11. Janji yang Teringkari

855 100 25
                                    

Lembaran diksi tersusun rapi, sebuah surga untuk penyuka prosa. Berbagai judul tertera tertib, dengan genre yang beragam. Tiap sudut ruangan dipenuhi dengan rak-rak yang terisi penuh. Rasa ingin memiliki sentak bergejolak, tapi apa daya isi dompet hanya bisa memilikinya beberapa saja. Meskipun demikian, hanya dengan mengunjunginya saja itu sudah menghadirkan kebahagiaan yang sederhana.

Ialah sebuah gramedia, tempat buku-buku dari penulis hebat tertata kemas. Mata gadis berjilbab panjang sepaha itu berbinar, tatkala netranya menampik ratusan buku yang terpampang. Dengan sukaria dia melangkah, memilah beberapa judul yang menurutnya menarik, sesekali mengambilnya dari rak dan membaca blurb yang tertera di sampul belakang.

Dia adalah Ruqayyah, gadis yang sangat menyenangi cerita fiksi. Dia sangat ingin membeli novel, tapi sayang tujuannya ke gramedia bukan itu, melainkan untuk sebuah buku yang akan membantu tugasnya. Gadis ayu nan salihah itu melanjutkan pendidikan jenjang s2-nya di jurusan ilmu tafsir sambil tetap mengajar di sekolah.

Dan hari ini setelah menyampaikan beberapa pelajaran di sekolah dia pamit pulang lebih dulu sebab ada kelas di jam dua nanti. Sebelum ke kampus, dia singgah di gramedia untuk keperluan tugas. Di sinilah kakinya kini berpijak, di atas keramik yang menjadi saksi bisu ratusan pengunjung datang silih berganti.

"Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin." Ruqayyah mengeja judul buku yang sedang dipegangnya, lantas tersenyum kemudian. "Bukunya Tere Liye tak pernah gagal. Ingin sekali rasanya aku memeluk buku ini, tapi ... tunggu gajian saja deh," cicitnya menyimpan kembali buku itu pada tempatnya.

Dia kembali berjalan menyusuri tiap rak novel, sebelum nantinya mengunjungi rak untuk buku non fiksi. Dia terus melangkah kecil sembari matanya yang tiada terputus dari rentetan buku, hingga telinganya mendengar suara yang tak asing.

"Kayak suara Fatih," gumamnya berpikir. Ruqayyah melihat kiri kanan, tapi sama sekali tidak mendapat pemilik suara yang dia kira adalah Fatih. "Apa aku salah denger? Ah, aku merindukan lelaki itu. Kapan, ya, aku bertemu kembali dengannya?" lirih Ruqayyah berandai-andai.

Larut dalam lamunannya, suara itu kembali terdengar. Suara lelaki yang amat dirindukan itu terdengar sedang tertawa beriringan dengan ... suara seorang perempuan. Dia mulai tak enak hati, ingin memastikan siapa di balik suara itu?

Ruqayyah yang termakan rasa penasaran terus membuntuti sumber suara, hingga akhirnya dia melihatnya dengan nyata. Di depan sana, tepatnya di mana rak buku-buku best seller Habiburrahman El-Shirazy terpampang, tegap seorang lelaki berdiri, dengan seorang perempuan tak berhijab di sampingnya.

Ruqayyah semakin dibuat penasaran, siapa gerangan? Jika lamat memperhatikannya, Ruqayyah merasa tebakannya tidak salah, bahwa dia memanglah Fatih. Namun, siapa perempuan di sampingnya? Mereka terlihat sangat akrab, hingga lekaki itu bahkan tak enggan untuk menyentuhnya.

Hati Ruqayyah memanas, dipenuhi gelora kecemburuan. Sayup-sayup terdengar suara perbincangan mereka. "Percaya sama aku, kamu baca buku ini langsung baper. Ceritanya bagus banget, loh."

Ruqayyah melihat lelaki itu menyodorkan sebuah buku bersampul warna pink dengan judul 'Bidadari Bermata Bening'. Namun si perempuan itu menolaknya dan berkata, "Gue bilang ga suka baca, maksa banget, sih! Udah, ah, gue mau me toilet dulu!" Ruqayyah pun mendengar suara perempuan itu, sebab dia masih terus bergeming di tempatnya dengan segala keresahan hati.

"Mau aku temenin?" Lelaki itu kembali menjawab.

Mendengar balasan lekaki yang diyakini Ruqayyah adalah Fatih, dia berpikir sejenak. "Jika itu Fatih, kenapa dia seakrab itu dengan perempuan ini? Menawari untuk ditemani ke toilet? Yang benar saja," lirihnya.

"Idih, ogah!" Balasan ketus dari si perempuan, lalu melenggang pergi.

Ketika perempuan ini melangkah, Ruqayyah melihat siluet wajahnya dari samping. "Apa, Zannah?" Ruqayyah tentu saja mengenalinya bahkan jika hanya melihat separuh wajahnya dari samping, sebab dia adalah siswanya.

Imam untuk Zannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang