Pada apa yang telah terjadi biarlah berlalu. Kita akan nelangsa bersama lara yang abadi jika terus berdiam di tempat, sementara sekeliling telah melanjutkan langkah mengarungi takdir. Tiada keburukan yang menimpa, kecuali ada hikmah di baliknya. Tuhan senantiasa selipkan kebaikan di tengah gundukan masalah yang bertubi.
Sebab pengalaman buruk itu pula, tak sedikit orang yang kemudian menjumpai kesempatan kedua. Tidak ada yang salah dengan kesempatan kedua.
Setiap orang berhak akan kesempatan kedua. Sebab jika kesempatan kedua tidak lagi berlaku, persentase orang baik akan berkurang, dan terus berkurang. Tak sedikit orang yang kini begitu tulus, berasal dari hasil kesempatan kedua.
Maaf paling serius adalah kesempatan kedua, berilah sekali lagi ruang untuk berubah, dan kamu akan mendapatinya lebih baik dari sebelumnya. Dan itulah yang dilakukan pada Zannah. Sebab Fatih, teramat mencintainya. Terlepas bagaimana Zannah di masa dulu, biarlah menjadi perjalanan hidup yang terkenang.
Sudah satu minggu berlalu penuh beban pikiran yang tak mudah, ketika Zannah harus memaafkan diri sendiri, berdamai dengan keadaan, dan berusaha memperbaiki diri. Perlahan kondisinya pun mulai membaik.
Seperti pada malam ini, Zannah diam terduduk di ranjangnya. Dia terbangun di pukul dua dini hari, di mana semesta masih dibalut sunyi. Entahlah sebab mengapa. Dia ingin kembali tertidur, tapi justru terbuai menatap Fatih yang tertidur pulas.
Zannah tersenyum menatapnya, dibelai lembut anak rambutnya, menyingkirkan beberapa helai yang menutup ketampanannya. "Padahal aku hanyalah pendosa, tetapi Allah mengirim ustad seganteng ini padaku. Untung saja masih ada kesempatan kedua untuk benar-benar menjadi istrinya."
"Mas, kenapa kamu tak pernah membahas apa pun soal mengapa aku bersikap kurang ajar padamu? Kamu tak pernah menanyai apakah aku dan Farel benar-benar selingkuh atau tidak. Apa kamu takut menyinggungku? Padahal semuanya hanya salah paham. Aku ingin menjelaskannya padamu, tapi ... aku tak tahu memulainya dari mana."
Ah, rupanya Zannah masih mengira Fatih tak tahu apa-apa, padahal semuanya telah sampai dari Ruqayyah hari itu. Zannah terus berbicara pada Fatih yang masih tertidur pulas. Hingga tiba-tiba Fatih menggeliat, Zannah spontan mundur. Namun melihat Fatih yang kembali nyaman memejam mata, Zannah terkekeh geli. "Lucu banget suamiku kalo lagi tidur. Maaf, ya, Sayang kalau aku mengganggumu."
Dikecup lembut kening Fatih, lantas beranjak dari sana. Zannah berakhir di depan meja belajarnya, mengambil secarik kertas dan pulpen di sana. "Aku terlalu malu menjelaskannya lewat suara, Mas. Mungkin aku bisa memberitahumu lewat surat ini. Maaf kekanak-kanakan, tapi aku belum pernah dicintai sehebat ini. Aku jadi kalang kabut sendirian." Zananh mengatakan itu sembari menertawakan dirinya sendiri.
Lembar kosong itu mulai terisi kemudian.
Untuk Suamiku, Fatih-ku, yang Telah Kembali Bersamaku.
Tidak pernah kuduga sebelumnya akan mengenalmu, kamu yang sangat senang dengan kopiahmu, bahkan ketika pertama kali melihatmu. Awalnya aku merasa aneh, dengan bentukan bulat di atas kepalamu itu. Namun makin ke sini, rasanya itulah yang membuatku jatuh cinta sedalam ini.
Mas, aku mengenal kepribadianmu yang sangat penyabar, dengan nasi goreng yang sangat enak. Ah, aku jadi lapar ingat nasi gorengmu, Mas, wkwk. Tapi untuk hari ini, biarkan aku menceritakan bagaimana dirimu dalam pandanganku.
Perjodohan sepihak yang awalnya menjadi takdir paling kubenci, kini menjadi takdir yang paling kusyukuri. Bukankah memang begitu sifat dasar manusia? Kini aku memilikimu sebagai rumah untuk pulang, rumah yang sedia merangkulku.
Mas, ketahuilah, tiada niatan aku untuk meninggalkanmu. Maafkan kebodohan istrimu ini yang telah berburuk sangka padamu. Kurelakan segala cara agar dirimu melepasku, dari sengaja berkata kasar padamu sementara hatiku sendiri menjerit sakit dibuatnya. Kamu tahu, tidak ada sama sekali dalam hatiku untuk berpaling darimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam untuk Zannah [END]
Random[PART LENGKAP - BELUM REVISI] "Siapa yang meneleponmu tengah malam begini, Zannah? "Bukan urusan lo." "Aku suamimu!" "Gak ada yang minta lo buat jadi suami gue!" --- Bagaimana jika ... menikahi perempuan yang telah dihamili lelaki lain? Pasalnya, Fa...