bab 12.

2.1K 81 19
                                    

Kehidupan rumah tangga Xia tak banyak yang berubah, Xia yang masih berusaha meluluhkan hati Marvel namun masih saja sama, sikap Marvel masih sering acuh terhadapnya.

Sama halnya seperti pagi ini, Xia sudah terbiasa bangun pagi untuk masak untuk Marvel, namun Marvel tak pernah memakannya, dan selalu bilang ingin makan di kantor saja.

"Sarapan dulu yok marv, aku masak sambel cumi kesukaan kamu loh." Xia terlihat bersemangat menata masakan kesukaan suaminya itu dimeja makan.

Marvel yang masih merapikan dasinya dengan sebelah tangan sembari menenteng tas ditangannya hanya melirik singkat.

"Sudah saya bilang, gausah repot repot karna saya tidak akan makan masakan anda nona Xia!" Marvel membalas dengan nada datar namun intonasinya terdengar sedikit menekan.

Sebenarnya dia sedikit tersentuh dengan usaha Xia yang sudah beberapa bulan ini  mencoba mencuri perhatiannya, sering kali dia mendapati plester bekas luka bakar, atau bahkan luka baru yang masih memerah seperti terkena api atau luka gores karna benda tajam, namun dia berusaha tidak perduli.

"Ayolah Marvel, ini baru jam setengan 7, kamu nggak akan telat, kali ini saja, aku masak bangun jam 5 cuma buat beli cumi karna kemaren lupa beli." Rajuk Xia dengan nada sedikit memaksa, agar pagi ini bisa sarapan bersama suaminya itu.

Marvel terdiam sejenak, sedikit iba dengan usaha Xia, namun baru saja akan melangkah kearah meja makan ponselnya berdering.

Marvel melirik tipis kearah Xia yang berbinar melihat kearahnya yang tadi seolah berjalan kearahnya, lalu pandangannya kembali pada ponsel yang memperlihatkan nama sang kekasih diapun segera mengangkatnya.

'Sayang, aku udah nungguin kamu, katanya mau sarapan ditempat biasa kok belum datang juga sih.'

"Eh iya sayang ini mau berangkat, maaf yah."

'iya, cepet aku tungguin.'

Setelah panggilan terputus Marvel menatap Xia yang kini menatapnya sedikit berbeda.

"Dara udah nungguin lagi?" pertanyaan Xia lebih ke pernyataan, membuat Marvel terdiam bingung menjawab apa, dan Xia pasti sudah tau jawabannya.

Tanpa berkata kata marvel berjalan meninggalkan Xia yang mematung dengan tangan terkepal, wajahnya berubah menjadi murung dan matanya memanas, dia duduk lemas dikursi lalu menangis dengan tersedu dengan tangan dilipas diatas meja.

"Apa gue harus nyerah Marvel? Loe terlalu jauh buat gue gapai, apa gue harus iri sama dara? Meskipun bahkan jauh dibawah dari gue tapi dia berhasil membuat dia bertahan sama cewek kayak loe." Isak Xia dengan tersedu, baru kali ini dia menangis, dia terlalu sakit mendapat perlakuan seperti itu dari Marvel, namun sepertinya usahanya tak pernah dilihat Marvel sedikitpun.

"Pagiii sayanggg!!!!!"

Suara mamanya terdengar nyaring bersamaan dengan suara tapak kaki yang kian mendekat, buru buru Xia menghapus air matanya dan berkedip berharap bekas jejak air matanya hilang dan membuat sang mama curiga.

"Wahhhh banyak banget makanan, anak mama makin rajin masak yah" celetuk Teresa sembari meletakkan sembarang tas bawaannya dimeja, belum mengetahui wajah murung sang anak.

"Kebetulan sekali, mama memang mau numpang sarapan disini, mau nyobain masakan anak manja mama ini, pasti enak."

Dengan heboh Teresa mengambil piring dan mengambil nasi serta lauk pauk buatan Xia dan duduk dengan santai, dan langsung melahap dengan semangat, ketika rasa masakan Xia sudah dicecap indra perasanya matanya berbinar.

"Wahh enak banget, pantes marvel. Sekarang tambah bugar, pasti karna... "

"Karna Dara ma."

Ucapan Teresa yang terpotong membuat wanita paruh baya yang masih cantik itu menghentikan kunyahannya dan segera menelan dengan terburu buru ketika melihat wajah dingin sang anak.

Dia merutuki tindakanya ketika baru menyadari kejanggalan yang terjadi, dia tak melihat Marvel dirumah ini namun lauknya masih utuh seolah tak tersentuh begitupun Xia yang sejak tadi diam.

Perlahan dia memperhatikan wajah dan tubuh anaknya yang terlihat sedikit pucat dan tubuh yang sedikit kurus, memang beberapa bulan ini dia jarang bertemu anak gadis satu satunya itu selain karna dia sering keluar kota menemani sang suami, anaknya itu sering kali sibuk mengurus dibutik mewahnya yang sangat ramai pengunjung bukan hanya dari dalam negeri tapi banyak pembeli dari luar negeri yang menyukai produk produk dari sang anak.

Teresa mendekat lebih dekat pada xia lalu meraih wajah Xia dengan kedua tangannya lalu mengarahkan padanya.

"Sayang kenapa kamu jadi kurus? Kamu progam diet lagi? Atau terlalu capek ngurus butik?"

"Hm,, nggak kok " Xia menggeleng sembari mencoba melepaskan tangan sang mama namun Teresa tetap bertahan.

"Jangan bilang kamu sering kali telat makan, inget kamu punya asam lambung Xia, jangan seenaknya."

"Ishh apa si ma, nggak kok cuma kecapean aja."

Dengan keras Xia mencoba melepaskan tangan Teresa hingga akhirnya berhasil membuat teresa menghela nafas dan kembali duduk kekursinya tadi.

"Jangan bilang ini karna Marvel dan Dara juga?"

Xia enggan menjawab, banyak memainkan air putih gelas didepannya, membuat teresa mengerti, sekian lama Xia menyimpan sakitnya sendiri sepertinya sudah dititik terendah dia mulai lelah dengan sikap marvel yang mungkin sampai saat ini masih saja dingin dan sulit diluluhkan.

Teresa mengagumi sikap setia marvel namun tidak ketika dia harus melihat putrinya terluka seperti ini.

"Lepasin Marvel aja yah? Mama nggak mau kamu terluka lagi sayang"

Mendengar itu Xia langsung mendongak, dan menatap mamanya dengan pandangan tak suka ucapan mamanya barusan.

"Apaan sih ma, xia ga bakal nyerah, lagipula baru 5 bulan, Marvel baru adaptasi."

"Tapi.. "

"Udah, Xia mau bersih bersih nanti ada pertemuan sama pelanggan dari ausy " Xia bangkit dari duduk " mama lanjutin makan aja, kalau enak bungkus semuanya kasih papa kalau mau, sebelun masuk ke tong sampah."

Setelah kepergian Xia, Teresa menjadi lemas, ternyata selama ini Marvel tak pernah menghargai usaha anaknya sedikitpun, meskipun tidak mencintai Xia atau membenci karna keambisiusan anaknya itu setidaknya pria itu sedikit menghargai usaha anaknya itu, toh selama ini xia sudah tak mengusik dara dan selalu berlaku manis pada suaminya itu tapi hanya sakit hati yang Xia dapatkan.

Dengan buru buru Teresa membereskan makanannya, dan membungkus makanan yang masih kedalam tempat makanan dan melangkah keluar.

****

Dean yang baru saja sampai didalam kantor terkejut melihat mamanya yang berjalan dengan berapi api namun wajahnya tampak elegan dengan raut yang sangat berwibawa.

Buru buru Dean menyusul sang mama yang sepertinya berjalan kearah ruanganya, dia menebak sepertinya dia tak membuat kesalahan kemaren kemaren kenapa mamanya seperti singa kelaparan seperti ini.

Dan benar saja belum sempat Dean berhasil menyusul sang mama, sang mama sudah masuk ke ruangnya bukan, lebih tepatnya ke tempat meja marvel yang sibuk memerika berkas yang kemaren diberikan pada pria itu untuk dicek.

Melihat suasana yang sepertinya tak kondusif dia segera menyusul dan menutup pintu rapat rapat.

***

Brakk!!!

Teresa melemparkan kotak makanan yang dibawanya dimeja Marvel dengan cukup keras membuat pria yang awalnya fokus itu tersentak bukan main, jangankan Marvel dean saja sampai terjengkit mundur saking kagetnya.

"Kamu, setidaknya jika nggak mau nganggap anak saya sebagai istri, anggaplah dia sebagai manusia dan hargai dia."

-----

Maaf baru bisa post, soalnya masih masa ngidam.. 😮‍💨 ga bisa post stiap hari sekarang, soalnya mood naik turun😁

SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang