bab 13

2K 70 13
                                    

Marvel bangkit dari duduk setelah melihat pelaku yang membuatnya terkejut, dia menatap balik teresa yang memandangnya seolah dia adalah pelaku kejahatan.

"Magsudnya apa ma?" Tanya Marvel sedikit belum mengerti, namun Teresa hanya mendengus lalu memalingkan wajahnya membuat pria itu inisiatif membuka bungkusan yang dilemparkannya padanya.

Dia sedikit terkejut ketika melihat lauk yang ada disana sama yang seperti dilihatnya dimeja makan, Marvel menelan ludahnya sedikit susah lalu kembali memandang Teresa.

"Apakah kamu nggak pernah menghargai apa yang dilakukan anakku Marvel? Setahuku kamu orang yang cukup menghargai orang lain sekalipun itu orang yang tidak kamu kenal sedikitpun" wajah Teresa mendadak menyendu, lalu duduk dengan lemas disofa yang ada diruang itu yang langsung disusul Dean dan menenangkan sang mama yang seperti drop.

"Tapi kenapa kamu nggak bisa menghargai sedikit saja anak dari orang yang katanya kamu anggap orang tua sendiri, apa mama perlu berlutut dikakimu untuk kebahagiaan putriku??" Teresa nyaris bangkit dari duduk namun langsung ditahan Dean.

"Ma, ini ada apa sih" Tanya Dean sedikit menyentak pelan karna sang mama tiba tiba menangis.

Sedangkan Marvel hanya diam, entah apa yang dipikirkan pria.

"Marvel lanjutkan saja pekerjaanmu."

Setelah mengatakan itu dean membawa tubuh lemas sang mama ke dalam kamar pribadi yang ada pojok kanan ruangan dean, namun samar samar Marvel mendengar kata kata teresa yang terdengar pelan namun mampu ditangkap indra pendengarannya.

"Adikmu yan, dia kayaknya makin kurus, mama lihat juga tadi agak pucat, mama bersalah nggak selalu memperhatikan dia"

Marvel mengusap wajahnya kasar lalu kembali duduk dan mencoba fokus pada kertas kertas didepannya namun bayangan beberapa hari ini cukup membuatnya pusing.

Memang dia beberapa kali mendapati Xia yang meringkuk dikasur dengan tubuh telungkup yang sedikit aneh, dan tubuhnya yang sedikit kurus namun dia mencoba enggan perduli dan memilih acuh.

Marvel menggeleng, mencoba fokus kepekerjaannya, harusnya dia senang jika semua orang menganggapnya salah sebentar lagi mungkin xia akan menyerah dan pernikahannya akan selesai kan?.

Baru saja dia membuka dua lembar kertas untuk dicek, ponselnya berbunyi dia melihat jika sang papa mertua lah yang menelfon, sebelum mengangkat Marvel sudah menebak jika dia akan mendapat amarah yang serupa.

'Keruangan saya sekarang marvel.'

"Baik pa!"

Setelah panggilan terputus Marvel menghela nafas, dia merutuki hidupnya dia yang dirugikan dia juga yang disalahkan jika ada sesuatu yang salah.

Diapun bergegas keruangan Darren yang tak jauh dari ruangan dean berada, setelah beberapa kali mengetuk intruksi dari dalam untuk membuatnya masuk membuatnya segera memutar knop dan mendorongnya.

Dari arah yang cukup jauh, pria baruh baya yang masih tampan itu masih berkutat dengan berkas ditangannya dengan mata yang tertutupi kaca mata.

Marvel mendekat namun beberapa saat telah berlalu Darren tak kunjung mengutarakan niatnya, membuatnya sedikit canggung, aura dominasi didiri darren cukup membuatnya sedikit takut sejak dulu.

"Ehemmh, duduk dulu Marvel"

Mendengar suara berat yang keluar dari mulut sang pemilik perusahaan yang tak lain adalah mertuanya sendiri itu membuatnya langsung duduk tanpa diperintah dua kali, diperjalanan dia sudah menyiapkan diri jika mendapat tamparan, bogeman ataupun kata kata kasar yang akan keluar dari mulut papa mertuanya itu.

Perlahan Darren menyingkirkan beberapa kertas didepannya lalu melepas kacamatanya.

"Apa kamu benar benar tidak bisa mencintai anak saya Marvel?"

"Maaf pa"

Darren menghela nafas berat ketika mendengar jawaban Marvel yang cukup ambigu namun dia mengerti.

"Tapi apa segitu kamu nggak sukanya sampai nggak bisa ngehargai dia sedikitpun? Dia memang manja dan arogan tapi semenjak mencintai dan menikah sama kamu dia berubah" Darren kembali menghela nafas, kali ini wajahnya terlihat kecewa membuat Marvel menunduk tak bisa menatap wajah itu.

"Dia berubah menjadi begitu mandiri dan lebih baik, hanya saja jahatnya dia mencintai dengan cara yang salah, jika saya bisa saya akan lebih bahagia memberikan Xia pada orang yang sangat mencintainya daripada terluka seperti ini."

Kata kata Darren seolah menamparnya, meskipun tidak secara langsung darren mengatakan jika dirinya membuat orang yang tak pantas dicintai.

"Kamu ingin dengan sikap dingin dan acuh kamu selama ini Xia menyerah? Kamu salah Marvel, Xia orang yang pantang menyerah, dia bukan orang yang tidak pernah menangis tapi dia akan meraih apa yang diinginkan meskipun dengan berdarah darah, kamu tau magsud saya bukan?"

Marvel hanya terdiam, bingung harus membalas apa juga.

"Saya panggil kamu kesini hanya untuk bilang sama kamu, tolong hargai sedikit saja kehadiran Xia dihidup kamu, dia tak pernah menyakiti kamu ataupun dara kan saat ini?"

Marvel terdiam dan dengan keterdiaman itu bisa Darren simpulkan jika perkataannya benar.

"Kamu bisa kan Marvel? Menuhin permintaan sederhana saya? Setidaknya kalau memang pada akhirnya kalian tidak berjodoh kalian bisa berteman.."

".. Terdengar egois memang, tapi tolong bertahan sampai Xia yang bilang sendiri pada saya jika dia menyerah."

"Tapi jika nona Xia tetap bertahan dan tidak mau menyerah?"

Mendengar itu darren menatap marvel cukup lama "Jika itu cukup menganggumu saya yang akan paksa dia untuk menceraikanmu."

Setelah perbincangan yang cukup serius itu Marvel kembali keruangannya dia melamun disepanjang jalan, sebenarnya dia bukan orang yang tega berperilaku bodoamat terhadap orang namun entah kebencian apa dia terhadap Xia hingga menghargai  saja enggan.

Asik melamun dia tak sadar jika sudah didepan pintu ruangan Dean baru saja akan membuka pintu dari dalam sudah menarik pintunya.

Marvel sedikit terkejut melihat orang yang baru saja keluar dari sana, namun tak seperti biasanya orang itu langsung pergi tanpa menyapa ataupun tersenyum seperti biasanya membuatnya terpaku sejenak, tanpa sadar memutar tubuhnya matanya mengikuti langkah angkuh itu hingga sampai masuk kedalam litf.

'Xia'.

Orang yang baru saja melewatinya adalah istrinya sendiri, entah apa yang baru saja dilakukan diruangan dean namun yang ada dipikirannya kenapa sikapnya menjadi dingin bahkan menatapnya saja tidak hal itu cukup mengganggunya.

"Lagi apa mas!"

Suara lembut dari belakang yang sangat dia kenal membuatnya terkejut, dia berbalik dan melihat wajah cantik Dara yang membawa setumpuk kertas yang cukup banyak dan tumben sekali wanita itu kelantainya karna memang lantai ruangan dara dan Marvel berbeda.

"Nggak papa, kenapa kamu bisa sampai kesini?."

"Ini tadi disuruh bu ima ngasih berkas keruangan pak Dean, la mas habis darimana?"

"Dari toilet!" Marvel berbohong karna takut jika dia mengatakan dari ruangan Darren, Dara akan curiga dan berfikir yang tidak tidak.

"Oh, yaudah yuk masuk."

"Kamu duluan deh, aku mau ambil berkas dibawah dulu tadi ketinggalan."

Darapun mengangguk dan masuk sedangkan Marvell malah kembali memandangi lift yang masih tertutup seperti ada yang ingin disampaikan pada orang yang masuk kedalam sana beberapa menit yang lalu untuk mengatakan.

'Maaf'.

***

SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang