kamar Kavy letaknya tidak terlalu tinggi jadi kasih bisa Sastra gapai. Setelah Sastra berhasil sampai di balkon kamar Kavy, ia pun membuka pintu balkon yang memang jarang Kavy kunci jika belum terlalu malam. Dan itu merupakan suatu keberuntungan bagi Sastra sehingga Sastra bisa dengan mudah masuk kekamar Kavy.
Sastra mengendarkan pandangannya sekeliling kamar Kavy yang tampak kosong untuk mencari keberadaan Kavy. Sepertinya Kavy tengah berada dikamar mandi, terbukti dengan adanya suara air keran yang menyala. Dan dugaannya benar setelah tak lama dari itu Kavy keluar dengan wajah yang basah, sepertinya Kavy baru saja selesai mencuci muka dan bersiap untuk tidur dengan baju tidur motif beruang yang sudah melekat ditubuhnya.
Kavy awalnya cukup terkejut melihat Sastra yang tiba-tiba sudah berada di kamarnya, namun ia berhasil mengontrol ekspresinya menjadi sedatar mungkin menatap Sastra.
"Ngapain Lo kesini?" Kavy bersedekap dada menatap dingin Sastra.
"Gue kesini cum--".
"Stop! Jangan mendekat! Gue alergi deket-deket sama tukang selingkuh!" Ucap Kavy yang berhasil menghentikan langkah Sastra yang hendak mendekat pada Kavy.
"Ayolah Vy. Masa cuma gara-gara gue lupa jemput Lo, Lo jadi ngambek gini sih." Ujar Sastra mencoba membujuk.
Kavy menatap galak Sastra, "gue gak masalahin Lo yang katanya lupa jemput gue, tapi yang gue masalahin itu alasan Lo lupa ngejemput gue karena keasikan sama cewek lain kan? Lo selingkuh kan, dibelakang gue?!" Tuding Kavy.
"Hah?! Siapa yang selingkuh, astaga!!" Frustasi Sastra.
"Lo lah! Siapa lagi?! Ngapain coba jalan ke mall sama cewek lain, mana pake gendong-gendongan segala lagi! Najis banget!" Sarkas Kavy.
"Heh! Mulutnya! Mau banget gue cium nih bogel!" Seloroh Sastra.
"Apa?! Gak terima?!" Tantang Kavy.
"Yaampun Vy, mana mungkin gue selingkuh sama bocil! Kalah jauh lah dia, kalo sama Lo mah" ujar Sastra.
"Bacot! Dah lah, males gue sama Lo!" Ketus Kavy.
"Dih kebiasaan. Makanya dengerin penjelasan gue dulu." Ujar Sastra yang mulai jengah karena terus disudutkan oleh Kavy.
"Yaudah! Cepat jelasin!"
"Oke".
Sastra menghela napas panjang sebelum menjelaskan semuanya pada Kavy. Setelah cukup tenang, Sastra pun kembali membuka suara.
"jadi pas gue mau jemput lo ke kafe, tiba-tiba ada cewek yang nyebrang jalan sembarangan dan hampir ketabrak sama gue, untung aja gue sempet rem jadi gak sampe nabrak dia. Tapi pas gue nawarin buat nganter dia pulang itung-itung sebagai permintaan maaf gue, dia malah nolak dan malah maksa gue buat anterin dia ke mall, jadi dengan terpaksa gue turutin aja. Eh pas udah di mall dia malah minta ini itu sama gue, gue kesel dong. Jadi gue tinggalin aja dia sendiri, tapi dia malah keserempet mobil gara-gara ngejar gue. Jadilah gue harus nganter dia dulu kerumah sakit dan karena itu gue jadi lupa buat jemput Lo. Tapi beneran deh! Sumpah! Gue gak ada niatan buat sengaja gak jemput Lo apalagi selingkuh dari Lo." Ujar Sastra panjang le
"Hilih, bicit!" Balas Kavy, walau begitu, pipi Kavy tetap merona mendengar kata terakhir dari Sastra.
"Dih, gak percaya! Udah lah Vy. Lo terlalu sempurna kalo dibandingin sama dia. Jadi gak usah cemburu ya," ucap Sastra menggoda Kavy.
"Sastra stop! Gue salting anjir!!" Ucap Kavy malu dengan pipinya yang semakin memerah.
Sastra yang gemas pun segera mengacak-acak puncak kepala Kavy. "Gemesin banget sih, sini peluk".
Kavy tanpa ragu langsung mendekat pada Sastra dan memeluknya dengan erat, menyembunyikan wajahnya yang merona didada bidang Sastra.
"Lo kok tiba-tiba ada dikamar gue sih? Untung aja gue gak teriak tadi." Ujar Kavy mendongakkan kepalanya menatap Sastra.
"Lagian siapa suruh gak ngebukain pintu, jadi terpaksa deh gue manjat balkon lo." Jawab Sastra santai.
"Abisnya Lo nyebelin!" Sewot Kavy.
Kavy berusaha mendorong badan Sastra supaya pelukannya terlepas. Namun Sastra malah mengeratkan pelukannya tak membiarkan Kavy lepas begitu saja.
"diem dulu Vy. Gue masih kangen sama Lo," ujar Sastra pelan.
"Dih, bisa banget ngalusnya!" Sindir Kavy.
"Diem deh. Lo masih ada hutang ya sama gue, jadi gak boleh songong!" balas Sastra.
"Hutang apa'an! Gue gak ngerasa pinjem duit tuh sama Lo!" Protes Kavy.
"Gak usah pura-pura bego. Lo emang udah bego jadi gak usah pura-pura." Ejek Sastra.
"Sabar-sabar, orang sabar disayang Taehyung." Balas Kavy.
"Dih, siapa Taehyung?!" Tanya Sastra ngegas.
"Gak tau, kata Devi sih orang ganteng." Jawab Kavy polos.
"Hilih! Udah deh gak usah mengalihkan pembicaraan! Lo kan kalah main basket sama gue dan sesuai perjanjiannya, Lo harus dapet hukuman dari gue." Tegas Sastra.
Anjir! Masih ingat aja nih anak!
"Jangan Lo pikir gue lupa ya, karena itu gak akan mungkin." Ujar Sastra seolah tahu isi hati Kavy.
"Yaudah apa'an hukumannya?" Sahut Kavy malas.
"Cium gue".
***