28. Ciuman

6.3K 450 11
                                    

Alana bangun di pagi hari dengan kepala berat, ia melihat sekitar tak ada siapapun. Ia bangun dengan malas, memakai kardigannya dan membuka pintu balkon. Hangatnya angin membuatnya sadar penuh. Ia memandangi pantai , matanya menangkap segerombolan karyawannya yang sedang sibuk. Ia menarik napas dan tersenyum, indah sekali menjadi seorang bos. Saat karyawannya bekerja keras untuknya, ia hanya bersantai menikmati waktu.

Tak lama seorang pelayan datang membawakan sarapan ke kamarnya. Alana duduk manis menikmati kopinya dan menelpon rianda untuk kembali. Alana tak mulai sarapan sampai rianda datang, ia tersenyum manis menyambut rianda. Namun rianda tak membalas senyuman itu, ia langsung duduk dan makan tanpa menyapa alana.

"Kamu kenapa?, capek?" Tanya alana, rianda hanya mengangguk. Alana pun membiarkan gadisnya itu sarapan dengan tenang. Usai sarapan mereka bersiap untuk chekout dan kembali ke kota. Mereka berpisah di dermaga dengan yang lain. Alana membawa rianda pulang ke rumah karena rumah alana lebih dekat dengan pelabuhan. Rianda tak menolak, namun rianda tak ada berbicara sedikitpun sejak tadi. Alana tak ingin mengusiknya karena ia pikir rianda lelah dan butuh ketenangan.

Mereka tiba di rumah alana sore. Rianda langsung mandi dan bersih-bersih begitu juga alana. Mama alana juga baru saja pulang, mereka akan makan malam bersama.

"Wait" ujar alana menahan rianda yang akan keluar kamar

"Kamu yakin cuma capek?" Tanya alana menatap dalam, rianda mengangguk.

"Tapi kamu terlalu diam" keluh alana.

"Udah yuk, gak enak sama mama kamu nunggu lama di bawah" ujar rianda menggandeng alana ke bawah. Alana pun nurut tak protes.

Mama alana menyambut mereka dengan senyum hangat. Alana dan rianda duduk berhadapan di samping mama.

"Bagaimana perjalanan kalian Nda?" Tanya bu mega disela makan

"Aman dan lancar bu" jawab rianda

"Kamu kenapa ikut mereka?" Tanya mama pada alana. Alana melirik rianda yang juga menatapnya.

"Mau ikut aja ma"

"Gak mau jauh dari rianda?"

Rianda terbatuk mendengar ucapan mama alana, ia terbatuk hingga dadanya sakit. Alana sontak berdiri dari kursinya namun mama alana lebih gesit menepuk punggung rianda dan memberinya minum.

"Are you Ok?" Tanya bu mega setelah batuk rianda reda, rianda mengangguk malu.

"Ayo lanjut makan" ucap bu mega. Alana dan rianda saling lirik sebelum kembali makan dengan tenang.

Usai makan malam rianda dan alana pamit ke kamar dengan alasan lelah, ingin istirahat lebih cepat karena besok kembali ke kantor.

Rianda duduk bersender di ranjang sembari memainkan ponselnya. Alana masih duduk di balik meja menyelesaikan beberapa pekerjaan. Sesekali terdengar helaan napas rianda, membuat alana tak fokus. Ia pun menutup ipadnya dan beranjak menghampiri rianda.

"Kamu kenapa sih?" Tanya alana duduk di sebelah rianda.

"Gak apa"

"Kalau kamu gak jelasin, aku gak ngerti harus apa biar kamu nyaman. Kamu mau sampai besok diem begini?" Tanya alana menatap rianda yang masih memainkan hp nya.

"Aku jelasin juga percuma Na"

"Kenapa percuma?"

"Kamu juga gak akan ingat" celetuk rianda ketus. Alana mengerutkan keningnya, ia berpikir apa yang ia lakukan kemarin saat di pulau.

"Walau aku gak ingat apapun, lebih baik kamu kasih tahu aku, dari pada kamu pendam begini" ujar alana lembut. Rianda meletakkan hpnya, menatap lurus ke depan.

"Kamu mabuk kemarin" ucapnya singkat. Rianda ternganga lalu menutup mulutnya.

"Aku ngapain kamu?, aku jahatin kamu ya?" Selidik alana, ia khawatir melakukan hal gila ke rianda.

"Anak-anak lihat gak?" Tanya alana, rianda menggeleng cepat.

"Kamu malah khawatirin orang lihat atau gak sih, emang inget kamu ngapain?" Tanya rianda kesal. Alana menggeleng dan menekuk wajahnya mendapat omelan rianda.

"Kamu kan yang bilang mau cium aku dalam suasana romantis, tapi nyatanya kamu curi ciuman pertama kita dalam keadaan gak sadar. Gimana sih kamu" jelas rianda. Mata alana membesar setelah mencerna ucapan rianda.

"Aku cium kamu" tanya alana, rianda mengangguk mengalihkan wajahnya.

"Dimana?, disini?" Tanya alana menarik lembut wajah rianda menghadap padanya, ia menyentuh bibir bawah rianda dengan telunjuknya. Rianda tak menjawab, ia melihat leher rianda yang bergerak menelan air liurnya. Alana tersenyum tipis, matanya naik menatap bibir rianda yang terbuka.

"Itu bukan ciuman, karena kita gak nikmatin" bisik alana. Tubuh rianda menegang ketika alana menekan bibirnya, alana membelai lembut bibir itu dengan ibu jarinya.

"Maaf kalau kamu gak suka aku cium kamu" gumam alana, matanya beralih menatap rianda. Tatapannya sayu, ia ingin sekali mencium rianda, namun ia akan menahan dirinya jika rianda tak ingin. Inginnya alana bersambut baik, rianda mengambil langkah lebih dulu. Ia mencium alana dengan cepat. Alana terpaku, ia mengerjapkan matanya. Rianda menggigit bibirnya melihat alana yang masih diam, wajahnya seketika memerah, ia segera berpaling.

Alana tak menyiakan situasi saat itu. Ia menarik rianda yang menjauh. Merebahkan rianda dan menahan kedua tangannya. Rianda kini berada di bawah alana, mata mereka menatap dalam. Saling berbicara dengan tatapan mereka. Jantung mereka berdebar cepat, mereka sama-sama malu namun mau.

Alana mendekatkan wajahnya, rianda menutup matanya perlahan. Alana tersenyum melihat wajah cantik di bawahnya. Perlahan bibirnya mendarat di dahi rianda, turun ke puncak hidung lalu berhenti di bibir rianda. Bibir mereka bersentuhan, saat itu bulu kuduk mereka menegang. Alana mencium bibir itu dengan lembut, rianda perlahan membuka bibirnya dan membalas ciuman alana.

Mereka berdua hanyut dengan ciuman dan sensasi yang mereka cipta. Ciuman singkat menjadi ciuman dalam. Tangan alana melemah, ia menjatuhkan dirinya di atas rianda. Rianda melingkarkan lengannya di bahu alana, mereka tak ada niat melepas ciuman itu. Mereka semakin terlena, hingga rianda berhenti. Rianda menggeleng pelan karena alana menyentuh dadanya, wajah alana panas dan merah. Ia malu karena ketahuan ingin melakukan lebih dari sekedar ciuman, ia menenggelamkan wajahnya di leher rianda.

"Sorry" bisiknya, rianda tertawa renyah melihat alana yang menjadi lemas. Ia memeluk alana dan membelai punggungnya. Alana pun tak malu lagi, ia mengangkat kepalanya dan menatap rianda yang masih di bawahnya.

"Cium lagi boleh?" Tanya alana, mereka pun tertawa bersama. Rasa malu mereka tak menutupi keinginan mereka untuk lanjut berciuman.

Dua orang sedang bahagia di balik pintu ini. Sedangkan di luar, mama alana cekikikan menempelkan telinganya di daun pintu. Ia pun ikut merasakan kebahagian dua manusia didalam sana. Mendengar tawa lepas anaknya, ia pun lega dan ikut salah tingkah. Mama alana pun pergi dari depan kamar alana dengan senang.

Rianda bangun lebih dulu, ia melihat tangan yang terlentang di dekat kepalanya. Rianda balik badan, alana masih terlelap. Ia bangkit dari lengan alana yang menjadi bantalnya. Alana tidak bergeming ketika rianda turun dari ranjang. Ia bergegas mandi dan bersiap lebih dulu, untung saja ia masih ada pakaian bersih dari pulau. Ia memakai pakaian itu dan berhias di depan cermin.

Alana terbangun karena mencium bau parfum rianda, ia menggeliat dan memanggil rianda dengan suara seraknya. Rianda yang sudah rapi pun mendekat.

"Mandi gih" ujar rianda ketika alana bergelayut di pangkuannya.

"Hmm sebentar lagi"

"Gak enak sama mama kamu, selalu mama kamu yang nunggu kita turun" ujar rianda. Alana pun mendongak memajukan bibirnya. Rianda yang paham segera memberi ciuman singkat.

"Terima kasih" ucap alana, matanya berbinar setelah mendapat kecupan itu.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang