1. Jumpa

17.9K 707 10
                                    

Suasana kantor selalu sama setiap harinya. Suara ketikan komputer, dering telpon, ocehan para karyawan. Gedung perkantoran ini milik keluarga Gunadharma. Keluarga kaya raya, sekarang dipegang oleh generasi ketujuh.

Seorang wanita cantik dengan setelan blazer dan rambut hitam panjangnya memasuki ruangan meeting, ruangan yang semula riuh mendadak hening. Hanya terdengar suara heels wanita cantik itu. Ia duduk di kursi utama, matanya menyisir semua orang yang hadir disana. Ia bersender di kursinya dan menjentikkan jari lentiknya, seorang laki-laki muda yang tadi mengekorinya pun segera memulai rapat.

"Siapa?" Tanyanya ketika tim kreatif menamplkan gambar wanita yang tak asing baginya.

"Raihana Rianda bu" ulang presentator dengan gugup. Mata bos cantik ini membesar, ia menggigiti ujung kukunya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

*****
8 tahun yang lalu

Kicauan burung seperti pengiring musik pagi ini. Rianda menggenggam erat tangan ibunya, rambutnya yang kuncir dua bergoyang kanan kiri mengikuti hentakan kakinya. Mereka berdua menyusuri jalan memasuki perkarangan rumah yang sangat luas ini. Lingkungan rumah mewah ini sangat asri, banyak pepohonan dan bunga yang bermekaran. Beberapa pekerja sibuk mengurusi taman, mereka menyambut rianda dan ibunya dengan senyum hangat.

Seorang wanita mengenakan pakaian suster berwarna biru menyambut mereka di depan pintu.

"Silahkan duduk, saya panggil nyonya dulu" ujarnya ketika memasuki rumah, ia meninggalkan rianda dan ibu. Rianda memperhatikan sekeliling rumah, ia berdecak kagum dengan ruang tamu yang besar dan mewah, hiasan seperti lemari, guci dan barang antik menambah kemewahannya.

"Selamat pagi" seorang wanita dengan pakaian elegannya menghampiri, ia duduk menyilangkan kakinya sambil menatap mereka.

"Ini anak saya nyonya" ujar ibu ketika wanita itu menatap rianda.

"Kamu sekolah?" Tanyanya. Rianda mengangguk, ia tampak gugup. Nyonya itu pun tersenyum hangat.

"Bisa mulai kerja hari ini?" Tanyanya pada ibu rianda, ibu mengangguk antusias. Ini adalah pekerjaan yang dinanti ibu, setelah kepergian suaminya ibu rianda otomatis menjadi tulang punggung untuk Menghidupi anak semata wayangnya.

"Ok, kalau gitu saya tinggal ya" ujar wanita yang dipanggil nyonya oleh ibu. Ia bergegas pergi karena sudah telat ke kantor.

Suster membawa rianda dan ibunya keluar dari pintu belakang. Melewati rerumputan yang luas dan sampailah ke rumah yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah mewah tadi, rumah sederhana ini terpisah dengan rumah utama.

"Ini tempat tinggal ibu, nyonya sudah siapin dari sebulan lalu. Semoga ibu betah" ujar suster.

Ibu rianda dan suster saling kenalan. Suster itu bernama Hani, ia sudah ikut keluarga gunadharma sejak anak tunggal di rumah ini berumur 3 bulan. Nyonya membutuhkan seseorang yang bisa membantunya memasak makanan rumah, nyonya bilang ia bosan jika harus makan makanan mewah setiap harinya.

Suster menjelaskan bahwa nyonya hanya tinggal berdua dengan anaknya. Nyonya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, sedangkan nona lebih banyak diam di rumah.

Rumah megah ini memiliki beberapa ART dengan tugasnya masing-masing. Beberapa ART tinggal di sini, termasuk ibu rianda. Ia menempati sebuah rumah sederhana di halaman belakang rumah. Terdapat dua rumah lagi dengan bentuk yang sama sejajar dengan rumah rianda dan ibunya ini. Tuan membuat rumah yang nyaman untuk para asisten rumah tangganya agar nyaman bekerja dan tinggal dengan mereka.

Selepas suster dan ibu pergi kembali ke rumah utama. Rianda berkeliling di rumah barunya, ini adalah rumah kesekian yang akan ia tinggali. Sejak kecil ia selalu berpindah rumah sesuai masa kontrak rumah atau sesuai pekerjaan orang tuanya yang juga tak menetap.

Rianda memasuki kamar, ada dua kamar dirumah ini. Ia memilih kamar yang memiliki jendela menghadap rumah utama sebagai kamarnya. Ia membuka lebar jendela, ia duduk menopang dagu menatap megahnya rumah utama.

"Andai rumah ku sebesar itu" bisiknya, ia mulai membayangkan dirinya berlarian dengan gaun cantik di tangga yang ia lihat ketika duduk diruang tamu.

Guk...guk... lamunan rianda buyar. Matanya berbinar melihat anjing kecil yang menggonggong ke arahnya dengan ekor bergoyang. Rianda bergegas keluar rumah menghampiri anjing itu yang berputar-putar dan melompat ke arahnya. Rianda membelai lembut anjing kecil itu dan mengajaknya ngobrol, anjing itu tampak menyukai rianda. Ia merespon tiap ucapan dan belaian rianda.

"Bonieee" teriak anak cantik setinggi rianda. Rianda yang sedang berjongkok mendongak menatap anak perempuan yang berdiri di depannya, ia mengambil anjing kecil itu dari gendongan rianda. Anak itu menatap rianda dengan tajam.

"Ini anjing kamu?" Tanya rianda sembari berdiri. Anak itu masih menatapnya dengan sinis.

"Iya, aku gak suka orang asing sentuh milikku" ujarnya mendengus kesal, ia langsung berbalik menjauhi rianda. Rianda mengerutkan keningnya, ia heran melihat sikap anak itu yang kasar. Rianda masih berdiri disana memperhatian anak itu yang memasuki rumah melalui pintu belakang.

Rianda mengeluh memegang perutnya. Ia mulai merasa lapar. Ia belum makan apapun sejak malam. Rianda pun berjalan mengikuti anak tadi masuk ke rumah utama. Ia celingak celinguk mencari ibunya.

"Rianda, kenapa?" Suster menegur rianda

"Cari ibu" jawabnya

"Kamu lurus aja, setelah itu ke kanan. Ibu di dapur" ujar suster, rianda segera beranjak mengikuti arahan suster. Ibu sedang sibuk memasak, rianda menarik ujung baju ibu yang tak menyadari kehadiran rianda.

"Loh kamu kok disini, tadi kan ibu bilang tunggu disana aja" protes ibu, maklum hari pertama kerja, ibu tak mau membuat kesalahan.

"Rinda lapar bu" ucapnya. Ibu pun memberinya sebuah pisang dan apel.

"Makan ini dulu ya!, kamu balik ke rumah nanti ibu bawa makanan" ujar ibu sambil mendorong pelan rianda. Rianda pun menurut dan pergi keluar kembali ke rumah belakang.

Ibu sudah selesai masak, ia menata makanan di meja. Suster bilang siang ini hanya ada non Alana yang akan makan. Baru saja ibu selesai menata meja, anak cantik berambut hitam sebahu turun dari kamarnya. Ia langsung ke meja makan di temani suster, bak tuan puteri suster menyendokkan makanan ke piring alana.

"Sus, makan aja disini bareng aku" ujarnya. Suster tak menolak, ia sudah biasa diminta menemani alana makan jika ia makan sendiri. Alana menoleh ke ibu yang masih berdiri tak jauh dari meja makan.

"Ini bibi baru non, yang bantu masak" ujar suster mengenalkan.

"Terima kasih bik, makanannya" ujar alana sembari menyuap makanannya. Ibu rianda mengangguk dan tersenyum, ibu kembali ke dapur menunggu anak majikannya selesai makan. Usai alana makan, ibu membersihkan meja dan dapur. Lalu kembali ke rumah belakang membawa makanan untuk rianda

"Akhirnya ibu datang" seru rianda menyambut ibu yang meletakkan makanan di meja. Rianda dan ibunya duduk dan makan bersama.

"Anaknya nyonya cantik sekali, ibu pikir anaknya sombong, ternyata ramah" ujar ibu disela makan mereka.

"Sepertinya kalian seumuran nda" lanjut ibu lagi, rianda tak menggubris ibu. Menurutnya anak itu sombong, percuma saja cantik. Ia yakin jika anak tadi adalah anak majikan ibu. "Aku tak melakukan hal jahat pada anjingnya, kenapa ia ketus begitu padaku" begitulah yang ada di benak rianda.

Ibu bolak balik ke rumah utama ketika harus menyiapkan makanan. Rianda memilih diam dikamar barunya, membaca novel dan mendengarkan musik dari walkmannya. Rianda terbiasa tinggal sendiri dirumah jika ibu bekerja, hal ini berlaku sejak ia akan masuk SMP. Ayah meninggal karena kecelakaan, ibu mengambil alih tugas ibu bekerja, mulai jadi buruh cuci, tukang masak. Rianda tak pernah mengeluh dengan keadaannya, baginya selama ada ibu ia akan baik-baik saja.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang