6. Ketertarikan

5.5K 495 5
                                    

Rianda dan alana selalu bareng dimanapun dan kapanpun. Alana punya banyak teman disekolah. Sedangkan rianda hanya punya alana. Sikap tertutup dan penyendiri rianda masih melekat, ia takut ikut berbaur dengan orang disekeliling alana.

Tiap jam istirahat, selalu ada saja teman sekelas yang menghampiri alana. Mulai dari bertanya tentang pelajaran yang baru mereka pelajari, ajak ke kantin bareng, atau hanya sekedar ngobrol di kursi. Rianda selalu diam di kursinya menunggu alana menoleh kepadanya atau menghampirinya, ia tak ingin mengganggu waktu alana dengan teman yang lain.

Rianda melepas headset walkmannya ketika alana duduk disampingnya, ia merebahkan kepalanya di ata meja, helaan napas panjangnya membuat alana khawatir.

"Kenapa?" Tanya rianda menyentuh bahu alana, alana menangkap tangan rianda dari bahunya dan memindahkan telapak tangan itu ke bawah pipinya menjadi bantalan kepalanya.

"Aku mau tidur sebentar" ujarnya memejamkan mata. Rianda menghela napas pelan, energi alana pasti sudah habis meladeni obrolan teman-teman.

Rianda memakaikan headset di telinga kiri alana, ia memutar lagu lembut membantu alana rileks. Alana tersenyum tipis dengan perlakuan rianda. Melihat senyum itu rianda terpaku, ia menopang dagunya dengan sebelah tangan kirinya dan memperhatikan alana yang terpejam. Rianda terus menatap seperti itu sambil mendengarkan lagu yang sama. Hatinya terasa hangat, ia pun ikut mengantuk. Rianda merebahkan kepalanya menghadap alana dan perlahan memejamkan matanya.

Tok..tokk... seorang teman yang duduk di depan rianda mengetuk keras mejanya, membuat rianda dan alana kaget dan segera mengangkat kepala dari meja. Ternyata pak jason baru masuk kelas, alana sontak berdiri kembali ke kursinya. Alana menoleh ke belakang melempar senyum pada rianda yang belum sadar sepenuhnya.

Pelajaran pun dimulai. Pak jason menyampaikan materi baru, lalu mengulang sedikit materi sebelumnya. Beliau memberikan satu soal sebagai tes pengingat materi sebelumnya, pak jason meminta seseorang mengerjakan soal di depan. Rianda masih ngantuk, ia menguap lebar. Pak jason melihat kelakuan rianda.

"Rianda, ayo kerjakan soal ke depan!" Ucap pak jason. Sontak beberapa anak menoleh ke belakang melihat rianda. Mata rianda terang seketika, ia kaget.

"S..s.. Saya pak?" Tanya rianda menunjuk dirinya

"Iya, biar kamu gak ngantuk. Sini maju" ucap pak jason. Rianda menggaruk kepalanya, jantungnya berdegup kencang, ia tak mengikuti pelajaran, ia sadar ia tak akan bisa menjawab soal di depan. Benar saja, rianda hanya mematuk di depan papan tulis menatap soal yang ia sendiri tak mengerti.

"Kamu berdiri di depan kelas, gak usah lanjut ikut pelajaran saya hari ini" ujar pak jason kesal. Rianda pun dengan menunduk malu keluar kelas. Ia berdiri bersender di dinding. Matanya melihat koridor kanan dan kiri, berharap tak ada siapapun yang melihat ia sedang dihukum berdiri di depan kelas.

Pelajaran pak jason usai. Pak jason berhenti di depan rianda sebelum pergi.

"Kamu harus ulang pelajaran saya, minggu depan saya akan suruh kamu lagi buat kerjain soal di depan" ujar pak jason. Rianda mengangguk.

"Hai, dasar anak nakal" ujar alana yang tiba-tiba muncul setelah pak jason pergi. Rianda merasa malu, ia membuang mukanya dan pergi dari depan kelas. Alana berjalan mengikutinya.

"Ayo cari makanan manis, biar mood kamu bagus" ujar alana memeluk lengan rianda, rianda dengan malas mengikuti ajakan alana.

"Nih" alana meletakkan cake dan jus di depan rianda.

"Udah ah jangan manyun gitu, jelek tau" ujar alana sembari memakan cakenya.

"Kamu gak malu temenan sama aku, aku jadi orang pertama yang dihukum dikelas" keluh rianda, alana tertawa kecil.

"Kenapa harus malu" jawab alana

"Kamu kan pintar, apa kata teman yang lain kalau kamu main sama aku"

"Aku gak peduli sih" jawab alana. Rianda terenyuh mendengar jawaban itu. Alana tampak cuek dengan kekhawatiran rianda.

"Kamu mau belajar bareng dikamar aku?" Tanya alana. Rianda tersenyum, ia tak percaya alana memberinya akses khusus untuk belajar bersamanya. Alana paham bahwa rianda tak akan meminta membantunya belajar di sekolah.

"Mau" jawab rianda

Malam harinya, rianda kembali bertandang ke kamar alana. Kamar alana seperti markas untuk mereka berdua, mereka banyak menghabiskan waktu disana. Alana membawa buku matematikanya ke kasur, ia telungkup di sebelah rianda yang sedang mengerjakan satu soal dari alana.

"Bisa gak?, lama amat" ucap alana. Rianda melirik sinis ke alana.

"Sabar dong, otak aku kan gak seencer kamu" ujar rianda, alana hanya tertawa. Ia menunggu rianda kelar dengan membaca bukunya sendiri.
Setelah beberapa saat, rianda pun menghela napas lega. Ia terlentang mengistirahatkan punggungnya. Alana beralih ke buku rianda memeriksa jawabannya.

"Bener kan?" Tanya rianda, alana bertepuk tangan.

"Good job baby" ucap alana riang, mata rianda membesar dan berbinar mendengar kata baby .

"Sini lanjut bahas pelajaran yang tadi" lanjut alan, ia lebih mendekat ke rianda. Rianda kembali telungkup dan memperhatikan penjelasan alana.

"Ngerti kan?" Tanya alana setelah menjelaskan. Rianda mengerutkan keningnya

"Boleh ulang yang bagian ini gak?" Pinta rianda, alana pun kembali mengulang penjelasannya.

"Gimana?, ada lagi yang belum paham?" Tanya alana, rianda berpikir sejenak lalu menggeleng.

"Udah kok" jawab rianda mengangkat kepalanya menatap alana. Seketika mereka berdua terpaku, tak ada yang mengalihkan tatapannya, mereka bertahan lebih dari 20 detik.

Kryuk.. kryukk... suara perut rianda terdengar. Mata alana beralih ke perut rianda, rianda sontak berbalik telentang menutup wajahnya karena malu. Alana tertawa renyah.

"Kamu belum makan?" Tanya alana,. Rianda yang masih menutup wajahnya pun menggeleng.

"Aku buru-buru ke sini" jawab rianda

"Kenapa gak bilang, kamu kan bisa makan dulu Nda" ucap alana, ia beranjak dari kasu meletakkan bukunya kembali ke meja.

"Ayo aku temani makan" ajak alana menarik tangan rianda dari wajahnya. Rianda pun nurut tak lupa membawa bukunya.

Alana duduk di hadapan rianda yang menikmati makan malamnya. Ia menikmati susu coklatnya sembari menunggu rianda beres makan.

"Gak usah buru-buru, santai aja" ucap alana, ia bergerak mengambil tisu dan memberikannya ke rianda.

"Terima kasih" ucap rianda.

"Na, aku boleh terus belajar sama kamu?" Tanya rianda, alana menaikkan kedua alisnya.

"Sepertinya penjelasan kamu lebih gampang masuk diotakku dari pada penjelasan guru" jelas rianda, alana merasa tersanjung.

"Kamu kenapa selalu ngantuk disekolah?, kamu begadang tiap malam?" Tanya alana

"Bukan, aku gak bisa fokus terlalu lama Na. Sekolah itu melelahkan, jam sekolah juga terlalu panjang" jelas rianda

"Hmm, Nda. Besok aku ada ekskul tari. Kamu mau pulang duluan atau.."

"Aku tunggu kamu" jawab rianda

"Ok, tapi kalau kamu bosan kamu boleh pulang duluan"

"Aku gak akan bosen, aku mau lihat kamu latihan juga" jawab rianda, alana tersenyum.

Usai makan mereka kembali ke kamar masing- masing. Rianda mengeluarkan buku sketsa dan satu set alat lukis dari bapak toko. Ia duduk di mejanya dan mulai mencoret-core disana. Rianda melukis satu momen yang ia tangkap hari ini, yaitu potret alana ketika mereka bertatapan, tak lupa ia juga menggambar buku di tangan cantik alana.

Rianda tersenyum melihat coretannya di sketsa. Ini lembaran keempat yang ia gambar. Lembaran pertama adalah potret alana ketika dalam mobil, kedua gambar alana dari belakang saat di kelas, ketiga ketika alana menari. Empat gambar ini menyimpulkan momen terbaik yang rianda alami bersama alana, dan akan banyak gambar yang bisa dilukis rianda tentang alana.

Rianda menutup buku sketsa itu dan menyelipkan diantara tumpukan buku sekolahnya. Rianda merentangkan kedua tangannya, ia merebahkan tubuh nya yang lelah dan langsung terlelap.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang