"Alhamdulillah operasi Xia lancar bu, tapi keadaannya masih lemah. Kita doakan semoga cepat sadar," ujar Dokter Erik menjelaskan.
Semua orang bernafas lega.
"Terima kasih dok!"
Dokter Erik pun mengangguk, kemudian dia pamit, pergi meninggalkan semua orang untuk menangani pasien lain.
Hingga tak lama kemudian dua orang suster membawa brankar dengan Xia di atasnya tak sadarkan diri.
Mama Teresa menyuruhnya memindahkan Xia di ruang VVIP dengan ruangan yang lebar nyaman untuk Xia beristirahat.
Setelahnya semua orang pun ikut menuju ruangan Xia.
Teresa menatap wajah anaknya yang masih pucat dan terlihat kurus, dia meraba tulang tangan anaknya yang semakin kerasa.
Sedangkan Marvel yang sebenarnya ingin di dekat Xia harus menahan keinginannya berdekatan dengan Xia karna mama mertuanya mungkin yang lebih berhak.
"Nana, kamu sebaiknya pulang saja, hawa rumah sakit nggak terlalu baik buat ibu hamil," ujar Darren membuat Nana menoleh.
"Nggak pa.."
"Tuh kan, dibilang anin juga apa,"
Nana bedecak kesal ketika suaminya menyerobot ucapannya.
"Tapi ponakannya pengen nemenin tantenya sampai sadar, Dean!!" rengek Nana membuat Dean menggeleng tegas.
"Kamu jangan alasan, orang masih didalam kandungan kamu udah fitnah, ayo pulang. Nanti kalau Xia dah sadar kesini lagi. Kamu harus istirahat," saut Dean tak ingin dibantah, membuat mau tak mau Nana menuruti suami posesif nya itu.
"Kalau begitu Nana pamit yah ma, pa, Marvel," pamit Nana pada semua orang.
"Iya hati hati," saut Darren, dan Marvel yang mengangguk. Sedangkan Teresa tak mendengarkan karna fokus pada anaknya yang kondisinya begitu memprihatinkan.
Nanapun memaklumi itu dan segera keluar meninggalkan ruangan.
"Marvel, papa mau ngomong sama kamu," ujar Darren sembari duduk dari sofa yang di dudukinya. Marvel mengangguk dan mengikuti langkah Darren yang meninggalkan ruangan.
Sepertinya tujuan mertuanya itu di taman, hingga ketika keduanya duduk, Darren menghela nafas beberapa kali sebelum membuka pembicaraan.
"Kediaman saya selama ini jangan salah artikan Marvel, saya ingin kamu menceraikan anak saya secepatnya," suara tegas Darren seakan petir di siang bolong bagi Marvel. Pria itu terkejut bukan main, dia kira tadi dia diam saja karna menuruti apa yang Teresa ucapkan. Namun ternyata dugaannya salah.
"Pa, saya mohon. Beri saya kesempatan, saya tidak akan melukai Xia lagi," Marvel menatap Darren dengan penuh permohonan, hanya saja pria paruh baya itu terlihat tegas dan seolah tak tersentuh dengan usaha Marvel.
"Tidak Marvel, setelah Xia sadar nantinya. Saya berharap kamu sudah menandatangani surat itu, agar semuanya cepat selesai," ujar Darren kembali, namun Marvel tak menyerah.
"Kami sama sama saling mencintai pa, kenapa malah papa yang seakan saling menjauhkan kami?" tanya Marvel dengan berani, dia berjanji akan berjuang untuk Xia. Meskipun mertuanya sendiri yang menentangnya.
"Kapan kamu mencintai anak saya? Kapan kamu memperlakukan anak saya dengan layak? Jangan pikir saya tidak tau Marvel, kediaman saya bukan berati saya tidak tau apa apa, kamu sering mengabaikan sarapan yang anak saya buat, kamu sering mengacuhkanya dan kamu lebih membela Dara dibandingkan istri kamu sendiri. Bagian mana yang kamu sebutkan kamu mencintai anak saya?" ujar Darren dengan begitu lantang membuat Marvel terdiam, memang selama ini dia tak layak memperlakukan Xia. Dia akui semua terasa terlambat. Namun dia berjanji dia ingin membahagiakan Xia mulai sekarang.
"Saya akan membuktikan ucapan saya kalau saya akan memperlakukan Xia dengan baik pa,"
Darren tersenyum miring mendengarnya "setelah semua yang terjadi dengan Xia sekarang kamu baru mau memperlakukan dia dengan baik?"
"Maafkan saya pa, tapi tolong beri saya kesempatan,"
"Nggak ada kesempatan bagi kamu Marvel, berulang kali memberikan kamu kesempatan, tapi kamu tak pernah menggunkanya dengan baik,"
Pria yang sudah tak muda itu yang tadinya menetap kedepan beralih menatap Marvel dengan tatapan dalam.
"Asal kamu tau, ucapan saya untuk membunuh Dara itu tidak akan terjadi, semua hanya gertakan semata Marvel. Awalnya Xia memang yang ingin menikah sama kamu, tapi karna tak ada pilihan lain, saya mengancam dengan akan membunuh Dara, bukan Xia yang meminta, dia tak setega itu untuk membunuh orang demi keinginannya terpenuhi,"
Nafas Marvel tercekat,"Jadi jika dulu saya nggak nikah sama Xia, papa nggak akan bunuh Dara?"
Darren tertawa dengan sumbang, hingga terbawa angin "tentu saja tidak, Xia akan sangat marah jika saya melakukan itu. Xia memang sangat mencintaimu, tapi dia akan usaha sendiri jika ancaman saya dulu tidak mempan Marvel, dia tidak setega itu. Dia seperti mamanya saat muda, memang terlihat jahat, ambisius, keras kepala, dan egois. Tapi dia bukan pembunuh. Dia ada sisi baik yang hanya di perlihatkan pada orang orang yang dikasihinya,"
Marvel mencoba mencerna apa yang baru saja mertuanya ucapkan, hingga diam diam dia merasa begitu beruntung di cintai Xia sehebat itu.
"Saya tanya sama kamu, apa selama ini Xia pernah berlaku tak baik padamu?"
Marvel menggeleng jujur, bahkan dia yang sering menyakiti Xia. Xia sama sekali tak membalasnya. Bahkan tangan kekarnya pernah menampar pipi mulus itu, tapi Xia selalu memaafkanya.
"Saya sudah bilang, dia akan begitu mencintai, dan bersikap lembut pada orang yang benar benar dia cintai Marvel, saya memang sangat memanjakan dan menyayangi anak saya. Namun dibalik itu semua, memang Xia adalah orang yang mandiri,"
"Dia selama ini sekolah menggunakan beasiswa meskipun saya sangat mampu untuk membiayainya, dia berjuang untuk membangun usahanya sendiri disaat saya bisa saya langsung memberikan satu perusahaan saya sama dia, sebenarnya Dean dan Xia jauh lebih unggul dan mandiri Xia. Mungkin itu yang membuat dia terlihat jahat dan ambisius dalam melakukan sesuatu,"
"Dan satu lagi Marvel.." Darren menjeda kalimatnya, dia mengepalkan tangannya dengan kuat guna menahan emosinya. Sedang Marvel terlihat sedikit merinding melihat tatapan dingin Darren meskipun tak menatapnya. "Saya tau kamu pernah nampar Xia saat honymoon dulu, saya menyewa orang untuk menjaga anak saya, karna saya tau kamu nggak akan jaga anak saya terlebih ada Dara bersama kamu disana,"
Marvel meneguk sulivanya susah payah, dia tak menyangka segala tingkah brengseknya ternyata sudah diketahui mertuanya selama ini. Namun kenapa Darren tak langsung menghajarnya saja, malah menyiksanya dengan menjauhkannya pada Xia yang kini baru disadarinya jika dia begitu takut kehilangan istri yang tak pernah di anggap nya itu.
"Sebenarnya saya ingin juga menghajar kamu, tapi sepertinya tonjokan yang Dean berikan sudah mewakili ketika melihat wajah kamu sekarang," Darren mengakhiri kalimatnya dengan menarik nafas mengusir emosinya yang sempat naik.
"Jadi, untuk pertama kalinya saya memohon sama kamu Marvel, tinggalkan anak saya!!"
Namun Marvel tetap dalam pendiriannya, dia akan memperjuangkan Xia meskipun wanita itu sendiri yang menolaknya.
"Tapi maaf pa, saya tetap tidak bisa melepaskan istri saya!"
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suami
Teen FictionAlexia Zarne Merchez, anak konglomet yang mencintai laki laki sekertatis kakaknya, Marvel Ardana. yang sudah mempunyai pacar yang sangat dicintai, Dara Anetta. Xia yang sangat mencintai Marvel membuat rencana licik dengan kekuasaan keluarganya memb...