33

4.3K 94 10
                                    

Sesampainya dirumah, dia tak mendapati mobil Xia garasi mobilnya. merasa heran, Marvelpun segera masuk kerumah. Karna jam masih menunjukan pukul 8, mbok Nah belum tidur dan masih membersihkan makan bekas malam.

"Mbok, non Xia tadi nggak pulang?" tanya Marvel begitu melihat mbok Nah akan keluar dari dapur.

Mbok Nah menoleh dan menggeleng.

"Nggak den, Non Xia sejak tadi sore saat pergi belum juga balik!" tutur mbok Nah.

Marvel mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya. Meninggalkan mbok Nah yang diam diam menggerutu kesal dengan sikap Marvel tadi pagi yang seolah tak perduli dengan Xia sama sekali, padahal istrinya itu tengah sakit dan cukup parah.

"Tumben nyariin, biasanya nggak perduli!" ujar mbok Nah dan kembali ke dalam kamarnya untuk istirahat karna semua perkerjaannya sudah selesai.

Sesampainya di dalam kamar, Marvel langsung merebahkan dirinya diranjang. Dia masih mengingat betul perciumannya tadi dengan Dara. Bukannya memberikan kesan namun malah ada keresahan disana, dan tak ada cinta yang menggebu lagi.

Marvel kembali menghela nafasnya, justru yang dia ingat betul adalah tatapan kecewa Xia saat dia menoleh usai berciuman dengan Dara. Apakah dia akan menyerah? Marvel menggeleng. Tidak mungkin wanita se ambisius Xia menyerah begitu saja mungkin saja esok dia akan merencanakan hal gila lainnya.

Marvel mencoba memejamkan matanya, namun tidak bisa, dia kuatir dengan Xia yang tak kunjung pulang. Apa di rumah orang tuanya? Biasanya wanita itu akan meminta izinnya terlebih dahulu jika memang akan kerumah orang tuanya meskipun hanya beberapa jam saja.

Karna tak kunjung membuatnya nyaman, Marvel akhirnya bangkit dan mengambil ponselnya di atas nakas, dia menimbang apakah dia harus mengubungi Xia, karna sebelumnya dia sama sekali tak pernah menelfon duluan meskipun hal mendesak sekalipun.

Namun demi membuat pikirannya menjadi tenang, akhirnya Marvel membuang gengsinya dan mencari nomer Xia untuk dihubungi.

Namun anehnya, bukan suara Xia yang menjawab malah suara operator telefon yang mengabarkan jika nomernya sudah tak aktif. 

Setelah berkali kali menelfon dan jawabannya tetap sama akhirnya Marvel menyerah dan meletakkan ponselnya dengan hati yang tak tenang.

saat dia meletakkan ponselnya diatas nakas lagi, dia tak sengaja melibat obat obatan yang menyembul keluar di laci. Saat akan mengambilnya ponselnya berdering, diapun buru buru mengambilnya menyangka jika itu mungkin Xia, namun entah mengapa dia malah merasa kecewa saat malah Dara lah yang menelfonnya.

Namun Marvel pun tetap mengangkatnya dan berjalan menuju balkon, melupakan dia yang akan meneliti obat apa yang dilihatnya tadi.

Setelah mengobrol panjang lebar dengan  Dara hingga cukup larut, hingga saat selesai dia mulai mengantuk. Namun dia menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum tidur melupakan semua kejadian hari ini. Juga Xia yang tak kunjung memberinya kabar.

Keesokan paginya, Marvel terbangun dan tak mendapati Xia ada di ranjangnya, dia sedikit heran. Namun kemudian dia tersadar jika Xia memang sejak semalam tak ada dirumah.

Hingga diapun memutuskan untuk segera mandi dan bersiap siap ke kantor.

Setelah sudah siap, dia turun, seperti biasa. Dia menemukan mbok Nah yang sudah siap dengan sarapannya yang tertata rapi. Diapun segera sarapan setelah mbok Nah mempersiapkannya.

"Semalam mbak Xia nggak pulang ya Den?!" tanya mbok Nah setelah melihat Marvel sudah selesai dengan acara makannya.

"Nggak mbok!"

"Den, mbok boleh nanya?" tanya mbok Nah dengan hati hati.

Marvel melihat mbok Nah dan mengangguk "tanya apa mbok?"

Baru saja akan membuka mulut, dia teringat jika nonanya pernah menyuruh nya untuk diam tak membahas segala sakitnya pada Marvel.

"Itu makanan kesukaan den Marvel apa ya? Biar mbok masakin tiap hari hehe," mbok Nah mencoba mengalihkan pembicaraan, karna dia tak ingin terlalu ikut campur urusan nona dan adennnya itu. Dia merutuk, untung saja mulutnya tak jadi terbuka untuk menanyakan yang seharusnya tidak ditanyakan.

Marvel yang mendapat pertanyaan itu langsung tertawa "masakan yang sering kali mbok masak ini udah kesukaan saya mbok,!"

"Hehe, iya ya den?!" mbok nah menggaruk rambutnya yang tak gatal, memang dia sudah mengetahui makanan kesukaan Marvel dari Xia, Xia lah yang memberitahukannya sejak awal.

"Yaudah mbok, saya pergi dulu!" pamit Marvel yang langsung diangguki mbok Nah dengan ramah.

"Hati hati den!"

"Iya mbok!!"

------

Xia membuka matanya yang terasa begitu berat, entah berapa lama dia tertidur, yang pasti kepalanya terasa agak pusing seperti efek kebanyakan tidur. Dia meneliti sepertinya ini memang bukan kamarnya, tapi dia juga tak asing dengan kamar yang kini di tempatinya.

Baru saja akan bangkit untuk duduk tiba tiba saja seseorang masuk dari arah pintu.

"Loh, kamu udah bangun?!" ujar Nana sembari membawa nampan sepertinya berisi sarapan.

"Kebetulan sekali, jadi kita sarapan dulu mumpung masih hangat!" kata Nana lagi setelah meletakkan nampan berisi sarapan dan teh hangat itu di atas meja nakas.

Melihat Nana, Xia semakin yakin jika ini adalah rumah Dean. Atau lebih tepatnya adalah kamar yang memang biasa dia tempati jika menginap.

Xia langsung menyamankan diri dibantu Nana yang memberikan bantal di punggung Xia agar lebih enakan.

"Kakak udah berangkat ke kantor?" tanya Xia pada Nana, namun mendengar itu Nana malah terdiam cukup lama dan menghela nafas membuat Xia menatapnya aneh.

"Kakak kamu lagi ambil surat perceraian kamu sama Marvel, Xi!"

Mendengar itu jantung Xia langsung berdegup kencang, namun kemudian dia tersadar jika dia sendiri yang meminta tadi malam agar Dean mengurusnya. Jadi memang seharusnya dia sudah sangat siap kan!

"Oh," Xia hanya menjawabnya singkat, namun Nana bisa melihat mata Xia yang memerah dan ada luka disana.

Nana langsung memeluk iparnya itu dengan hangat.

"Kamu pasti bisa melewatinya Xi, kamu kan orang yang hebat!!"

Xia terkekeh dan melepaskan pelukan Nana "it's oke Na, gua nggak selemah itu."

Nana menatap iparnya itu dengan sendu, meskipun mengatakan baik baik saja, Xia tak bisa membohonginya lewat pancaran matanya yang redup. Dia tak menyangka jika kisah cinta Xia begitu sepilu itu.

"Kamu udah bilang keputusanmu ini sama mama sama papa?" tanya Nana kembali, karna mengingat keputusan yang Xia ambil semalam sepertinya hanya dari satu belah pihak, dan baru Dean lah yang pertama kali tau.

Xia menggeleng dengan wajah pucat nya.

"Itu nggak penting, malah mereka akan seneng banget gue udah lepasin Marvel. Karna merekapun mungkin udah tau kalau akhirnya bakalan gini, guenya aja yang keras kepala!" Xia mengatakannya sembari terkekeh, seolah dia mengakui ketololan nya selama ini, dan dia baru tersadar.

"Tapi gue rasa Marvel pada dasarnya baik Xi!" ujar Nana mengutarakan pendapatnya.

"Iya baik Na, kecuali sama gue,"

-----

TBC.

Lanjutannya di KBM APP yah gays.. 🥰

SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang