Rianda bangun pagi dengan semangat, ia bersenandung membantu ibu dan bude memberesi rumah. Ibu dan bude saling pandang melihat anak gadis mereka bangun lebih cepat dan terlihat riang tanpa keluhan.
"Nda, kamu sehat kan?" Tanya ibu
"Sehat bu" jawab rianda dengan senyum manisnya
"Tumben bangunnya cepet" sahut bude
"Ih bude, bagus dong jadi bisa bantuin ibu sama bude sebelum aku ke kantor" ucapnya
"Sudah kamu mandi saja sana, ibu gak terbiasa dibantu kamu pagi-pagi begini. Ibu jadi takut" ujar ibu merebut sapu dari rianda. Rianda mengerutkan keningnya, bude hanya tertawa. Rianda pun segera mandi dan bersantai di kamarnya sambil menunggu sarapan beres.
"Selamat pagi alana" rianda mengirim pesan ke alana. Ia mulai merasa malu mengingat status mereka sekarang bukan teman, bukan sekedar bos dan karyawan, tapi pasangan.
Tak ada balasan dari alana, rianda berpikir bahwa tuan puteri masih tidur. Alana bersemangat pergi ke kantor walau dengan angkutan umum. Ia tak bisa menahan senyum manisnya, ia menyebar senyumnya kepada rekan kerja yang ia temui sebelum sampai ke kursinya.
"Cerah amat wajahnya pagi ini" ucap melisa, rianda tertawa malu. Ia menatap wajahnya di cermin kecil dan mengontrol ekspresinya.
"Halo selamat pagi" sapa risa yang baru tiba
"Pagi" jawab rianda dan rekan kerjanya yang sudah duduk di balik meja masing-masing.
"Berhubung ibu pergi keluar kota, semua pekerjaan hari ini jika ada yang perlu ditanya atau diskusi dialihkan ke saya ya" ujar risa, merrka bernapas lega. Sepertinya hanya rianda yang tak senang dengan ucapan risa.
Rianda meraih hp ny, belum ada pesan masuk dari alana. Ia menatap kesal layar hp nya, alana tak ada bilang akan pergi, dan ia juga tak membalas pesannya.
Semangat rianda seketika sirna, ia mengerjakan pekerjaannya dengan malas. Ia berjalan lunglai ke meja risa, menyerahkan beberapa berkas yang harus di tanda tangan.
"Wah ini harus ke ibu Nda, nunggu ibu balik aja ya" ujar risa memgembalikan berkas itu
"Emang baliknya kapan?" Tanya rianda, risa mengerutkan keningnya.
"Kamu gak tau?, bukannya kamu pacarnya?" Bisik risa di telinga rianda. Mata rianda membesar, ia memukul pelan bahu risa.
"Ih jangan becanda" ujar rianda, risa melirik rianda dengan senyum jahilnya.
"Jangan malu Nda, ibu bilang gini kok "Sa titip pacar aku ya"" ujar risa, seketika wajah rianda memerah. Ia buru-buru pergi dari sana sebelum risa lanjut menggodanya.
"Kamu gak bilang aku kalau mau pergi?" Rianda mengirim pesan ini ke alana, ia menghela napas berat. Pantas saja malam itu alana tiba-tiba mau peluk erat, rianda kesal memikirkan bagaimana bisa alana mementingkan dirinya sendiri, memeluknya begitu erat karena akan merindukannya, lalu bagaimana dengan rianda?. Saat ini ia seperti tak punya kekuatan karena tak melihat alana seharian.
Rianda pulang mengendarai motornya. Ia tak langsung ke rumah, melainkan ke warung menemui ibu dan bude.
"Loh, kenapa masam begitu wajahnya?" Tanya ibu
"Gak apa bu, rianda mau makan dong bu" ujarnya, ia duduk lunglai menunggu ibu menyediakan makanan di piringnya.
"Tadi pergi semangat, pulangnya lemes" ujar bude duduk disamping rianda
"Iya bude, capek" jawabnya asal
"Ya sudah kamu makan, lalu kita pulang bareng" ujar bude membelai bahu rianda. Rianda menarik napas dalam sebelum memulai makan. Ia sama sekali tak berniat melakukan apapun setelah ini selain berbaring dikasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in You
RomanceDua orang yang dipertemukan, perbedaan yang mencolok dari keduanya tak menghambat terjalinnya hubungan manis. #1 girllove #1 gxg #1 lesbian