39

2.7K 55 0
                                    

Setelah mengatakan itu Marvel pergi meninggalkan mertuanya, terdengar tak sopan memang. Namun Marvel tak ingin terus terusan terpancing emosi jika terus menanggapi ucapan mertuanya yang selalu menyuruhnya untuk meninggalkan Xia.

Sedangkan Darren masih di tempat, dia melihat punggung Marvel yang meninggalkanya.

"Semog keputusan yang ku ambil baik kedepannya," gumam Darren dengan nada sendu.

Sesampainya di ruangan Xia, dia mendapati sang mertua yang tertidur dengan posisi tak enak, dengan duduk sembari memegangi tangan Xia. Pasti jika sudah bangun nantinya badannya akan pegal pegal semua.

Marvel berniat membangunkanya, dan menyuruhnya untuk tidur di brankar yang memang kosong dikhususkan untuk orang yang menungguinya.

Dengan pelan Marvel menggoyangkan lengan sang mertua, hingga membuat Teresa tersentak kaget dan langsung menatap Marvel.

"Kenapa Marv?"

"Sebaiknya mama tidur di sana aja," tunjuk Marvel pada brankar kosong yang dikhususkan untuk keluarga kasiang,"jika tidur dalam posisi begini  badan mama akan sakit," tambahnya kemudian.

Teresa menatap wajah anaknya sekali lagi, lalu menuruti Marvel untuk tidur di brankar sebelah Xia. Memang dia begitu kecapean, dan kurang tidur. Dan benar kata Marvel barusan, baru saja beberapa menit dia tertidur badannya sudah sakit sakit karna tidur dengan posisi tak semestinya.

"Loh orang orang pada kemana?" Teresa baru menyadari jika di ruangan itu hanya ada dia dan Marvel saja.

"Nana sama Dean pulang ma, Nana kan hamil, disuruh pulang dulu sama papa. Kalau papa sedang cari angin di taman,"

"Oh, yaudah kamu tolong jaga Xia sebentar ya, mama capek banget. Mau tidur sebentar," kata Teresa langsung merebahkan diri di brankar.

Kini giliran Marvel yang menduduki dimana tadi Teresa duduk, dia menatap lekat wajah pucat Xia yang memang semakin kurus, bahkan tulang pipinya kelihatan. Memang seingatnya saat baru menikah Xia tak sekurus ini, dan wajahnya pun tak setirus itu.

Dia menggenggam tangan Xia dengan penuh ketulusan.

"Xia, cepet sadar ya, aku mau tebus semua kesakitan kamu dengan kebahagiaan, maka dari itu beri aku kesempatan ya, aku janji akan melakukannya dengan sebaik mungkin!" gumam Marvel sembari mengecup tangan lembut Xia. Meskipun terasa agak dingin dan pucat, tangan itu begitu nyaman di genggamannya, dan tekstur lembutnya membuatnya seakan tak ingin melepaskannya.

"Jangan tinggalin aku Xi, aku sadar banyak kesalahan aku yang tak termaafkan, tapi tolong tetap bersamaku agar aku bisa menebusnya,"

"Aku baru sadar betapa hebatnya kamu dalam mencitai aku, harusnya aku bersyukur bisa dapetin cinta yang belum tentu orang lain dapatkan kan? Tapi emang aku yang brengsek ini selalu mencoba mengelak semua perhatian yang kamu kasih,"

"Kita berjuang sama sama yah!"

Setelah sesi curhat dadakan itu Marvel tertidur sembari menggenggam tangan istrinya.

Hingga beberapa menit kemudian Xia membuka matanya perlahan, silau lampu di atasnya membuatnya menyernyit, dia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya membukanya dengan sepenuhnya. Dia merasakan tangan kirinya digenggam sesuatu yang hangat, saat menoleh dia menemukan wajah Marvel yang begitu dekat dengannya. Hampir saja dia memekik tak percaya, terlebih melihat wajah Marvel yang sembab seperti habis menangis.

"Dia nangis kenapa?" gumamnya dalam hati, baru saja akan mengangkatnya pintu terbuka, menandakan ada orang yang masuk.

"dan apa.. Lagi ini, dia genggam tangan aku? Dia lagi mimpi atau aku yang lagi mimpi sih," gumam Xia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Loh, udah bangun Xia! Syukurlah!!" ternyata dokter Erik lah yang masuk, dia sebenarnya memang ingin mengecek kondisi Xia jika memang belum siuman juga, namun syukurnya Xia sudah siuman, dan keadaannya sudah membaik.

Dokter Erik melirik kearah Marvel yang masih tertidur, sepertinya memang kecapean.

"Itu suami kamu? Kok nggak pernah lihat sih aku," kata dokter Erik sembari melangkah mendekat.

"Calon mantan suami," dengus Xia dengan wajah sebalnya, dokter Erik tertawa pelan melihat wajah Xia yang menggemaskan menurutnya.

"Calon mantan suami, tapi tangannya berpegangan erat nggak mau dilepas," ejek Dokter Erik membuat Xia reflek melepas tangannya yang digenggam Marvel dengan cepat, karna kesal di ejek dokter Erik terus terusan.

Sedangkan Marvel yang mendapatkan sentakan Xia sontak saja terkejut dan terbangun, dia langsung menatap Xia dengan wajah yang begitu bahagia.

"Kamu udah bangun, syukurlah!!" Marvel saking bahagianya bangkit dari duduk dan menangkup wajah Xia dan menatapnya dengan binar kebahagiaan, membuat Xia beberapa kali mengedipkan matanya lucu, terkejut dan juga aneh.

Belum sempat Xia bereaksi apa apa tiba tiba saja pintu kembali terbuka dan menampilkan wajah Darren yang terkejut melihat Xia sudah bangun, diapun segera menghampiri sang anak dengan senyum hangatnya.

"Kamu udah bangun sayang,"

Marvel segera melepaskan tangannya saat Darren mendekat.

Xia tersenyum pada papanya.

Tiba tiba saja, Darren membisikkan sesuatu ketelinga Xia membuat wanita itu yang awalnya menyernyit, lalu mengangguk.

Mereka berbisik cukup lama membuat Marvel menatap keduanya penasaran, begitupula dokter Erik yang menatap keduanya aneh.

Hingga tiba tiba pandangan Marvel terarah pada dokter Erik, dan menatapnya cukup lama membuat dokter Erik yang awalnya tersenyum menyambut Marvel menjadi terheran heran.

"Anda yang di restoran dimall sama Xia waktu itu kan?"

Belum sempat dokter Erik menjawab, Xia yang mendengar ucapan Marvel sontak menyaut.

"Kamu lihat aku sama Erik di restoran mall?"

Seketika Marvel gelagapan, dan agak salah tingkah. Sedangkan Darren diam diam tersenyum miring melihatnya.

"Dokter, mengenai kondisi Xia. Apa bisa bicara berdua dengan anda. Saya ingin tau perkembangan anak saya," ujar Darren dan membawa dokter yang masih terkejut itu keluar ruangan.

Marvel kembali duduk dan menatap Xia yang kini memasang wajah dinginnya.

"Ngapain kamu kesini? Bukankah kekasihmu sedang sakit? Kamu membiarkanya sendirian?" sindir Marvel tanpa melihat kearahnya membuat Marvel sedikit heran sekaligus kecewa karna seakan akan Xia berubah dan menghindarinya.

"Aku mau nemenin istriku disini, apa nggak boleh?"

Xia sempat terkejut mendengarnya, terlebih Marvel yang menyebut aku kamu dan juga istri. Itu begitu lama diinginkanya.

"Sebaiknya kamu pergi Marv, sebentar lagi kita juga akan resmi bercerai kan, kamu tinggal tanda tangan ini surat itu dan keinginanmu untuk hidup dengan Dara terpenuhi." saut Xia dengan nada dinginnya, bahkan wajahnya terkesan datar.

"Surat apa? Aku udah buang surat itu, dan dengan begitu kita nggak akan cerai. Aku nggak mau kita cerai,"

Xia langsung menatap Marvel dengan marah, "apa magsud kamu Marvel? Kamu mau mempermainkan aku? Apa ini juga siasat kamu sama Dara? Apa ini suruhan Dara?"

Marvel berusaha memegang tangan Xia, namun istrinya itu selalu menepisnya. "Nggak Xia, ini murni keinginanku sendiri, aku nggak mau kita pisah. Maafin aku ya, kasih aku kesempatan," Marvel memohon dengan wajah sendunya, namun Xia malah memalingkan wajahnya seolah enggan untuk melihat wajah Marvel.

"Kita tetap pisah Marvel!!"

-----

SI ANTAGONIS mengejar cinta sang suamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang