42. End

9.3K 524 30
                                    

Mereka sampai di rumah ketika sudah gelap. Rianda dan alana masuk kamar perlahan, karena rey sudah terlelap di box bayinya. Rianda segera bersih-bersih sebelum lanjut memompa asinya, seharian di luar membuat payudaranya sakit karena asi yang tak keluar.

Alana sudah selesai mandi dan memakai piyamanya, ia menghampiri rianda yang bersender di ranjang sedang memompa asinya. Alana duduk memperhatikan rianda.

"Sakit?" Tanya alana, rianda menggeleng. Alana memperhatikan dada alana, ukurannya tak lagi sama seperti yang ia lihat sebelumnya. Rianda melirik alana yang terpaku pada dadanya, spontan rianda menutup mata alana dengan telapak tangannya.

"Kenapa?" Tanya alana tak terima, ia langsung menurunkan tangan rianda dari matanya.

"Kamu liatin yang lain deh, jangan kesini" ujar rianda. Alana tersenyum menyeringai, ia mendekat dan bergelayut manja di bahu rianda.

"Aku cuma penasaran" ucap alana malu, rianda pun tertawa geli. Alana masih bersender di bahu rianda sampai rianda selesai memompa asinya.

"Sini, biar aku aja" ucap alana mengambil botol berisi asi, ia meletakkan botol itu ke tempat penyimpanan asi rey. Saat kembali ke ranjang, alana kembali terpaku melihat rianda yang membersihkan payudaranya dengan tissue. Ia berpikir apakah rianda menggodanya, atau emang itu naluri ibu muda yang tak malu meperlihatkan payudaranya saat sedang atau setelah menyusui anaknya di depan sesama wanita?.

Alana dan rianda berbaring saling membelakangi. Situasi saat ini terasa canggung, padahal alana baru saja mengajaknya menikah, mereka baru saja saling berjanji saling mencintai, dan mereka baru saja berciuman setelah sekian lama, mereka pun lupa kapan terakhir mereka melakukannya.

"Kamu sudah tidur?" Tanya rianda, alana tak menjawab, ia segera berbalik menghadap rianda dan memeluknya dari belakang.

"Sepertinya kita harus seperti ini agar cepat tidur" ujar alana, rianda tersenyum malu. Ia pun ikut berbalik menghadap alana, menenggelamkan wajahnya di leher alana.

"Ah, kalau seperti ini aku gak akan bisa tidur" keluh alana ketika ia merasakan napas rianda di lehernya, bulu kuduknya berdiri, ia menjauh sedikit dari rianda.

"Kenapa?" Tanya rianda manyun, ia tak mau alana menjauhinya.

"Ah, aku cuma khawatir tak akan membuatmu tidur malam ini" ucap alana melepas pelukannya. Rianda dengan cepat menarik tangan alana kembali memeluknya. Alana menyipitkan sebelah matanya ke rianda, ia juga menggigit bibir bawahnya, ia menimbang apa yang akan ia lakukan pada wanita ini.

"Kamu jangan mengeluh kurang tidur ya besok" ucap alana, rianda menaikkan kedua alisnya. Merasa tertantang, alana pun tak lagi pikir panjang. Ia beranjak menopang tubunya dengan kedua tangan dan lututnya, ia menatap rianda dibawahnya.

"Aku mencintaimu" gumam alana sembari mendekatkan wajahnya ke rianda. Ia mencium rianda dengan lembut, ciuman ini selalu seperti ciuman pertama mereka, getaran dan gejolak yang timbul selalu mengejutkan tubuh mereka. Alana sangat merindukan harum tubuh rianda, ia mengendus dan mencium rianda tanpa terlewat.

Perlahan jari jemari alana membuka sisa kancing piyama rianda. Ia menyukai ukuran dada rianda sekarang, sentuhan lembutnya membuat rianda bersuara. Alana mencium puncak dada rianda, namun ia ragu ketika akan mengulumnya. Apakah ia akan berebut ASI dengan rey, alana pun mengurungkan niatnya untuk melakukan hal lebih di dada rianda, namun rianda tak membiarkan alana melewatinya begitu saja, cengkraman tangan rianda menuntuk kepala alana untuk tetap disana.

"Maaf rey" batin alana ketika ia mulai merasakan ASI di mulutnya. Setelah puas alana beralih turun, melewati perut alana yang belum rata seperti semula, ia juga melihat garisan bekas operasi rianda, bagi alana itu tampak menggemaskan. Ia berputar, memainkan lidahnya di sekitar pusar rianda. Rianda menegang, cengkramannya semakin kuat di bahu alana.

Light in YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang