Bab : 45. Penyesalan.

72 30 6
                                    

HALLO, MELLOVERS? 🌷
Ketemu lagi di new chapter as part 45.
Nikmati, resapi dan imajinasikan ‼️

- Salam manis semanis gelato tiramisuu.

HAPPY READING.

Butuh banyak waktu yang harus dilalui, namun kenangan, bayangan dan perasaan selalu menghantui seorang Ilenee Klinski tentang pria bernama Arkan.

Menghilang dalam beberapa bulan membuat Ilenee yang masih berstatus kekasih pria tersebut jelas memiliki rasa marah, sedih, dan kesal.

"Kenapa ngelamun?"

Ilenee masih diposisi yang sama, dengan tatapan yang kosong menatapi setiap suasana jalan di malam hari, yang hanya disinari lampu-lampu kota dan bulan yang kecil.

Pria tersebut langsung saja mengerem secara mendadak hingga membuat sang penumpang hampir tersungkur, terkejut.

"Kak ih!" kesalnya.

Juna memutarkan bola matanya malas, "Dari tadi kakak tanya kamu, sebenernya Ilenee ada dimana?"

"Hah? Ya disini kak!"

"Kamu disini, tapi otak sama hati kamu enggak disini."

"Hati Ilenee udah hilang kak, dari beberapa bulan lalu," ucapnya lemas.

"Maksud kamu?"

"Ya emang ada ya kak, cowok yang tega ninggalin pacarnya gitu aja tanpa kabar, mana pacarnya ngeliat kalung sama darahnya di tempat orang asing."

"Ohh, udah mati kali." celetuk Juna, karena malas mendengar kisah cinta milik sang adik.

"ASTAGHFIRULLAH KAKAK! tidak boleh berbicara seperti itu,"

Ilenee membekam bibir Juna, dengan kedua mata yang melotot bahkan kedua bola matanya yang terlihat akan keluar dari tempatnya.

Juna menepis tangan adiknya tersebut, "Kenapa harus Arkan? Dia anak nakal, mentang-mentang anak komun yang hobinya balap liar sana sini, gimana masa depan kamu?"

"Denger ya kak, masa depan itu gimana Allah, lebih tepatnya juga gimana kita yang nyusunnya kak." jelas Ilenee tidak mau kalah.

"Oh udah mulai gede jadi bisa ngelawan kakak?"

"Engga gitu, tapi Ilenee memang udah gede punya hak dong buat nentuin siapa orang yang bakal jadi masa depan Ilenee."

"Gimana kamu, akh!"

Mesin motor kembali dinyalakan, kini tanpa lama Juna mengarahkan motornya untuk segera pulang kerumah sebelum larut malam.

Sampai dirumah Ilenee langsung melepaskan helmnya dan memberikan kepada Juna dengan raut wajah yang murung.

Bahkan tanpa berbicara sepatah kata, wanita itu langsung masuk kedalam dan meninggalkan saudara laki-lakinya sendirian.

"Kebiasaan." gumam Juna yang langsung mencabut kunci motornya. Satu langkah kaki di injakkan pada teras rumah.

Juna menyerngitkan dahinya, kedua tangannya dikepalkan dengan begitu keras untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasakan olehnya, entah mengapa sakit ini selalu datang tiba-tiba, entah karena pekerjaannya yang membuatnya terkena angin malam yang buruk setiap saat.

Kamar Ilenee.
Keadaan kamar yang selalu tampil memukau karena kebersihan dan kerapihannya, barang yang tertata dengan sempurna.

Sang pemilik kamar tersebut sedang asik menyeka tubuhnya sendiri setelah pulang bekerja, mencuci muka, mengganti piyama tidur, dan membuka laptopnya dengan sebuah harapan besar setiap saat.

I'M ILENEE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang