41. Akhir ketegangan

5K 400 8
                                    

Alana mendapat kabar dari bude bahwa rianda masih butuh observasi karena tekanan darah rianda tak kunjung turun. Dokter mengkhawatirkan keadaan rianda dan bayinya. Alana yang semula tak akan datang menjenguk rianda karena tak enak pada ibu pun memilih memberanikan diri datang.

Ia datang dengan membawa banyak tentengan. Ia memberi makanan dan minuman pada perawat yang merawat rianda. Ia berterima kasih dan meminta mereka untuk memperhatikan rianda. Alana berdiri dengan ragu di depan kamar, ia sudah berdiri 10 menit disana.

"Kamu gak masuk?"

Alana berbalik melihat ibu yang berjalan menghampirinya. Jantungnya berdebar karena gugup. Ibu berjalan melewatinya, membuka pintu kamar rawat rianda lalu kembali menatapnya.

"Ayo masuk!" Ujar ibu membuka pintu lebih lebar. Alana pun masuk dengn ragu, matanya pangsung bertemu dengan rianda. Rianda tersenyum tipis menyambut alana. Ibu tak ikut masuk, ia membiarkan alana dan rianda berdua di sana.

"Maaf aku baru datang" ujar alana duduk dikursi sisi ranjang

"Terima kasih udah datang" ucap rinda dengan senyum manisnya. Alana menatap tangan rianda yang pucat, ia menyentuh punggung tangan rianda yang dingin.

"Masih sakit?" Tanya alana lirih, rianda menggeleng pelan. Alana menundukkan kepalanya, ia selalu merasa sedih melihat rianda jika sedang kesusahan. Sedari kenal dengan rianda, ia selalu melihat anak ini kesulitan. Ia selalu berharap rianda punya kehidupan yang jauh lebih baik, ia ingin melihat wanita ini bersenang-senang menikmati hidupnya. Tapi nyatanya, ia selalu bersusah payah menjalani hidup.

"Setelah aku lahiran nanti, ayo kita ke pantai berdua" ucap rianda, alana mengangkat kepalanya menatap rianda "Aku mau refreshing, sama kamu" lanjut rianda. Perlahan senyum manis terukir di wajah alana, ia mengangguk dan mempererat genggaman tangannya.

*****

Pagi ini alana kembali ke RS sebelum lanjut ke kantor. Wajahnya berseri tak sekaku pertama ia jenguk alana. Ibu rianda belum bersikap sebaik sebelumnya pada alana, tapi dengan ibu tak mengusirnya, tak berbicara ketus saja sudah membuatnya tenang.

"Permisi!!" Seorang suster membuat alana oleng hanpir terjatuh. Para suster sibuk keluar masuk ruangan rianda. Alana pun panik ikut berlari ke kamar rianda.

"Kenapa bude?" Tanya alana, bude yang buru-buru membereskan barang rianda tak langsung menjawab pertanyaan alana. Beberapa suster membawa rianda beserta bednya keluar ruangan, alana masih bingung melihat rianda yang terlihat baik-baik saja.

"Kenapa?" Tanya alana pada rianda sembari berjalan disisi ranjang mengikuti suster yang mendorong bed rianda.

"Aku harus lahiran hari ini" ucap rianda

"Ha?, kok bisa?" Tanya alana mulai khawatir, ia memegang puncak perut rianda.

"Karena tekanan darah aku terlalu tinggi" ucap rianda, alana mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti kenapa rianda harus segera lahiran. Alana berhenti di luar ketika rianda masuk ruang operasi, ia pun menghampiri bude yang menyusul di belakang.

Bude pun menjelaskan ulang penjelasan dokter. Tekanan darah rianda yang tinggi membuat suplai darah (oksigen dan nutrisi) ke bayi akan terhambat, jika ini terus berlanjut akan berbahaya bagi bayi dan ibunya. Dokter memutuskan untuk melahirkan bayi rianda lebih awal, walau resiko bayi lahir premature besar, ini lebih baik dibanding mempertahankan kehamilan.

Alana terduduk lemah mendengar penjelasan bude. Tekanan darah rianda yang tinggi pasti karena rianda stres.

Ibu yang mendengar penjelasan langsung dari dokter juga lebih sedih. Ia duduk termenung sebelum disadarkan bude untuk cepat ambil keputusan. Ibu sudah selesai mengurus administrasi untuk tindakan operasi rianda. Ibu tak langsung menghampiri bude dan alana yang menunggu, ibu duduk termenung sendiri menundukkan kepalanya semakin dalam. Terdapat penyesalan dalam hatinya, ia merasa menjadi salah satu penyebab rianda harus seperti ini. Rianda tak pernah sakit yang serius apalagi sampai di operasi begini, ibu menangis sesenggukan menyalahkan dirinya, ia khawatir pada rianda, ia ingin menggantikan anaknya di meja operasi saat ini.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang