Sudah dari pagi buta Kavy berada di Apartement Sastra, merecoki segala kegiatan Sastra yang tengah sibuk mempersiapkan keberangkatannya menuju LA sore nanti. Seperti saat ini contohnya, Kavy terus saja menganggu Sastra yang tengah mengemasi pakaiannya kedalam koper dengan mengeluarkan kembali baju-baju itu dari dalam koper, memeluk atau menciumi wajah Sastra yang membuat Sastra tidak fokus pada kegiatannya itu.
"Ya ampun Vy, Lo bisa diem dulu gak sih? Bukanny bantuin malah ngerecokin mulu dari tadi!" Omel Sastra menatap tajam Kavy.
Bukannya takut, Kavy malah mengerjap-ngerjapkan matanya sok polos menatap Sastra.
"Gak bisa, abisnya gue bosen tau! Jadi daripada gue diem aja, mending gue gangguin Lo kan seru!" Balas Kavy.
"Seru pala Lo gepeng! Gue bisa telat nanti kalo gak packing dari sekarang, jadi stop gangguin gue!" Peringat Sastra, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya memasukkan baju kedalam koper.
Kavy menurut, namun diam-diam otak cantiknya terus berputar mencari cara lain untuk menganggu Sastra.
"Sastra gue harus!" Ujar Kavy.
"Ya kalo haus tinggal ambil minum sana didapur!" Balas Sastra tanpa menatap Kavy.
"Ambilin" perintah Kavy.
"Gak bisa, gue lagi sibuk!" Tolak Sastra.
"Sastra hausssss." Rengek Kavy.
"Yaudah iya-iya! Gue ambilin tunggu bentar!" Pasrah Sastra akhirnya.
Kavy tersenyum lebar melihat Sastra yang mulai beranjak keluar menuju dapur, ia tau Sastra tidak akan tahan mendengar rengekan Kavy dan Kavy memanfaatkan kelemahan Sastra itu dengan sangat baik.
"Nih udah gue ambilin, sekarang Lo anteng disini oke!" Ujar Sastra seraya menuntun Kavy menuju sofa.
"Sastra gue bosen! Jalan-jalan yuk!" Ajak Kavy.
"Iya nanti ya, abis gue selesai packing baru kita jalan." Bujuk Sastra masih mencoba bersabar menghadapi Kavy.
"Gue maunya sekarang Sastra!" Keukeuh Kavy.
"Kavy gue gak suka ya, Lo bandel kayak gini! Gue lagi sibuk jadi diem dulu sebentar, ngerti!" Pinta Sastra.
Kavy cemberut sembari menundukkan kepalanya, namun tak lama dari itu senyum licik terbit dibibir mungil Kavy. Sastra pikir ia akan menyerah begitu saja, oh tentu tidak.
Kavy pun bersiap diposisinya kemudian segera melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri Sastra, lalu menaiki punggung Sastra yang tengah membungkuk membelakangi dirinya.
Sontak saja Sastra terkejut bukan main mendapat serangan mendadak dari Kavy, ia pun berbalik badan dan menatap Kavy dengan tajam.
"Kavy Lo bisa diem dulu gak sih?! Gimana kalo tadi Lo jatuh hah?! Gue tuh lagi sibuk, tolong dong ngertiin sedikit!!" Bentak Sastra.
"Lo kok marah sih, gue kan cuma bercanda." Lirih Kavy.
Sastra tak mempedulikan Kavy, Sastra lebih memilih berjalan ke lemari pakaian untuk mengambil beberapa baju yang masih tertinggal.
Air mata Kavy jatuh, entah kenapa hari ini Kavy menjadi begitu Sensitif. Padahal ia hanya ingin bermain dengan Sastra sebelum kekasihnya itu berangkat, tapi Sastra seolah tak mengerti perasaannya dengan terus mengabaikan Kavy. Dengan kesal, Kavy pun mengeluarkan kembali semua baju yang sudah Sastra susun rapi didalam koper kemudian mendudukkan dirinya didalam koper itu lalu menangis terisak.
Sastra berbalik menghadap Kavy setelah mendengar suara isakan dari Kavy, ia terlebih dahulu menghela nafas panjang sebelum berjalan menghampiri Kavy yang masih terisak dengan bahu bergetar. Sastra mencoba mengangkat tubuh Kavy, mengendongnya ala koala kemudian mendudukkan dirinya dipinggir kasur dengan Kavy yang berada dipangkuannya.