Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi namun sepertinya baik Sastra maupun para sahabatnya tidak ada niatan untuk segera pulang kerumah masing-masing, mereka malah asik nongkrong-nongkrong di area parkiran motor sambil sesekali menggoda para cewek cantik yang melintas didepan mereka.
"Sa, si Kavy noh! Udah di rebut aja sama si Ketos!" Saka memanas-manasi.
"Gercep juga tuh anak kalo soal ginian mah!" Sahut Aska.
"Iya lah jelas dong! Modelan kek si Kavy mah gak pantes dianggurin." Balas Saka lagi.
Sastra tak menanggapi ocehan para sahabatnya, ia terus memperhatikan Ardi yang lewat didepan Sastra dengan Kavy yang ada di boncengannya. Sastra mencoba meredam semua amarah yang seakan ingin meledak, rasanya ia ingin sekali menghajar muka brengsek Ardi saat ini juga.
"Lo gak boleh kalah sama dia Sa, rebut Kavy balik! Kali ini gue dukung Lo!" Saran Saka serius.
Sastra tak menjawab, ia malah menghidupkan mesin motornya lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi menjauhi kawasan SMA Nusantara. Ia ingin mendinginkan pikirannya, takut nanti emosinya tak terkendali dan berimbas pada orang lain.
***
Entah angin apa yang membawa Sastra sampai di depan sebuah rumah megah bergaya modern yang didominasi cat berwarna putih yang tak lain adalah rumah Kavy.
Sastra segera membunyikan klakson motornya dan gerbang megah itu pun langsung terbuka lebar untuknya. Sastra melajukan kembali motornya memasuki area halaman rumah itu, tak lupa tersenyum sekilas pada satpam yang memang sudah Sastra kenal.
Sastra berdiri disamping motornya, memandang Lamat rumah Kavy yang sudah lama tak Sastra kunjungi, bahkan Sastra saja sudah lupa kapan terakhir kali datang berkunjung kesini, yang jelas sebelum Zee datang dan mengacaukan semuanya.
Ah iya, ngomong-ngomong soal Zee, perempuan itu sudah mendapatkan balasan yang setimpal atas semua perbuatannya. Jika kalian ingin tahu balasan apa yang didapat Zee, nanti akan Sastra ceritakan, kalau sekarang Sastra sedang malas untuk membicarakan perempuan ular itu.
Sastra melangkahkan kakinya menuju pintu rumah Kavy dan mengetuknya pelan, tak lama pintu bercat hitam legam itu pun terbuka menampilkan Mama Kavy yang terlihat cantik diusianya yang tak lagi muda.
"Eh ada Sastra, udah lama gak kesini? Mau cari Kavy ya?" Ujar Mama tersenyum ramah pada Sastra.
"iya Tan, Kavy nya ada kan?" Tanya Sastra sopan.
"Oh ada!" Jawab Mama. "Nah ini anaknya nongol!" Lanjutnya saat Kavy tiba-tiba muncul dari dalam rumah dengan penampilan rapih.
"Ma, Kavy pergi dulu ya." Pamit Kavy pada Mama tanpa menghiraukan seseorang sedari tadi terus memperhatikannya.
"Loh, kan ada Sastra! Masa mau pergi sih?" Tanya Mama.
Kavy hanya melirik sekilas pada Sastra lalu kembali menatap Mama. "Sastra bukan mau ketemu Kavy Ma, dia mau ketemu Mama jadi Kavy pergi dulu ya, babayyy!".
Sastra terus menatap mobil Kavy yang perlahan menjauh dari halaman rumahnya dengan pandangan datar, lalu kembali menoleh menatap Mama.
"Kalo boleh tau, Kavy mau pergi kemana ya Tan?" Tanya Sastra masih mencoba sabar.
"Oh itu, katanya dia ada janji sama temennya yang namanya Ardi." Jawab Mama memberitahu.
"Oh gitu ya Tan".
Lagi dan lagi cowok itu yang berhasil membuat emosi Sastra serasa ingin meledak.
***