Masih menggunakan pakaian kerjanya, Alana merebahkan tubuhnya ke ranjang besarnya. Tubuhnya lebih lelah dari biasanya. Ia menatap langit kamarnya. Setelah tak sengaja bertemu rianda di RS, kini melihat wajah rianda tampil di layar monitor saat meeting membuatnya semakin gelisah.
Setelah kepergian rianda, tak ada hal istimewa yang alana rasakan. Ia yang semula riang berubah jadi murung dan pendiam. Ia juga berhenti dari ekskul dance setelah 1 bulan rianda pindah sekolah. Ia menari karena rianda, ia senang ketika rianda selalu antusias melihatnya menari. Rianda jugalah orang pertama yang melihat tariannya.
Alana memiringkan wajahnya. Melihat kertas sketsa yang terpajang di dinding meja belajarnya. Kertas-kerta itu tak pernah pindah sejak hari pertama ia pajang. Hal ini menandakan bahwa alana tak pernah melupakan rianda.
"Non" suster Hani menjulurkan kepalanya.
"Saya ketuk pintu gak ada respon, saya kira non gak dikamar" ujar suster hani. Ia masuk dan merapikan tas alana yang berserak. Suster Hani masih setia menjaga Alana di rumah.
"Kenapa non?, kusut banget mukanya?" Tanya suster sembari duduk di sisi ranjang
"Gak apa sus, cuma capek aja sama kerjaan?"
"Mandi gih, sus bikinin susu hangat ya" ujar sus membelai rambut alana. Alana pun nurut bangkit dari kasur.
Alana membiarkan air hangat mengalir pelan mengguyur tubuhnya. Ia berdiam cukup lama disana merasakan hangatnya air memasuki pori- pori kulitnya.
Usai mandi ia merasa lebih baik. Alana turun menuju meja makan. Sus meletakkan susu coklat hangat di depannya, alana menatap susu itu dan menyentuh memutar bibir gelas dengan jari telunjuknya.
"Kok gak diminum non?" Tanya suster sembari meletakkan piring di depannya. Alana pun meminum sedikit susu itu.
"Nyonya sebentar lagi turun non" ucap suster sebelum pergi. Alana masih duduk disana menunggu mama turun untuk makan malam bersama.
"Halo sayang" sapa mama yang baru tiba, mama mencium ujung kepala alana sebelum duduk.
"Terima kasih bik" ucap mama pada mbak yang siapin makan malam mereka.
"Kenapa lihatin mama begitu?" Tanya mama disela makannya.
"Karyawan baru titipan mama itu Rianda?" Tanya alana. Mama tersenyum lebar dan mengangguk.
"Suprise!!!, dia cantik sekali kan" ucap mama. Alana tak menjawab.
"Mama tahu kamu pasti kangen sama dia, mama harap kamu happy ketemu rianda, seperti dulu" ucap mama tulus. Alana menatap mamanya, ia merasakan kekhawatiran sekaligus lega dari wajah mama.
*****
Rianda menatap dirinya di depan cermin. Berkali-kali ia merapikan pakaian dan rambutnya yang sudah rapi. Ibu tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya itu. Ibu memutar bahu rianda hingga mengahadap ibu.
"Udah siap?" Tanya ibu, rianda menggeleng. Hari ini adalah hari pertamanya kerja di sebuah perusahaan, walau anak perusahaan tapi termasuk bagian dari perusahaan ternama. Ia gugup takut jika membuat kesalahan.
"Tarik napas dalam, keluarkan perlahan" kata ibu, mereka berdua melalukan hal yang sama hingga tiga kali.
"Hati-hati Nda, semangat!!" Teriak bude ketika rianda sudah di atas motornya. Ibu dan bude berdiri di depan rumah menunggu rianda pergi. Rianda melaju perlahan di jalanan, ia berangkat lebih pagi agar tidak telat. Rianda memilih menggunakan motor untuk kerja mengingat ia harus hemat, ia juga tidak bisa desak-desakan di transportasi umum. Lagi pula jarak rumahnya ke kantor tak jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in You
RomanceDua orang yang dipertemukan, perbedaan yang mencolok dari keduanya tak menghambat terjalinnya hubungan manis. #1 girllove #1 gxg #1 lesbian