Apa dia bilang?
Iris mata abu-abu Jake menggelap sesaat, menyiratkan sebuah kebingungan atas ucapan Anna yang terdengar bagai lelucon aneh. Si pria punggung? Bukankah terdengar semacam ejekan daripada pujian? Jake bukan pemuja sanjungan, tapi dalam benaknya bertanya-tanya apa perempuan jaman sekarang sangat mudah memberi julukan tertentu pada pria yang baru ditemui. Apakah itu yang namanya adab?
"Maksudmu?" Jake melempar pertanyaan dengan nada kesal, tapi ekspresi wajahnya masih tampak tenang. Tidak mungkin dia menyemburkan umpatan pada gadis yang sudah menyelamatkan nyawa Barbara. Itu tidak sopan bukan?
Anna gelagapan setengah mati sampai rona merah tercetak jelas di pipi tembamnya. Sial sungguh sial, kenapa pula dia harus melontarkan sebutan khusus yang disematkan Shanon tepat di depan Jake. Harusnya Anna menelan bulat-bulat saja keterkejutannya atau pura-pura melupakan gosip-gosip tentang si pemilik Lagom. Sayang, badan bongsor Jake benar-benar cocok dan akurat bila disandingkan sosok JL001. Jadi, apakah Anna masih berada di posisi yang salah?
Mungkin salah waktu lebih tepatnya.
"Ma-maaf. Aku ... hanya ... kamu ..." Seluruh kosakata yang sudah Anna pelajari selama 30 tahun mendadak lenyap tanpa jejak. Dia mengusap wajah merasa bersalah sekaligus salah tingkah mengapa berlagak seperti orang bodoh di depan si sexyback.
Tuhan, kenapa lidahku tiba-tiba kaku begini?
"Aku?" tunjuk Jake pada dirinya sendiri makin dibuat tidak mengerti oleh sikap Anna.
"Sorry, sejujurnya aku ... kaget banget kalau ... kamu mirip sama cowok yang ditaksir temenku." Sorot mata bulat Anna memindai Jake dari atas sampai ke bawah. "Kayaknya dia gila deh," sambungnya seraya meringis agar suasana tidak makin canggung sembari memohon ampun dalam hati sudah mengatai Shanon tak waras. "Maaf, kalau udah bikin nggak nyaman lahir batin. Aku ... pamit dulu buat ambil motor."
Sebelum gadis itu berbalik arah, Jake menahan lengan kanan Anna menimbulkan jutaan sengatan listrik yang membekukan otaknya. Dia nyaris sesak napas, merasakan tangan besar Jake mencengkeram pergelangan tangannya begitu erat seperti ingin mematahkan tulang Anna karena berlaku kurang ajar. Dia menelan ludah, tak berani memandang sorot mata abu-abu gelap nan mengintimidasi Jake.
"Aku belum berterima kasih," kata Jake pelan tapi menggaung keras di telinga Anna. "Rasanya nggak sopan kalau belum memberimu imbalan setimpal."
Anna memicingkan mata, mencari-cari apa yang direncanakan lelaki itu padanya. Bukankah ucapan terima kasih saja sudah cukup? Toh Anna juga tidak meminta uang atau upah apa pun. Dia lebih nyaman kalau pertemuan secara tidak sengaja ini berakhir dan melanjutkan urusan masing-masing. Bukan karena takut, melainkan tidak mungkin dia tiba-tiba terlibat dalam secuil kehidupan Jake dan keluarganya yang sialan kaya. Bagaimana jika dia tiba-tiba berbuat kesalahan? Bagaimana jika ... dia seperti Shanon yang menggilai Jake? Dia tidak mungkin menjadi penjilat yang mendadak menjadi penggemar si punggung. Tidak! Itu mustahil!
"Terus?" Anna mulai resah atas spekulasi yang berputar-putar dalam kepala. Dia berharap dalam hati agar Tuhan mau memberikan kekuatan teleportasi agar bisa menghilang dalam hitungan detik. Sayang, itu hanyalah sebatas mimpi konyol di siang hari. Apa perlu dia pura-pura pingsan supaya Jake segera melepaskannya?
"Makan malam denganku, Anna," ajak Jake berhasil meluruhkan jantung Anna ke lantai rumah sakit.
"Hah?"
"Hanya sebatas makan malam sebagai ucapan terima kasih." Jake mengukir garis senyum tipis yang sangat sayang untuk dilewatkan Anna menilik betapa tampan pria di depannya. Garis bibir yang menunjukkan geligi rapi dan taring atas yang terlihat seksi di mata, mengingatkan dirinya pada Ian Somerhalder ketika memerankan series Vampire Diaries. "Nonna akan melakukan hal yang sama jika dia sudah merasa baikan. Maka dari itu aku mewakilinya. Motormu aman di parkiran, aku bisa menjamin."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Billion Desires (END)
Romance(Old Money Series) *** Berawal dari insiden kecil yang menimpa Barbara, Anna Asmita diundang makan malam oleh Jake Batara Luciano sebagai ucapan terima kasih. Sayang, ketika pulang Anna dibuntuti Milo Durran--mantan kekasih--yang menuduhnya telah me...