18. Butuh

5.2K 513 15
                                    

Rianda bangun dari tidurnya dengan berat. Ia merasa belum cukup tidur. Ia menguap berkali-kali walau tubuhnya sudah beraktifitas. Ibu menatap heran ke rianda yang tak semangat memakan sarapannya.

"Kamu begadang?"

"Iya bu"

"Kenapa?, ada kerjaan kantor?"

"Hoam... gak bu" jawab rianda sambil menguap. Ia beranjak meraih kotak bekal yang ibu buat.

"Aku berangkat bu" ucap rianda, ia berjalan gontai keluar rumah menuju motornya. Rianda menatap wajahnya di spion, matanya terlihat sembab. Ia menatap sinis dirinya sendiri di kaca.

"Alana, awas kamu ya" ucap rianda. Alana tidak mengabari rianda malam itu sampai pagi ini. Rianda kesal karena alana tak menepati ucapannya.

Diin... diinn... Rianda menoleh ke arah mobil sendan hitam milik alana. Ia memicingkat matanya, menatap sinis ke arah mobil itu.

"Siapa itu?, nak alana ya?" Ucap ibu dari dalam rumah. Ibu bergegas keluar rumah.

"Kamu mau naik motor atau dijemput nak alana sih?" Kata ibu memukul bahu rianda. Rianda pun memarkirkan kembali motornya dan berjalan ke arah mobil alana.

"Ayo buru udah telat" ucap alana ketika rianda sudah di dalam, rianda tak menggubris, ia memakai seatbeltnya dan menatap ke depan.

"Are you ok?, kamu habis nangis?" Tanya alana

"Jangan banyak tanya deh" ucap rianda kesal. Alana tertegun, ia pun memilih diam selama perjalanan menuju RS.

Rianda dan alana masuk ke bangsal alana. Anak-anak terkejut melihat rianda datang, mereka berteriak berhamburan memeluk rianda.

"Kakak kok baru datang sih?, udah gak sayang ya sama kita?" Tanya seorang anak. Rianda memanyunkan bibirnya dan berjongkok.

"Maaf ya, kakak lagi sibuk. Kakak masih sayang dong sama kalian, kakak kangen banget" ucap rianda. Alana memperhatikan rianda tanpa melewatkan sedetikpun. Ia mengikuti dan menunggu alana membacakan cerita pada anak-anak ini, alana terpana dengan kecantikan, senyum dan tentu saja ikut hanyut menikmati cerita yang rianda baca.

Alana tersadar ketika anak-anak bertepuk tangan, ia pun ikut menepuk tangan sebentar sebelum seorang anak tiba-tiba menunjuknya.

"Kakak ini siapa?"

Rianda menoleh ke alana, alana yang berdiri pun ikut duduk disamping rianda dan tersenyum pada anak itu.

"Saya temennya kak rianda" jawab alana

"Wow, kakak berdua cantik" puji anak itu, alana tersenyum lebar sembari melirik rianda yang tertunduk malu.

Rianda pamit kepada anak-anak, orang tua dan suster disana. Alana menunggu di luar ruang bangsal anak.

Alana melirik rianda yang masih diam, apa yang salah dengan anak ini. Ia hangat dan ceria di depan anak-anak, namun ia menjadi dindin dan diam seribu bahasa sekarang.

"Kamu bawa bekal?" Tanya alana melihat kotak bekal rianda

"Ibu masak apa?" Tanyanya lagi karena rianda tak merespon

"Kamu ada mau ke tempat lain sebelum ke kantor?" Alana seperti berbicara dengan angin

Alana menghela napas berat karena rianda turun dan pergi tanpa mengatakan apa-apa. Ia berdiam dalam mobil memikirkan kesalahan apa yang ia buat.

"Kamu kenapa?" Alana memutuskan mengirim pesan pada rianda. Ia mondar mandir di depan mejanya menunggu balasan rianda.

"Ternyata kamu punya kuota buat chat aku" begitu balasan rianda. Alana mengerutkan keningnya

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang