26

1.3K 178 3
                                    

"Lo siapa?" Tanya Kavy.

Deg.

Tubuh Sastra langsung menegang setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Kavy. Tolong beritahu pada Sastra bahwa ini semua hanya bercanda. Tidak mungkin kan kalau Kavy amnesia.

"Vy, Lo jangan bercanda deh! Gak lucu sumpah!" Geram Sastra.

Tapi wajah bingung yang tercetak jelas diwajah Kavy semakin membuat Sastra kalut. Ia takut Kavy benar-benar melupakannya.

Sedangkan teman-teman Sastra yang baru sampai diruangan Kavy pun hanya bisa menatap bingung semua orang. Mereka masih belum bisa membaca situasi yang sedang terjadi saat ini.

Sastra mencoba untuk menggenggam tangan Kavy namun Kavy malah menjauhkan tangannya, menghindar. Dan hal itu tak luput dari tatapan para sahabatnya yang semakin bingung melihatnya.

"Vy lo bercanda kan? Plis ngomong sama gue kalo Lo bercanda kan? Ini gue Sastra, pacar Lo!" Ujar Sastra menggebu-gebu.

"Maaf, Lo siapa ya? Gue gak kenal." Jawab Kavy datar.

Teman-teman Sastra sempat terkejut sesaat setelah mendengar perkataan Kavy. Mereka mulai bisa membaca situasi yang sedang terjadi.

"Si Kavy abis ciuman sama aspal kok jadi pikun begini ya?" Bisik Aska pada Saka yang ada disebelahnya.

"As, ini bukan waktunya bercanda! Lagian gue yakin kok ini cuma boongan doang, ia cuma boongan doang." Balas Saka yang juga mencoba menyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya lelucon belaka.

Setelah suster yang tadi memeriksa Kavy pamit undur diri, suasana didalam ruangan pun sangat hening. Mereka masih belum sepenuhnya percaya dengan semua ini.

"Pfffttt." Kavy yang sedari tadi berusaha menahan tawanya agar tidak meledak pun akhirnya tertawa terbahak-bahak, walaupun sesekali meringis sakit. Ia tidak percaya ternyata Sastra dan teman-temannya bisa ia tipu.

Sedangkan semua orang yang melihat Kavy tertawa dengan puasnya hanya bisa menatap Kavy dengan tatapan datar.

"Anjir! Muka Lo Sa, lucu banget sumpah!"ujar Kavy disela-sela tawanya.

"Kavy, ini gak lucu!" Ucap Sastra menatap Kavy tajam.

Kavy pun langsung menghentikan tawanya setelah melihat raut wajah Sastra yang menyeramkan.

"Gue kan cuma ngeprank doang, biar ada dramanya dikit." Cicit Kavy diakhir kalimat.

"Vy, bae-bae Lo kualat sama kita. Baru bangun dari koma aja belagu lo!" Ujar Aska sewot.

"Bacot deh!" Balas Kavy.

"Anj---".

"Siapa yang anjing?" Sela Sastra memotong ucapan Aska.

"Gue Sa, gue yang anjing!" Balas Aska tersenyum manis.

Aska lebih memilih duduk disofa yang diikuti oleh Saka dan Devan, dari pada meladeni Kavy yang tengah menatapnya meledek.

"Untung cantik kalau gak usah gue pites tuh anak." Batin Aska.

Sastra hanya bisa menghela nafas panjang menghadapi tingkah Kavy yang selalu saja membuatnya pusing.

"Vy, tadinya gue sempet mau jedotin kepala Lo ke tembok, biar Lo bisa inget lagi sama gue." Ujar Sastra.

Kavy langsung mendelik menatap Sastra, "heh! Lo kalo ngomong asal ceplos aja!".

"Yakan di film-film juga gitu, kalo orang amnesia terus kepalanya kejedot bisa langsung inget lagi." Sahut Sastra.

"Gak gitu konsepnya sayang!" Gemas Kavy.

Sastra membuang mukanya untuk menutupi kegugupannya hanya karena dipanggil sayang oleh Kavy. Heii ini baru pertama kali Kavy memanggilnya dengan panggilan seperti itu.

Sialan! Gue cuma dipanggil kayak gitu doang usah salting anjir!!

"Vy, Lo abis koma bukannya tambah kalem malah makin gesrek ya." Ujar Sastra berusaha menutupi kegugupannya.

"Dih, bilang aja Lo salting kan gue panggil sayang." Goda Kavy menaik-turunkan alisnya.

Jika ia lupa jika Kavy sedang sakit, bisa dipastikan tangan Sastra ini sudah terangkat untuk mengacak-acak puncak kepala Kavy. Mengapa ekspresi Kavy begitu menggemaskan dimata Sastra.

"Jangan gemes-gemes napa! Jadi makin sayang!".

***

Malam ini suasana diruang rawat Kavy begitu ramai karena kedatangan para sahabat Kavy dan juga sahabat Saya Sastra yang masih belum pulang sedari tadi. Mereka semua berkumpul menjadi satu sembari saling melemparkan lelucon yang membuat Kavy ikut tertawa.

Walaupun orang tua Kavy tidak bisa menemani Kavy malam ini tetapi Kavy tidak merasa kesepian karena ada sahabatnya yang selalu menemaninya.

"Vy, koma rasanya gimana si?" Tanya Sekar random.

"Kenapa? Lo mau ngerasain juga?" Balas Kavy sewot.

"Dih, amit-amit! Orang gue cuma tanya kok!" Ujar Sekar kesal.

"Sekar plus deh! Begonya gak usah dipamerin dulu!" Sahut Devi geram.

"Yaudah si gak usah ngegas! Gue kan cuma kepo." Sahut Sekar.

"Sekar, Lo pengen tau rasanya gimana?" Tanya Kavy yang langsung dibalas anggukan semangat dari Sekar.

"Yuk kita kepinggir jalan, ntar gue dorong Lo dari belakang deh!" Ujar Kavy santai.

"Anjir, jahat banget Lo sama gue! Vy, gue saranin mending Lo koma lagi aja deh. Lo nyebelin banget anjir kalo lagi sehat!" balas Sekar ngegas.

"hilih sok-sok'an nyuruh si Kavy koma, waktu itu aja Lo nangis-nangis liat si Kavy." Devi berujar sembari menoyor kepala Sekar.

"Ihhhh waktu itu gue cuma boongan ya! Biar jadi dramatis aja!" Alibi Sekar.

"Masa? Orang Lo sampe sesenggukan gitu kok waktu gue peluk." Celetuk Icha yang sedari tadi hanya diam saja.

Sekar hanya bisa tersenyum manis menatap Icha. "Cha, makasih ya atas pendapatnya!" Gemas Sekar.

"Lah gue salah ngomong?" Cengo Icha.

"Bodo amat!"

Lalu mereka semua pun tertawa.

Memang jika bersama dengan sahabat, hal kecil saja bisa membuat kita tertawa lepas. Dan hal itulah yang membuat Kavy cepat akrab dengan sahabatnya, padahal Kavy baru beberapa bulan saja bersekolah di SMA Nusantara. Tapi karena mereka orangnya asik diajak bercanda, jadi Kavy cepat akrab layaknya teman yang sudah lama bertemu. Walaupun candaan mereka tak jauh dari saling mengejek satu sama lain, tapi percayalah mereka semua itu saling menyayangi.

"Tapi Vy, Lo tau gak pas Lo kecelakaan, si Sastra tuh khawatir banget sama Lo, bahkan dia sempet mau ribut sama si Saka cuma gara-gara gak bisa kontrol emosinya. Gila sih, kayaknya dia udah beneran sayang deh sama Lo!" Cerita Sekar dengan berbisik ditelinga Kavy supaya Sastra yang sedang duduk disofa tak jauh dari mereka tidak mendengar percakapannya.

"Masa sih?" Ucap Kavy tak percaya.

"Iya gue liat gimana paniknya Sastra nunggy kabar dari dokter, baru kali ini gue liat Sastra sepanik itu." Sahut Devi setuju.

"Kalian lagi pada ngomongin apa sih? Kok bisik-bisik." tanya Icha bingung.

"anak kecil diem aja deh!" Balas Sekar.

"Dih, nyebelinnn!" Sewot Icha.

Dan obrolan mereka pun terus mengalir sampai malam semakin larut.

***

SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang