4. Semakin dekat

5.6K 519 1
                                    

Begitulah awal pertemuan dan pertemanan alana rianda. Mereka berdua bertemu dan berteman dengan mudahnya. Pertemanan mereka berlanjut dan semakin akrab. Walau berbeda sekolah, mereka selalu sempat untuk main bareng, terutama ketika dirumah.

*****
Alana keluar dari ruang meeting dengan gundah gulana. Ia bergegas kembali ke ruangannya. Ruangan seluas ini tentu saja milik seorang bos. Alana adalah pewaris tunggal seluruh aset yang dimiliki gunadharma. Direktur utama. Begitulah yang tertulis di meja alana yang besar itu.

Alana menyenderkan punggungnya di kursi, ia berputar-putar disana. Ia menatap langit-langit, bayangan wajah Rianda terbesit di benaknya. Alana memejamkan matanya dan menghela napas berat.

*****
Rianda dan alana menyelesaikan jenjang SMP dengan baik. Mereka merayakan kelulusan di sekolah masing-masing. Berbeda dengan alana yang selalu menjadi pusat perhatian, rianda tak merasakan hal spesial di kelulusannya. Rianda tak ikut riuh konvoi teman sekolahnya, ia memilih keluar dari sekolah dan berjalan ke tempat favoritnya, pasar.

Rianda duduk di pojokan toko, ia asik membaca komik, ia tertawa dan bersedih hanyut dengan imajinasinya.

"Nih buat kamu" ujar seorang pria paruh baya, bapak ini adalah pemilik toko. Rianda terheran dengan bingkisan yang bapak kasih.

"Hadiah kelulusan kamu" ucap bapak sambil berlalu, rianda sumringah. Baru kali ini ia menerima hadiah, ia segera membuka bingkisan itu. Rianda terdiam menatap isinya, matanya berlinang. Satu set alat lukis ada di hadapannya, rianda segera beranjak menghampiri bapak pemilik toko dan memeluknya.

"Terima kasih banyak pak" ucap rianda haru. Bapak mengangguk menepuk-nepuk bahu rianda. Bapak pemilik toko sudah seperti orang tua rianda, ia selalu menyambut rianda dengan hangat. Walau rianda tak membeli buku, ia akan mengijinkan rianda untuk sekedar membaca di tokonya.

Rianda pulang dengan riang. Ia meletakkan hadiah bapak toko di meja belajarnya.

"Nda, ayo makan" ajak ibu. Rianda pun segera keluar kamar.

"Gimana acara kelulusannya?, seru?" Tanya ibu

"Lumayan bu" jawabnya asal.

"Kamu udah cari sekolah belum?" Tanya ibu. Rianda menghentikan makannya.

"Terserah ibu aja" jawab rianda

"Coba lihat ini" ibu mengeluarkan selembaran dari saku. Rianda mengambil dan membuka lembaran itu. Rianda terbatuk membaca nama sekolahnya.

"International school?" Tanya rianda. Ibu mengangguk.

"Gak deh bu, lebih baik uangnya ibu simpan" ucap rianda mengembalikan brosur itu ke ibu.

"Nyonya minta kamu satu sekolah dengan alana"

"Hah?" Rianda semakin kaget

"Mama juga gak percaya waktu nyonya bilang begitu. Tapi nyonya bilang itu kemauan alana, dan nyonya setuju. Sekarang keputusannya tinggal di kamu" jelas ibu.

"Tapi itu mahal bu"

"Uang sekolah ditanggung nyonya Nda. Ibu pikir ini kesempatan bagus buat kamu kembangin diri, kamu bisa punya banyak teman disini. Bagus buat masa depan kamu" ucap ibu. Rianda meminum habis air digelasnya, ia menatap ibu dengan lekat. Ibu mengangguk meyakinkan rianda. Rianda kembali mengambil dan membaca ulang brosur itu.

Karena masa libur panjang setelah kelulusan, rianda bermalas-malasan. Ia bangun lebih siang dan menghabiskan waktu di atas kasur. Novel dan komik yang ia punya sudah habis dibaca, rianda mulai bosan ketika hari berlalu begitu saja. Ia tak memiliki uang karena libur ibu tak memberinya uang saku.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang