43.

1.6K 34 0
                                    

Diruangan Xia Dean selalu saja mendengus malas saat dia ingin selalu memojokkan Marvel, istrinya bisa saja membuat alasan dan membela pria itu membuatnya kesal saja.

Seperti saat ini, Nana malah mengobrol asik dengan pria itu. Jujur saja dia tak membenci Marvel, Marvel sebenarnya baik, hanya saja dia masih kesal dengan sikapnya selama ini dengan Xia. Tak pernah menghargai istrinya sedikit pun. Namun di luar itu memang Marvel adalah sosok teman yang baik dan pekerja keras.

"Marvel apa kerjaan yang saya berikan udah kamu kerjakan? Jangan mentang mentang Xia sakit kamu buat alasan nunda nunda kerjaan!" ujar Dean pada sekertarisnya itu.

Marvel yang memang beberapa hari ini masih dilanda kalut memang belum menyentuh sama sekali berkas yang Dean suruh untuk menelitinya.

"Sorry Yan, gue belum kepikiran sama kerjaan sedikitpun" balas Marvel dengan jujur.

"Kamu itu... " baru saja hendak menghardik, istrinya itu kembali memotongnya.

"Ya mas pikir aja sendiri, istrinya juga sedang sakit. Masak disuruh kerja mulu. Mas nggak mikir apa??" ketus Nana gantian menegur suaminya. Membuat Marvel melongo dan berakhir mengusap wajahnya dengan frustasi.

Dalam hati Marvel tertawa melihat kekonyolan pasangan suami istri itu, dia jadi membayangkan jika dulu dia tak sejahat itu pada Xia pasti tingkah Xia juga se menggemaskan itu.

"Jadi kapan kamu mau tanda tangan surat perceraiannya Marvel?"

Suara Darren tiba tiba membuat semua hening.

Mulut Nana hendak menyaut namun Dean buru buru menahannya membuat istrinya itu mendelik kesal kearah suaminya itu.

"Udah kamu diem jangan bantah ucapan papa," bisik Dean pada istrinya yang mendadak menjadi cerewet dan suka membantah ucapannya semenjak hamil.

"Saya dan Xia nggak akan pernah bercerai pa!" jawab Marvel dengan tegas, bahkan dari wajahnya tak ada ketakutan sedikitpun. Membuat kepala keluarga itu memicing menatap Marvel.

"Magsud kamu apa? Bukankah kemaren saya sudah bilang jika kamu dan Xia harus segera bercerai!" balas Darren lagi.

"Tapi saya sudah berusaha pa, saya udah mutusin Dara, dan saya akan tetap mempertahankan rumah tangga saya dengan Xia!"

"Kamu yakin Dara tidak akan pernah mengganggu hubungan rumah rangga kalian lagi?" tanya Darren memastikan.

"Saya akan pastikan pa, jika bisa nyawa saya sebagai jaminannya jika Dara sampai melukai Xia!"

Darren melirik Xia "tapi tetap saja, keputusan ada di tangan putri saya. Jika dia memutuskan untuk bercerai saya akan dengan mudah mengurusnya tanpa tanda tangan kamu sekalipun, bagaimana Xi?"

Xia tampak berfikir "lihat aja dulu nanti deh!" balasnya acuh.

"Magsudnya?" tanya Dean tak mengerti.

"Iya, kita nggak bakalan cerai sampai aku dapetin yang terbaik buat aku. Kalau udah ya pisah, pisah aja!" balas Xia dengan acuh membuat Dean menahan senyum untuk tidak tertawa mendengar keputusan konyol sang adik yang tentu saja akan merugikan Marvel tentunya.

Sedangkan Marvel yang mendengar pun tak habis fikir, apa Xia mempermainkanya? Dia hanya dijadikan baru loncatan untuknya mencari orang yang menurutnya baik?

"Magsud kamu apa Xi? Kamu mau mempermainkan pernikahan kita?"

"Hah? Nggak kok, cuma kan emang nikah cari yang terbaik. Kalau loe nggak baik buat gue ya cari yang lain!?" balas Xia dengan santai, seolah tak merasa bersalah sedikitpun.

"Tapi.. " Marvel hendak menyanggah namun Xia memotongnya.

"Kalau nggak mau ya pisah sekarang aja. Gue nggak akan rugi kok!"

Marvel memejamkan matanya meraup udara sebanyak banyaknya. Meraih kesabaran yang kian menipis menghadapi sikap Xia yang menyebalkan semenjak kecelakaan dan sadar.

Untung cinta!

"Iya iya, tapi aku bisa jamin kalau kamu nggak akan menemukan yang terbaik selain aku!" ujar Marvel dengan percaya diri.

------

Saat tengah menemani Xia di taman bersama Nana, tiba tiba saja ponsel Marvel berdering. Setelah diambil dari saku ternyata nama Dara lah yang ada di sana.

Marvel melirik kearah Xia dan juga Nana yang tengah asik ngobrol entah membicarakan apa. Marvelpun sedikit menjauh untuk menerima panggilan Dara.

"Gimana Ra," sambut Marvel menerima panggilan.

"Mas, tadi nenek telfon katanya kakek sakit, aku mau pulang kampung!" tutur Dara membuat Marvel menyernyit. Untuk apa dia memberitahukan jika dia mau pulang kampung?

"Lalu?"

"Emm, kakek mau ketemu sama kamu!"

"Hah?" Marvel terkejut mendengarnya, memang jika dia ada waktu luang saat Dara pulang kampung untuk menjenguk kakek neneknya Marvel dengan senang hati mengantar. Namun sekarang keadaan berbeda. Mereka bukan lagi sepasang kekasih, dan lagi dia sudah punya istri yang saat ini sedang sakit, tak mungkin dia meninggalkan demi orang lain.

"Tapi Ra, Xia lagi sakit. Nggak mungkin aku ninggalin dia gitu aja!"

"Gimana lagi mas, nenek tadi nelfon aja nanyain mas terus, terus aku jawab lagi kerja. Kalau mas nggak dateng aku jawab apa sama mereka!" Dara terdengar memaksa dengan nada yang juga sama frustasinya. Membuat Marvel mengacak rambutnya bingung.

"Coba kasih tau kakek kalau aku ada kerjaan penting dan belum bisa dateng kesana!" saran Marvel, mencoba bernegoisasi.

"Nggak bisa mas, kadang meskipun sibuk aja mas nyempetin dateng. Apalagi kakek sedang sakit. Apa kata beliau kalau mas nggak ada jenguk dia, pasti dia berfikir macam macam. Mas tau kan kakek udah tua. Kalau sakit jantungnya kambuh gimana?"

Dari kejauhan Xia memperhatikanya membuatnya semakin salah tingkah. Dan buru buru mematikan panggilannya lalu menghampiri Xia yang menatapnya curiga.

"Udah dari udara segarnya? Mau balik?" tanya Marvel basa basi menutupi kegugupan nya melihat tatapan intimidasi dari Xia. Dia merutuk dalam hati, sejak kapan dia begitu takut pada Xia, Karna saat menikah memang Xia sama sekali tak pernah berperilaku tak enak padanya. Wanita yang menang pada dasarnya judes itu selalu bersikap hangat dan tak pernah menunjukan wajah ketusnya.

"Xia mungkin haus Marv, beliin minum gih!" suara Nana seakan menyelamatkanya dari terkadang harimau. Buru buru Marvel mengangguk dan pergi untuk membeli air minum yang istrinya inginkan seperti apa kata iparnya itu.

Setelah Marvel telah pergi, Nana memperhatikan Marvel yang bahkan siluet nya saha sudah tak tarlihat.

"Ngelihatinya gitu amat Xi?" tanya Nana blak blakan. Xia melemaskan wajahnya dan menghela nafas panjang.

"Kayaknya dia masih berhubungan sama Dara!" ungkapnya dengan lelah.

"Masak sih? Kayaknya emang udah cinta sama kamu deh! Dia bahkan saat kesini pertama kali di hajar mas Dean habis habisan nggak ngelawan. Bahkan hampir pingsan dia loh!" ungkap Nana memberitahu seolah itu adalah hal yang men. Xia memicingkan matanya menatap Nana dalam.

"Kak Dean hajar Marvel?" tanya Xia ulang, Nana mengangguk mengiyakan.

"Kalau saja papa nggak lerai, mungkin aja bisa bisa Marvel mati di tempat. Kamu tau kan kakakmu itu kalau udah kalap gimana?!"

-----


SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang