Bab 23

607 61 8
                                    

"Jake!" suara lembut Aria langsung terdengar saat Jake membuka pintu rumahnya. 

Gadis itu berlari dalam balutan celana jeans dan blus tanpa lengan, rambut panjang yang diikat tingggi-tinggi bergoyang-goyang mengikuti pergerakan Aria. Wajah gadis itu semringah di balik iris cokelat yang membingkai wajah mungilnya. Dia langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan hangat pujaan hati. Memecah rasa rindu yang dipendam selama berbulan-bulan akibat terpisah oleh jarak yang begitu kejam. 

Seperti berada di tempat ternyaman di dunia berhias bunga-bunga merekah yang didatangi kupu-kupu disinari jejak lembut matahari, Aria mendekap begitu erat. Sudah cukup baginya disiksa nestapa selama berbulan-bulan sampai-sampai bayang-bayang Jakelah yang menemani tiap malam. Dia menghidu wangi maskulin Jake yang selalu menjadi favoritnya, lantas menangkup rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu janggut kasar dan menghadiahi sebuah ciuman dalam.

"Aku merindukanmu," bisik Aria di depan bibir Jake.

"Aku juga," balas Jake tersenyum simpul menyisir anak-anak rambut Aria. "Kenapa tidak memberitahuku dulu?" 

Aria melingkarkan lengan ke leher Jake sambil mengerucutkan mulut. "Apa aku perlu mengabarimu? Aku bisa datang ke sini sesuka hatiku kan?" balasnya memberungut. "Menunggu Ezio pun terlalu lama, Jake. Aku tidak sabar untuk datang ke sini. Kamu tidak suka?"

"Aku hanya bertanya, Aria, bukan mengajakmu bertengkar jika nadamu seperti itu." Jake merapatkan pelukan tunangannya agar gadis itu tidak menaruh salah paham dan curiga. Manalagi Aria sangat peka dalam menangkap perubahan gelagat seseorang sekecil apa pun itu. Dan tidak segan-segan memberondong pertanyaan sampai ke akar-akar. Jake tidak ingin menyeret nama Anna ke dalam permainan mereka. "Kau sudah bertemu Nonna?"

"Sudah. Kami mengobrol sebentar dan aku senang dia sudah pulih," jawab Aria seraya jemarinya menelusuri garis rahang tegas kekasihnya. Penampilan Jake yang agak berantakan entah mengapa membuat hormonnya merangkak naik. Aria mendekatkan bibir ke telinga Jake kemudian menggigitnya pelan serata berbisik lirih penuh arti, "Hei, aku ingin merasakan bagaimana janggut dan lidahmu membelai pahaku, Jake."

Jika biasanya gairah Jake langsung menggebu-gebu atas godaan sensual Aria, namun kali ini perasaan itu padam seperti api yang disiram air. Tidak ada getaran yang muncul hanya karena tangan Aria bergerak nakal di pusat tubuhnya atau ketika gadis itu mengerling penuh arti sembari menggigit bibir bawahnya. Benak Jake masih dipenuhi bayang-bayang Anna yang mencumbu bibirnya, memberi jejak-jejak basah di setiap inci kulitnya, sampai memanjakan pusat tubuhnya. Hanya memikirkan Anna saja, sekujur tubuh Jake kembali meremang membutuhkan kehadiran dan sentuhan gadis itu. 

Tapi, di depannya adalah Aria, mana mungkin Jake bisa menyamakan dua perempuan tersebut secara bersamaan?

"Aku harus istirahat, Aria," kata Jake mencium kening Aria. 

Aria mengerutkan kening mencoba mencari kebohongan yang mungkin disembunyikan Jake karena belum pernah lelaki itu menolaknya bercinta. Namun, Jake memang tidak berdusta akibat dilanda kelelahan menyetir motor dari Pantai Keramas ke Pelabuhan Benoa lanjut mengendarai kapal yacht sampai akhirnya mengantar Anna ke Buleleng sebelum pulang ke Sanur. Jika dikalkulasi pun bisa mencapai lima jam perjalanan bahkan lebih. Jadi, tak salah kan jika dia menggunakan alasan ini untuk menghindar?

"Baiklah," kata Aria mengalah. "Aku juga lelah dan sedikit kena jet lag setelah perjalanan jauh. Mau mandi bersama?" ajaknya lagi. 

Dia tidak mengenal menyerah, batin Jake terpaksa mengiyakan permintaan Aria dan tahu ke mana arah kerlingan penuh arti yang dilayangkan gadis itu. 

###

Hidangan makan malam yang tersaji di atas meja sungguhlah mewah berupa bruschetta--sajian dari Italia yang terbuat dari roti baguette dipanggang sampai renyah dan kecokelatan sebelum diberi hiasan potongan tomat, keju, maupun taburan merica hitam, ada juga aruguna salad dilumuri minyak zaitun sampai scampi udang panggang dikombinasi zucchini dan sayuran beraroma mentega dan bubuk bawang putih begitu menggugah selera. Tidak lupa ada berry crepe cake di tengah-tengah meja berbentuk oval ini sebagai dessert. Wine Lagom pun turut serta menghiasi meja besar seperti tak bisa terpisahkan oleh kebiasaan makan malam bersama keluarga.

A Billion Desires (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang