12.Pertemuan tak sengaja

5.8K 551 3
                                    

Hidup tak selamanya sulit. Kadang ada diatas, kadang dibawah. Begitulah kata mutiara yang sering diucapkan orang. Namun kenyataannya, hidup memang terus berjalan, tapi kesulitan hidup tetap mengikuti perjalanan.

Setelah bertahun-tahun bertahan, tak ada alasan bagi rianda untuk menyerah. Jika selama ini ia bisa, kenapa ia harus pasrah?.

Tiga tahun terakhir hidup rianda kian memburuk. Terutama ketika ibu divonis kanker lambung, walau masih stadium 3. Rianda tak punya banyak waktu untuk bersantai. Ia merelakan waktu santainya untuk bekerja lebih keras.

Rianda bersyukur bude berjuang bersamanya menjalani hidup. Bude tidak menikah lagi setelah bercerai saat di taiwan, ia juga tak memiliki anak. Bude memperlakukan rianda seperti anaknya, ia merawat ibu dan rianda dengan tulus.

Rianda, ibu dan bude tinggal di rumah yang baru saja rianda beli. Walau nyicil, rianda ingin mereka tinggal di tempat yang lebih layak dan dekat dengan RS tempat ibu berobat.

"Besok ibu kontrol kan?, kebetulan aku ada jadwal sama anak-anak" ujar rianda ketika membantu bude di warung. Bude membuka usaha warung makan tak jauh dari rumah mereka. Sesekali rianda membantu bude dan ibu di warung jika waktu senggang.

Setelah di vonis mengidap kanker. Rianda tak pernah melewatkan sekalipun jadwal kontrol ibunya, ia selalu menemani ibu, membawanya kesana kemari demi kesehatan ibu. Untuk itu rianda selalu bekerja freelance agar ia bisa bergerak sesukanya tanpa ikatan aturan tertentu. Ia akan mengambil semua pekerjaan yang sesuai dengan keadaannya.

Hari ini rianda menyelesaikan kuliah S1 nya dengan baik, walau terhitung telat rianda tetap bersyukur bisa menyelesaikan pendidikannya. Ia tak pernah malu bila sekelas dengan mereka yang berumur dibawahnya.

*****
Pagi-pagi sekali rianda sudah siap untuk menemani ibu ke RS. Rianda memesan taxi online yang akan membawa mereka. Ibu tak tampak seperti orang pengidap kanker, wajahnya selalu cerah ditambah pakaian ibu yang berwarna.

"Kamu udah dapat kerjaan belum?" Tanya ibu ketika mereka dalam perjalanan.

"Belum bu, aku masih lihat lowongan yang cocok" jawabnya, mengingat selama ini ia kerja freelance sembari kuliah. Jika ingin kerja dengan penghasilan tetap tentu ia mencari tempat yang akan membayarnya lebih dari yang ia dapat saat freelance.

"Ya sudah pelan-pelan aja, nanti juga ada rejekinya" ujar ibu.

Setelah 10 menit mereka sampai di depan RS, rianda membantu ibu turun dari mobil. Ia merangkul lengan ibu, menuntutnya masuk ke RS. Layaknya rumah sakit, tempat ini selalu ramai. Rianda sudah mengambil antrian dan menunggu panggilan.

Setelah ibu diperiksa, ibu akan melakukan terapi. Rianda tak menemani ibu, karena ia harus segera ke bangsal anak.

"Halo princess" sapa rianda pada seorang anak yang sudah menunggunya di depan bangsal anak. Anak-anak lain pun menyambut rianda dengan riang, para suster yang menunggu juga tersenyum menyambut hangat kedatangan rianda. Sejak ibu rianda dirawat di RS ini, rianda banyak mengenal staf RS, saat itu ia suka membacakan buku ke princess, salah satu anak pengidap kanker darah, ia pun diminta kepala ruangan dan direktur untuk membacakan buku memghibur anak-anak di ruang bangsal tiap hari rabu pagi.

Rianda duduk di depan anak-anak yang sudah duduk rapi dan tenang. Para suster dan beberapa orang tua juga ada disana memperhatikan mereka. Rianda mulai membacakan buku dengan ekspresif, anak-anak hanyut dengan cerita itu, mereka tertawa, sedih, takut mengikuti alur cerita. Sesi cerita selalu berakhir dengan riuh tepuk tangan mereka.

"Terima kasih rianda" ucap suster kepala ruangan bangsal.

"Sama-sama sus"

"Ibu lagi kemo?"

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang