19. Percaya

5.1K 497 12
                                    

Bu mega mendadak datang ke kantor rianda. Semua karyawan tampak panik melihat ibu yang datang tanpa pemberitahuan. Risa tergopoh menghampiri bu mega dan menemaninya berkeliling kantor melihat kinerja beberapa team inti di perusahaan ini. Alana yang masih bekerja diruangannya juga kaget karna mamanya tiba-tiba masuk bersama beberapa orang dari perusahaan pusat. Mereka semua masuk dan duduk di sofa. Alana melirik ke risa, risa menaikkan bahunya tanda ia pun tak tahu apa-apa.

"Kenapa ma?" Tanya alana setelah ikut duduk bersama mereka. Alana memihat orang yang bersama mama satu persatu.

"Ada laporan plagiat, asal artiket dari kantor kamu" ucap mama menurunkan kaca matanya

"Plagiat?, siapa?"

"Itu tugas kamu buat cari tahu alana, artikel terbaru buatan rianda"

"Rianda, gak mungkin ma. Rianda gak pernah plagiat tulisan orang. Alana bisa jamin itu" ucap alana tegas. Mama menarik napas dalam.

"Kamu harus lakukan sesuai SOP perusahaan, kamu telusuri dulu masalah ini, baru kamu bisa ambil kesimpulan. Mereka akan membantu kamu, mereka akan bekerja disini sampai masalah ini selesai" ucap bu mega. Ia berdiri dan kembali memakai kaca matanya.

"Kerjakan dengan cepat dan tepat, saya gak mau masalah ini memanjang" ucap bu mega sebelum meninggalkan ruangan alana, risa berjalan keluar mengantar bu mega.

Alana menatap dua orang pria yang masih duduk di dekatnya.

"Kalian bisa mulai kerjakan sekarang!" Ucap alana sembari mengibaskan tangannya meminta mereka pergi dari ruangannya.

Alana menggigiti ujung kukunya. Ia khawatir dengan rianda, ia gak akan biarin hal seperti ini melukai rianda. Alana beranjak mengambil tasnya dan keluar ruangan.

Kantor ini menjadi riuh dengan desa desus. Isu itu pun sampai ke telinga rianda. Rianda jelas panik, ia gelisah di depan komputernya, berkali-kali membaca artikelnya dan mencari tahu berita dugaan plagiarisme yang dituduhkan padanya.

Ketegangan dikantor berlanjut hingga jam pulang. Rianda masih duduk di kursinya, ia merasa belum tenang untuk pulang.

"Kamu gak pulang?" Tanya risa yang sudah bersiap pulang.

"Belum, sebentar lagi"

"Jangan terlalu dipikirin, udah ada tim yang akan usut kok. Kamu tenang aja"ucap risa. Rianda mengangguk, namun ia masih merasa tak tenang. Rianda tinggal sendiri di kantor dengan komputer yang menyala.

"Blom pulang mbak?" Tanya seorang OB. Rianda pun memilih untuk pulang. Ia berjalan lesu menuju lift, wajahnya murung, badannya terasa lemas. Rianda diam mematung menunggu pintu lift terbuka. Ia pun tertegun ketika lift terbuka, alana berdiri disana menyilangkan kedua tangannya depan dada. Ia masih diam menunggu rianda masuk.

"Are you ok?" Tanya alana

"Na, aku gak pernah plagiat tulisan orang" ucap rianda lirih. Alana tak menjawab, lift terus bergerak menuju basement.

"Na, aku jujur, aku gak mungkin.."
Suara rianda tertahan dengan gerakan alana yang menggenggam tangannya.

"Aku tahu" ucap alana dengan tatapan sendunya. Ia menarik pelan tangan rianda. Mereka jalan beriringan menuju mobil alana. Alana membuka pintu mobil untuk rianda.

"Kita mau kemana?" Tanya rianda

"Rumahku" jawab alana. Mobil rianda melaju cepat di jalanan. Rianda tak bertanya lagi, ia pun masih memikirkan isu tentang dirinya. Ia merasa terpukul dengan berita itu, ia selalu menulis dengan idenya, ia tak pernah mencuri ide siapapun.

"Ayo masuk!" Alana membuka lebar pintu kamarnya. Rianda perlahan masuk memperhatikan isi kamar alana yang berubah lebih dewasa, mulai dari bentuk ranjang, lemari, meja rias, bahkan cat kamarnya. Hanya satu yang tak berubah, meja belajarnya dengan pajangan kertas sketsa yang berisi lukisan wajah alana. Rianda menyentuh kertas itu.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang