6. Kebenaran Terkuak

959 108 37
                                    

Atmosfer tegang berseliweran pada keempat orang yang kini sudah duduk di ruang tamu, setelah merampungkan sarapannya. Wanita paruh baya itu diselimuti hawa panas dan keringat dingin, dia bingung ingin memulainya dari mana, kerongkongannya seakan tercekat. Sementara lelaki yang menunggu kalimat selanjutnya dari wanita itu semakin tak sabaran, memandangnya dengan wajah gelisah.

"Mba Mia, apa kamu baik-baik saja? Katakanlah, apa yang kalian bicarakan dengan istriku sebelum kecelakaan menimpanya, apa kalian bertengkar? Apa kalian membahas mengenai perjodohan anak-anak?" sembur Hasbi dengan pertanyaan beruntun.

"Sebenarnya ...." Mia sebelumnya sudah siap dengan segala konsekuensi, tapi entah mengapa dia kembali dirambati keraguan. Dan tiba-tiba saja, air matanya tak bisa terbendung. Zannah pun semakin menunduk dibuatnya, malu.

"Ya Allah, Mba, tidak mengapa, katakanlah."

"Hari di mana aku bertemu dengan Mba Laras, aku memintanya untuk membatalkan perjodohan ini, sebab Zannah ... dia tidak memungkinkan lagi untuk meneruskannya. Mungkin kalian pun tidak bisa menerima keadaannya. Namun hari itu, Mba Laras adalah orang yang sangat baik, dia kekeh tetap ingin melanjutkan, bahkan setelah keadaan Zannah sampai di telinganya." Mia mengatakan itu dengan air mata yang tidak bisa ditahan.

Dari tatapan yang disuguhkan Hasbi juga Fatih bermaksud pertanyaan, lantas direalisasikan oleh kalimat Fatih, "Me-memangnya ada apa?"

Mia tersenyum kecut menatap lelaki berkopiah hitam yang terlihat begitu tampan itu, lalu berkata lirih, "Nak, Fatih, kamu adalah laki-laki sholeh, sangat berbanding terbalik dengan Zannah yang jauh dari agama. Aku tidak akan memaksa kalian, sementara kematian Mba Laras saja baru kemarin. Batalkanlah saja apa yang sudah kita bicarakan sebelunya."

Mendengar penuturan mamanya itu, senyum Zannah seketika merekah, berpikir dia jadi tidak perlu lagi menikah dengan lelaki yang dicap sok alim olehnya itu. Namun jawaban dari Fatih, mematahkan semangatnya. "Maaf, Tante, tapi bahkan di akhir napas ibuku, dia mengatakan, apa pun yang terjadi tetap langsungkan pernikahan ini."

"Benar, Mba Mia. Lebih baik jelaskan pelan-pelan, sebab kami sangat menghargai permintaan terakhir istriku itu," imbuh Hasbi.

"Aku malu, Pak, tapi bagaimana lagi kalian harus tau. Entah bagaimana ke depannya, aku serahkan paa kalian. Saat ini, Zannah sedang mengandung janin lelaki lain." cicit Mia. Tepat mengatakan setelah itu, rasa malu dan sungkannya serasa dikuras habis tanpa sisa, dia terlihat seperti seorang petani yang tak bisa menjaga tanamannya, dan membiarkan pencuri menodainya. Itu adalah aib yang sangat besar.

Zannah pun kini serasa tak punya muka, anak rambut menutupi sebagian wajahnya sebab terlalu menunduk. Matanya pun sudah memerah menahan tangis, rasanya tak karuan sebab ini. Pikirnya, lelaki sok alim di hadapannya itu sudah pasti memandangnya jijik, dan mengatakan bahwa dia adalah wanita murahan, padahal semuanya hanyalah kecelakaan.

Sementara Bapak dan Anak itu terperangah bersamaan, berusaha mencerna dengan baik. Tidak-tidak, lebih tepatnya mencoba percaya dengan apa yang baru saja terkuak. Mendadak Hasbi berpikir lebih, apa dia akan membiarkan anaknya menikahi perempuan yang sudah tidak suci lagi? Ditambah kesuciannya terenggut dengan cara yang menjijikkan.

Alam bawah sadarnya masih mendominasi, terus tercengang, berperang dengan hati dan pikiran masing-masing. Fatih, lelaki itu bahkan wajahnya sudah memerah padam. Berpikir bagaimana bisa dia yang selama hidupnya menjaga dirinya dari hal-hal kotor akan menikahi wanita yang sudah digauli lelaki lain? Dia bahkan rela meninggalkan perempuan paling dicintainya empat tahun lalu demi memperbaiki diri.

Namun setelah rampung semuanya, kenapa dia harus mendapatkan wanita seperti Zannah? Fatih tidak habis pikir kemudian, membayangkan bagaimana bisa ibunya tetap menginginkan pernikahan ini setelah mengetahuinya. Fatih lalu memejamkan matanya, rasa sakit, kecewa yang lebih dalam, lantas memeluk relungnya iba. Kenapa? Sebuah 'kenapa' yang tak kunjung Fatih temui jawabannya.

Imam untuk Zannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang