Saat ini Kavy tengah berbaris dilapangan mengikuti acara serah terima jabatan OSIS kelas 12 yang akan segera digantikan oleh pengurus OSIS baru, mengingat sebentar lagi kelas 12 sudah akan disibukan dengan berbagai ujian sebelum dilaksanakan ujian nasional yang tinggal beberapa bulan lagi.
Acara sebenarnya belum dimulai, semua murid juga masih sibuk merapikan barisannya sesuai kelas masing-masing. Kavy yang tengah sibuk melihat para anggota OSIS yang sudah berbaris rapi didepan langsung tersentak kaget saat tiba-tiba saja Sastra berdiri disampingnya ikut berbaris dibarisan cowok kelas Kavy, Kavy menghela nafas. Kebiasaan banget!
"Lo ngapain baria dibarisan kelas gue sih? Lo kan punya kelas sendiri Sastra." Gemas Kavy.
"Kelas gue gak asik! Mending disini sama Lo." Balas Sastra santai, "Lo juga ngapain pake ikut baris segala, Panas-panas gini." Lanjutnya.
"Dih, emang kenapa? Orang gue mau liat anggota OSIS baru juga." Sewot Kavy.
"Bilang aja Lo mau caper sama si Dimas kan?" Ketus Sastra.
"Apa'an sih? Kenapa jadi bawa-bawa Dimas." Protes Kavy.
"Lo gak bawa topi? Lo gak liat hari ini panas banget?" Tanya Sastra tanpa perlu merespon ucapan Kavy tadi.
"Gak sempet. Tadi gue buru-buru soalnya" jawab Kavy.
"Buru-buru banget ya? Padahal cuma acara gak penting juga." Gerutu Sastra namun tangannya tetap terangkat memakaikan topinya ke kepala Kavy.
"Eh Lo aja yang pake, Sa." Ujar Kavy seraya mencoba melepaskan topi dikepalanya namun Sastra segera mencegahnya.
"Diem deh Vy, panas. Nanti Lo pingsan, mau?" Ujar Sastra tegas.
"Tap--".
Ucapan Kavy terpotong saat seseorang menginterupsi.
"Sastra, silahkan kembali kebarisan kelas kamu, acara akan segera dimulai." Ucap orang tersebut.
Sastra segera menoleh kedepan lalu menatap orang tersebut dengan datar. "Emang kalo gue kesini bisa menghambat acaranya ya? Nggak kan? Yaudah lanjutin aja sih".
Dimas yang tak lain adalah ketua OSIS kelas 12 itu pun hanya bisa menghela nafas panjang menghadapi sikap arogan Sastra, ia lebih memilih segera melanjutkan acara daripada meladeni Sastra yang jelas akan selalu menang darinya.
Acara berlangsung dengan lancar tanpa hambatan, dan kini jabatan Dimas sebagai ketua OSIS pun sudah digantikan oleh Ardi.
Dilain tempat, Zee yang baru sadar bahwa sedari tadi Sastra berbaris tak jauh dibelakangnya pun segera mundur kebelakang. Beruntung kelasnya dan juga kelas Kavy bersebalahan, jadi tak susah untuk Zee bisa berbaris sejajar dengan Sastra. Hanya menyingkirkan beberapa orang saja dan kini Zee sudah bisa berdiri tepat di samping Sastra.
Zee menoleh menatap Sastra seraya tersenyum manis namun Sastra malah mengabaikannya dan terus menatap Kavy.
"Kak Sastra!" Panggil Zee sedikit kencang.
"Hm" gumam Sastra.
"Kok Ka Sastra baris disini sih? Kakak bukannya kelas 12 ya?" Tanya Zee sok imut.
"Bukan urusan Lo." Balas Sastra datar.
Kavy diam-diam tersenyum senang saat Sastra mengacuhkan Zee, Kavy sebenarnya sudah tau dari tadi bahwa ada setan kecil yang ikut berbaris disamping Sastra dan mencoba menggodanya, namun dia diam saja toh Sastra juga tak menggubris Zee.
Zee mengerucutkan bibirnya sebal, ia mencoba mencari cara lagi supaya Sastra tak mengacuhkannya seperti ini. Ia pun berpura-pura memegangi kakinya yang terbalut perban lalu mengaduh kesakitan yang membuat Sastra menoleh kearahnya.