20. Tawa lepas

5.1K 527 3
                                    

Pagi-pagi alana sudah berada di ruangan mamanya. Hari ini alana ke kantor pusat bareng mama. Alana duduk di sofa, tangannya menyilang di depan dada, tatapannya tajam menatap seorang wanita yang berdiri tertunduk di depannya dan mama.

"Bagaimana Na?" Tanya mama yang duduk di balik mejanya. Alana tak bergeming, ia masih menatap karyawannya itu.

"Sudah, kamu kembali ke ruangan kamu!" Ucap mama alana pada wanita itu. Wanita itu adalah salah satu karyawan bu mega yang mempunyai posisi bagus di perusahaan. Ia menyayangkan kelakuannya yang membuat isu plagiat di perusahaan ini.

"Dia harus minta maaf ke rianda ma" ucap alana sembari bangkit dari duduknya.

"Aku gak perduli mama bakal kasih sanksi apa, tapi dia harus minta maaf ke rianda" perjelas alana. Bu mega mengangguk.

"Ok" jawabnya. Alana pun berbalik keluar dari ruangan mamanya. Sepanjang jalan kembali ke kantornya, alana merasa sedih namun juga lega. Sedih karena masih ada orang yang tidak menyukai rianda, rianda bukanlah orang yang patut di sakiti, kehidupannya saja sudah sulit, kenapa ada aja orang yang tidak suka dengan sedikit kebahagiaanya.

Rianda mendapat tempat sendiri untuk bu mega, itulah alasan isu plagiat tercipta. Satu prestasi rianda si anak baru mengganggu mereka yang sudah berada di posisi atas.

Alana berdiam diri di dalam mobilnya. Ia sudah sampai di basement kantornya, namun dia enggan untuk turun.

"Kamu dimana?, gak ke kantor?" Pesan rianda membuat senyum tipis di wajahnya yang muram

"Aku di basement, kemarilah!" Balas alana

"Sekarang?, aku sedang banyak kerjaan"

"Kenapa kirim aku pesan kalau kamu banyak kerjaan?"

"Aku khawatir"
Alana menatap balasan pesan rianda, dua kata singkat yang membuatnya terenyuh. Alana pun keluar dari mobil dan berjalan menuju ruangannya.

Alana menunggu depan lift setelah menekan tombol naik. Risa yang baru tiba juga ikut berdiri di samping alana.

"Bu, masalah plagiat udah beres kan?, berarti rianda bisa lanjut terbitin artikelnya?" Tanya risa. Alana mengangguk

"Kembali seperti biasa Sa" jawab alana. Pintu lift terbuka, mereka pun bergegas masuk. Namun alana kaget melihat rianda yang berdiri di depannya. Lift itu diisi oleh rianda seorang.

"Kamu mau turun gak?" Tanya risa yang masih menahan tombol pintu tutup. Rianda melirik alana yang juga menatapnya datar.

"Gak Sa" jawab rianda dengan menyeringai. Ia ingin menghampiri alana dibasement, namun ia tak tahu bakal berpapasan dengan alana di lift. Alana menggigit bibir dalamnya menahan senyum. Mereka keluar dari lift dan berpisah di depan ruangan, alana masuk ke ruangannya sedangkan rianda dan risa berhenti di depan meja risa.

"Serius Sa?, syukurlah" ucap rianda. Beberapa rekan yang mendengar obrolan mereka pun mengucapkan selamat. Rianda merasa lega, ia pun kembali ke mejanya dan bekerja dengan riang.

"Terima kasih" rianda mengirim pesan ke alana. Ia menatap hp nya sejenak dengan senyum lebar sebelum benar-benar kembali bekerja.

Alana tak langsung membalas pesan itu, ia hanya tersenyum dan meletakkan kembali hp nya. Alana melanjutkan pekerjaannya, ia sama sekali tak beranjak dari kursinya. Ia juga makan dan minum sembari bekerja.

Alana meregangkan kedua tangannya, memijat tengkuk lehernya yang pegal. Ia merapikan mejanya yang berantakan. Walau lelah, Ia menyelesaikan pekerjaannya dengan baik hari ini. Alana mematikan komputer dan lampu di ruangannya sebelum meninggalkan ruangan.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang