Hari Pertama

15 4 4
                                    

30 Juni.

Ini hari pertamaku bekerja di perpustakaan kota. Sejak kecil, aku selalu suka perpustakaan ini. Dari waktu aku masih membaca di pojok anak-anak sampai menyendiri di deretan rak novel dewasa. Sekarang, aku tidak hanya datang ke sini sebagai pembaca melainkan juga pekerja. Aku bergantian menjaga di meja utama, kadang-kadang merapikan buku dan membersihkan rak.

"Mas, saya mau pulang duluan. Kamu yang tutup ruangannya ya," pinta seniorku. Aku hanya mengangguk sebelum ia pergi. Perpustakaan ini memang sudah sepi. Hanya tinggal seorang mahasiswa yang mengetik secepat kilat di bilik komputer dan seorang lelaki muda yang membaca Jane Eyre. Dia sampai menangis. Aku juga seorang lelaki yang suka membaca novel, tapi aku tak pernah menangis bahkan jika ceritanya begitu sedih. Paling-paling hanya tersentuh.

Aku masih sibuk mengembalikan buku-buku pinjaman ke tempatnya semula sampai aku menyenggol sesuatu. Sebuah buku agak tebal terjatuh ke lantai. Aku meletakkan novel terakhir di rak sebelum memungut buku itu, membolak-baliknya.

Itu bukan novel. Bukan pula buku nonfiksi. Bukan buku cetak apa pun. Itu sebuah buku catatan yang ditulis tangan. Kertas-kertasnya terbuat dari storenso yang terkesan rapuh dan berwarna agak kekuningan, tetapi masih bagus. Di halaman pertamanya tertulis sebuah frasa dengan tanda kutip.

Sweet Macabre.

Aku tidak jago-jago amat berbahasa Inggris, tapi aku sedikit tahu makna frasa itu. Sweet berarti manis. Macabre berarti mengerikan, menakutkan, atau sesuatu yang mengganggu. Penulis ini tentu punya selera aneh karena ia menggabungkan kata-kata tersebut sehingga kalau aku terjemahkan akan jadi "mengerikan manis". Keduanya bahkan sama-sama kata sifat. Mungkin saja dia salah mengartikan. Maksud sebenarnya adalah "kengerian yang manis" atau "rasa manis yang mengerikan".

Namun terlepas dari keganjilan ejaan tersebut, sweet macabre terdengar cukup estetik. Mungkin lebih logis jika ditambahkan dan sehingga menjadi sweet and macabre.

Aku membuka halaman berikutnya. Ada sebuah cerita pendek yang terbagi menjadi beberapa paragraf. Penyusunannya sangat rapi meski bentuk tulisannya agak serampangan—kecil-kecil dan berjarak lebar. Judulnya ditulis di bagian sentral baris pertama. Cerita itu mengisahkan tentang tokoh aku yang ditinggal sendirian di rumah karena keluarganya sedang keluar. Lalu ia merasakan kegelisahan terhadap pintu rumahnya. Mungkin juga karena dia mulai terbayang-bayang oleh teman imajinasi karangan adiknya. Cerita itu dibiarkan menggantung dengan kalimat, kemudian, pintu itu berderit terbuka.

Aku membalik halaman dan menemukan judul baru. Kali ini cerita yang lebih absurd lagi tentang seseorang yang dikurung di ruangan tanpa pernah tahu dunia luar sebelum dia diculik. Kupikir ini hanyalah cerita sindrom Stockholm picisan, tapi ternyata ada yang aneh. Si penculik selalu memberi korbannya sebuah kantung berisi miniatur orang-orang kenalan mereka yang hidup. Miniatur itu bisa dimainkan termasuk dengan cara paling sadis. Aku bergidik.

Buku catatan itu tak hanya berisikan cerita pendek, tetapi juga berbagai jenis prosa seperti puisi, seloka, haiku, bahkan fictogemino. Aku cukup tahu soal pembagian ini karena aku pun penikmat sastra. Aku duduk di lantai dan bersandar pada rak sebelum mulai membaca semuanya. Setiap tulisan itu memberikan efek yang beragam padaku, tapi aku melihat polanya. Kita akan dibawa merasakan kesenangan, atau menduga akan senang, sebelum dijatuhkan keras-keras dalam kengerian. Kesedihan. Kesengsaraan. Sweet and macabre. Ada bagian-bagian yang tak kuduga, ada yang biasa saja tapi mengganggu.

Pada akhirnya, aku jadi jatuh cinta. Aku suka gaya tulisannya. Dia seperti orang mabuk yang menulis di tengah-tengah lantai bar tanpa memedulikan para pengunjung menari di atasnya; atau orang yang baru saja bangun tidur—dengan rambut berantakan dan iler—menyambar bukunya untuk menulis sebelum kembali teler. Dia punya ide-ide bagus yang terkesan belum tuntas, tapi sudah keburu dia eksekusi, dan dia malas.

Sweet Macabre [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang