33. Keributan

4.1K 364 27
                                    

SEBELUMNYA.

Rianda dan ibu sampai dirumah. Ibu meminta rianda untuk istirahat di kamarnya. Sedangkan Ibu duduk sendiri merenung di dapur, ia memijit kepalanya yang mulai terasa sakit. Penjelasan dokter masih terus terngiang di benaknya. Ibu pun menelpon dan meminta bude pulang lebih awal.

Setibanya bude dirumah, ibu mengajak bude berbicara berdua di ruang depan. Mereka berbicara serius dengan suara pelan.

"Hah?, serius kamu dek?" Tanya bude, ibu pun mengangguk lemah. Bude bersender lesu mendengar penjelasan ibu, mereka terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada solusi yang mereka dapatkan saat itu, yang ada hanya bingung dan kecewa.

Esoknya ibu dan bude tidak buka warung. Mereka akan berbicara hari ini dengan rianda. Menyembunyikan keadaan rianda akan menambah masalah nantinya. Pagi-pagi ibu seperti biasa masak, sedangkan bude membersihkan rumah. Rianda yang masih libur kerja pun bangun lebih siang, ketika semua pekerjaan yang dilakukan ibu dan bude sudah beres.

"Loh ibu sama bude gak ke warung?" Tanya rianda melihat ibu dan budenya yang duduk berhadapan di meja makan.

"Gak, capek mau libur dulu" jawab bude. Rianda pun ikut duduk di antara mereka. Mereka bertiga sarapan dengan tanpa banyak bicara. Usai makan rianda mencuci piring dan duduk santai di depan tv. Ibu dan bude menghampirinya, mereka saling pandang sebelum mulai bicara dengan putrinya.

"Nak, kamu besok masuk kerja?" Tanya ibu ber basa-basi

"Iya bu, udah dua hari nih gak masuk. Gak enak kalau kelamaan libur" ucap rianda. Ia meraih minuman kaleng di depannya, dan membuka minuman itu. Ibu tersadar dan segera mengambil minuman bersoda itu.

"Ah ibu, kenapa?"

"Kamu baru sembuh" ucap ibu

"Sedikit aja bu" rengek rianda

"Kamu harus perhatikan makan dan minum kamu mulai sekarang" sahut bude

"Kenapa bude?, biasanya juga boleh makan minum apa aja. Hmmm, apa karena aku muntah-muntah kemarin?" Tanya rianda, ibu dan bude menghela napas bersamaan.

"Siapa nama pacar kamu waktu itu Nda?" Tanya ibu, rianda mengerutkan keningnya.

"Ibu kenapa tanya itu?, gak usah di bahas deh" ucap rianda malas

"Kamu ada lakuin hal di luar batas sama dia?" Tanya ibu lagi.

"Gak lah bu" jawab rianda cepat. Ibu menoleh ke bude, rianda melihat ibu dan bude bergantian, ia tampak bingung dengan arah pembicaraan ini. Bude bergerak duduk di sebelah rianda dan menggenggam tangan keponakan yang sudah ia anggap putrinya.

"Nak, kamu hamil" ucap bude penuh kekhawatiran. Rianda terdiam sejenak lalu tertawa pelan.

"Hamil dari mana sih bude, jangan becanda ih" ucap rianda. Ibu yang sudah tak sabar pun meletakkan kertas hasil laboratorium dengan kasar ke pangkuan rianda. Rianda mengerutkan keningnya, ia membuka kertas itu dan membacanya. Matanya membesar setelah mengerti apa yang sedang terjadi, tangannya tiba-tiba gemetar dan melemah, kertas itu jatuh ke lantai.

"Dokter bilang kamu harus periksa lebih lanjut, kamu harus USG. Hari ini bude dan ibu temenin kamu ke dokter" ucap bude mempererat genggaman tangannya ke rianda. Rianda sontak berdiri, ia menggeleng cepat.

"Gak bude, untuk apa aku ke dokter?, aku gak mungkin hamil" ucapnya.

"Lalu menurut kamu dokter yang salah?" Tanya ibu yang mulai emosi. Rianda terdiam, Matanya memerah menahan amarah. Ibu beranjak mendekatinya, namun rianda menolak disentuh ibu. Ia berlari masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya. Napas rianda naik turun dengan cepat, ia tertegun di balik pintu menelaah apa yang sedang terjadi. Hamil?, ia meremas kepalanya dengan kuat, ia coba mengingat apa yang telah ia lakukan sebelumnya. Rianda panik, ia berputar-putar dikamarnya, ia sama sekali tak mengingat apapun.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang