46

3.5K 64 10
                                    

Sampai di rumah Dara dia bisa melihat dari kaca mobil jika Dara sudah menunggunya di teras rumah. Dia menghela nafas sebelum akhirnya turun.

"Mas aku udah nungguin sejak tadi," ujar Xia melihat Marvel berjalan kearahnya.

"Ayo berangkat sekarang, biar nanti aku nggak kemaleman pulangnya," ujar Marvel tak ingin membuang waktunya lebih lama lagi.

"Loh mas Marvel nggak nginep?" tanya Dara dengan terkejut, karna memang biasanya jika Marvel mengantarnya dia akan menginap paling tidak semalam, besoknya dia baru pulang bersama Dara.

"Nggak bisa Ra, aku udah punya istri, nggak bisa ninggalin dia lama lama. Apalagi Xia masih sakit belum terlalu pulih," balas Marvel dengan tenang.

Dalam hati Dara mengumpat dengan keras pada Xia yang terus saja menjadi alasan Marvel sekarang, seharusnya Xia mati saja daripada menganggu hubungannya dengan marvel.

Namun pada akhirnya Dara menatap Marvel dengan tersenyum seolah memaklumi, dia tak ingin Marvel melihatnya yang terus terusan menuntut. Dan nantinya akan mengacaukan semua rencananya. Dia harus bermain bersih, dan seolah olah selalu sabar menuruti Marvel yang lebih mengutamakan Xia sekarang.

"Yaudah mas ayo kita berangkat, biar nantinya mas bisa lebih awal pulangnya."

Marvel pun mengangguk, dan membantu Dara membawa kopernya. Memang wanita itu tak membawa barang cukup banyak, hanya satu koper kecil dan tas yang dibawa Dara.

Setelah semuanya masuk bagasi, Dara segera masuk dan duduk disamping Marvel yang mengendarai mobilnya.

Beberapa menit berlalu, perjalanan terasa begitu canggung sekarang, jika biasanya jika mereka berdua di dalam mobil selalu saja ada topik yang bisa membuat suasana menjadi lebih hidup namun kini malah terasa gambar.

"Kenapa kita jadi canggung gini yah," Dara berujar sembari tersenyum hambar, Marvel meliriknya sekilas, dia melihat kesedihan dimata mantannya itu.

Dia memang sadar, dia adalah orang yang memberikan luka pada wanita malang itu, namun bagaimana lagi, cinta tak bisa dipaksakan. Dia ingin mempertahankan rumah tangganya, mungkin terdengar egois, namun dia juga tak ingin kehilangan Xia.

"Mungkin karna kamu udah berubah ya mas," ujar Dara untuk kedua kalinya karna ucapannya yang pertama seolah tak mendapatkan respon apapun dari Marvel.

"Semua bisa aja berubah Ra, kamu juga suatu saat nanti akan berubah, dan nggak akan cinta sama aku lagi. Kamu berhak dapat yang lebih baik dari aku" ujar Marvel mencoba membesarkan hati Dara yang mungkin tengah dilanda kecewa yang luar biasa.

"Mas gampang yah ngomong gitu karna udah berpindah hati dan dapetin mbak Xia, sekarang aku yang sendiri setelah menanggung semua cacian dan dicap sebagai wanita perebut. Padahal sebenarnya mbak Xia lah yang ganggu hubungan kita sebelumnya." Dara berkata dengan lembut, bahkan tanpa sadar air matanya jatuh, namun buru buru dia menghapusnya.

Marvel yang melihat kesedihan di mata Dara hanya bisa menatapnya sendu, jika dulu dia yang menjadi orang yang paling terdepan saat Dara menangis, dia kini tak bisa lagi. Karna semakin dia memberikan harapan dan perhatian pada Dara. Nantinya wanita itu sulit untuk melepaskannya.

"Mas," panggil Dara membuat Marvel yang melamun menatap jalanan menoleh, dia menatap Dara yang kini menatapnya dengan dalam.

"Boleh Dara tau? Kenapa mas beralih cinta sama mbak Xia? Padahal setahun Dara mas bukan orang yang mudah jatuh cinta, Dara tau kalau sebelum mbak Xia pun sudah banyak wanita yang menyatakan cinta sama mas. Tapi kenapa mas malah luluh pada mbak Xia? Apa kurangnya aku mas? Dan apa kelebihan mbak Xia yang aku nggak bisa lakuin?"

Marvel ingin mengatakan jika pengorbanan Xia tak main main sebenarnya, dari melatih diri menjadi lebih mandiri, belajar bangun pagi, bersih bersih rumah, masak. Yang bahkan Teresa pernah bilang jika Xia sebenatnya sangat tidak suka jika harus berkutat di dapur. Namun setelah menikah dia merelakan tangannya terbakar, tergores, bahkan melepuh terkena minyak saat menggoreng demi mendapatkan perhatiannya. Bahkan yang lebih parahnya lagi, dia yang pernah menampar tak sekalipun Xia membalas, jangankan membalas, bersikap buruk padanya saja tak pernah. Dia selalu menjadi yang terbaik meskipun Marvel memperlakukan dia yang paling buruk. namun semunya itu hanya tersangkut di tenggorokan tak bisa keluar ketika melihat tatapan Dara yang begitu menyayat.

"Kenapa mas diam saja? Bilang mas, apa yang mbak Xia lakuin sampai mas bisa beralih hati ke dia?" kejar Dara kembali ketika Marvel tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Marvel menghela nafas berusaha untuk kembali fokus pada jalanan di depannya. "Udahlah Ra, semuanya udah berlalu, jangan ungkit yang lalu lalu. Intinya kamu berhak dapetin yang lebih baik dari mas,"

"Tapi kalau aku maunya mas?" tanya Dara menuntut.

"Aku nggak ingin kamu lebih terluka Dara, tolong lupakan aku. Semuanya udah beda, aku udah punya istri. Semuanya salah sejak awal."

"Semuanya salah mbak Xia, andaikan mbak Xia nggak maksa mas buat nikah sama dia pasti kita udah nikah mas," tuding Dara kembali.

Marvel terdiam, memang mungkin awalnya memang keegoisan Dara, namun kini dialah yang egois.

"Sebaiknya kamu tidur, nanti kalau usah sampai aku bangunin," ujar Marvel memutus pembicaraan yang mungkin tak berujung. Dara yang mengetahui Marvel mengalihkan pembicaraan hanya bisa mendengus dan mengalihkan tatapanya ke kaca luar.

"Awas aja mbak Xia. Mungkin saat ini kamu bisa senang karna mas Marvel milih kamu, tapi lihat aja nanti apa yang bisa aku lakuin." desis Dara dalam hati.

-------

Sesampainya di desa rumah mendiang kedua orang tua Dara, Marvel menatap sekeliling, dia melewati persawahan yang cukup sejuk. Meski siang hari namun angin di desa begitu sejuk dan tenang. Tak ada polusi udara yang menyesakkan.

Hingga sampai di rumah yang cukup mewah dari pada yang lainnya Marvel menghentikan mobilnya. Dari depan dia bisa melihat nenek Dara yang tersenyum menyambutnya di teras rumah.

Dia menoleh kearah Dara yang sudah mengedipkan kedua matanya berusaha fokus dan bangun. Memang dia sempat ketiduran saat di perjalanan.

Marvelpun segera turun dan menuju bagasi membawa barang barang Dara untuk dibawa ke dalam rumah itu.

Dan Dara membawa tas juga beberapa oleh oleh yang sebelumnya dia bawa dari kota.

Dengan ramah nenek Dara menyambut Marvel dengan senyum tuanya.

"Nak Marvel, lama nggak kesini. Makin tampan saja," puji nenek Dara yang bernama Narti sembari mengusap wajah tampan Marvel yang memang tampan.

Marvel menanggapinya dengan tersenyum.

"Ayo masuk dulu, pasti kamu capek," ajak Nek Narti sembari menggandeng Marvel, sedangkan Dara sudah masuk duluan untuk masuk kedalam kamarnya meletakkan tasnya.

"Mau istirahat dulu? Biar nenek siapkan kamarnya?"

----

SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang